DISKUSIKAN PENDIDIKAN KETAHANAN PANGAN, UNY RENCANAKAN PENGEMBANGAN PETERNAKAN DI PIYUNGAN

1
min read
A- A+
read

Talkshow Ketahanan Pangan

Ketahanan pangan adalah pondasi kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, pengembangan peternakan dan peningkatan kesadaran masyarakat untuk terjun ke bidang ini menjadi sangat penting.

Hal ini diungkapkan Prof. Sutrisna Wibawa, Rektor UNY, dalam Talkshow Ketahanan Pangan yang digelar di Sinatria Farm Pakem Sleman baru-baru ini. Dipandu oleh Vita Krisnadewi M.Si selaku pemilik Peternakan Domba Sinatria Farm, diskusi diikuti oleh Prof. Suyanta Ketua LPPM UNY, Prof. Siswantoyo Wakil Dekan I FIK UNY, dan Sismono La Ode Asisten Pribadi Rektor UNY. Diskusi ini disiarkan secara langsung melalui Channel Youtube Sinatria Farm dan Akun Media Sosial UNY.

“Masih banyak lahan kosong di daerah Kulonprogo, Bantul, dan Gunungkidul yang selama ini belum bisa tergarap. Sedangkan SDM kita banyak yang menganggur, dan pangan kita banyak yang impor. Inilah mengapa, ketahanan pangan perlu kita garap secara serius, sehingga menjadi pondasi kesejahteraan masyarakat,” ungkap Sutrisna.

Multiplier Effect dari Industri Peternakan

Melalui pengembangan industri peternakan, yang akan diuntungkan sejatinya tidak hanya para peternak. Lingkungan sekitar juga akan merasakan manfaatnya baik secara langsung ataupun tidak langsung.

Sutrisna merujuk atas apa yang telah berlangsung di Sinatria Farm Pakem. Untuk kebutuhan pakan ternak, Sinatria membutuhkan sekitar lima kilogram olahan rumput dan protein pada setiap harinya. Rumput tersebut pastinya dibeli dari masyarakat sekitar. Belum lagi ditambah dengan terbukanya lapangan kerja dengan adanya industri peternakan. Sehingga artinya, ekonomi yang berputar dari industri peternakan memberi rezeki bagi masyarakat sekitar.

“Peternakan beli pakan ke masyarakat, dan hasil ternak maupun dagingnya dijual ke pasar sekitar. Masyarakat akhirnya punya uang yang bisa digunakan untuk membeli bahan pangan, sekolah, ataupun berbisnis. Siklus ekonomi menjadi berjalan dari peternakan,” ujar Sutrisna.

Hal yang sama juga terjadi dalam bentuk pemanfaatan Sinatria Farm sebagai objek wisata. Peternakan ini memiliki taman bermain sederhana di depannya, serta kondisi kandang yang minimalis serta bersih. Masyarakat yang berminat bisa saja mengunjungi peternakan ini. Pendapatan nantinya bisa datang dari karcis parkir hingga berjualan makanan.

“Peternakan ini bahkan memiliki akun media sosial dan Channel Youtube, sehingga industri peternakan dapat dipromosikan dengan cara-cara nonkonvensional. Selain mempromosikan peternakan sebagai destinasi wisata, juga bisa mendidik masyarakat tentang ketahanan pangan,” imbuh Sutrisna.

Penjajakan Menjadi Peternakan Percontohan

Praktik baik dari Sinatria Farm tersebut, hendak dijajaki Sutrisna dan UNY untuk direplikasi di tempat lainnya. Di Piyungan Bantul misalnya, LPPM telah memiliki tanah yang cukup luas dan rencananya memang akan dibangun peternakan skala besar.

Prof. Suyanto selaku Ketua LPPM menyebutkan bahwa penjajakan kerjasama untuk menjadikan Sinatia Farm sebagai peternakan percontohan, dapat dimulai kira-kira tahun depan. Melalui penjajakan nantinya akan dapat diketahui, di bidang apa UNY dapat mempelajari serta meniru atas teknologi dan praktik ternak yang telah dimiliki Sinatia Farm.

“Kebetulan karena tahun ini terjadi Pandemi Corona, sehingga pembangunan peternakan di Piyungan maupun hibah-hibah mengalami penundaan. Penjajakan dapat dimulai tahun depan,” pungkas Suyanto. (Ilham Dary A)