KONSEPTUALISASI DAN REPRESENTASI PENGETAHUAN DIDAKTIK-MATEMATIS UNTUK MENGAJAR DI SEKOLAH DASAR

Sukses matematika di Sekolah Dasar adalah landasan berpijak untuk dapat sukses belajar matematika lebih lanjut, menunjang perkembangan belajar keilmuan lain, dan membangun kedewasaan berpikir dalam menyelesaikan permasalahan sehari-hari baik personal, saintifik, dan sosial-kemasyarakatan. Pentingnya matematika sekolah dasar ini tentu disadari betul oleh orang dewasa terdidik termasuk Guru Sekolah Dasar. Namun demikian, tantangan mengajar matematika di level sekolah dasar beragam baik berasal dari faktor psikologis siswa, faktor padatnya kurikulum, faktor pengetahuan dan inovasi guru, atau faktor persepsi matematik-nya guru dan siswa.

Di awal matematika diperkenalkan kepada siswa, banyak dari mereka yang menggemarinya. Situasi ini dapat dibuktikan dengan gemarnya mereka membilang, berhitung, mengidentifikasi pola dan bentuk yang mana sering mereka praktikkan dalam interaksi mereka di luar sekolah. Namun, seiring berjalannya waktu, sebagian besar siswa mengalami penurunan minat dan motivasi mereka. Di samping semakin kompleknya matematika yang mereka pelajari, matematika yang ditanamkan kepada mereka lebih kepada matematika instrumental daripada relasional.

Guru sekolah dasar memiliki peran krusial dalam menciptakan proses dan situasi belajar yang mendukung siswanya menggapai tujuan belajar matematika. Implikasinya, guru perlu menguasai pengetahuan matematis dan pengetahuan pedagogis untuk mencapai tujuan tersebut. Keduanya adalah “syarat perlu” yang memerlukan “syarat cukup” untuk mengajar matematika secara bermakna, yakni pengetahuan didaktik. Syarat cukup dan perlu ini yang kemudian saya definisikan sebagai pengetahuan didaktik-matematis. Pengetahuan didaktik matematis mengacu pada pengetahuan yang digunakan guru untuk mengajar matematika dengan mengombinasikan aspek pengetahuan matematis dan pengetahuan didaktis. Kerangka konsep pengetahuan ini merupakan perluasan dan perbaikan dari kerangka konsep yang diajukan Ball dan kolega (Ball et al., 2008; Hill et al., 2008) tentang pengetahuan matematis untuk mengajar (mathematical knowledge for teaching, disingkat MKT).

Pengetahuan matematis untuk mengajar yang dikonseptualisasikan oleh Ball dan koleganya (Ball et al., 2008; Hill et al., 2008) menjadi sebuah kerangka kerja yang sangat diminati dan menjadi isu utama dalam penelitian pendidikan matematika dan pengembangan guru dalam dua dasawarsa ini. Meskipun demikian, kerangka kerja ini masih menjadi perdebatan, banyak yang menyangsikan dan berusaha untuk melakukan perbaikan-perbaikan dan atau perluasan. Oleh karena itu, tidak ada konsensus tunggal dalam pengetahuan matematik yang harus dimiliki guru untuk mengajar.

Berangkat dari pengalaman pertama ketika mendiskusikan konstruk pengetahuan matematis yang harus dimiliki guru dalam kongres nasional pendidikan matematika tahun 2017, dirasakan perlu untuk mengeksplorasi pengetahuan matematis apa saja yang harus dimiliki guru sekolah dasar dan dapat diintegrasikan ke dalam program pengembangan keprofesian berkelanjutan. Saya mengambil ide dari 2 pengalaman lain sebelumnya dan pararel dengan fokus kajian riset yang selama ini menjadi minat, yakni tentang pendidikan dan pengembangan guru sekolah dasar.

Pengalaman kedua, ketika berinteraksi dengan Prof. Didi Suryadi dan membahas tentang teori situasi didaktis serta didactical desain research. Saya sepakat bahwa guru tidak cukup dengan menguasai kompetensi pedagogik, namun penting pula menguasai kompetensi didaktik. Meminjam istilah dalam logika matematika, kompetensi pedagogik adalah syarat perlu, sedangkan kompetensi didaktik adalah syarat cukup. Keduanya bersama-sama pengetahuan konten penting untuk dipersiapkan dalam pendidikan dan pengembangan guru, khususnya guru sekolah dasar.

Pengalaman ketiga, terinspirasi dari kajian Kansanen (2009) yang membandingkan konsep PCK dan ‘factdidaktik’ (subject-matter didactics, sering disingkat subject didactics). PCK yang diperkenalkan oleh Lee Shulman pada akhir 1980-an, merupakan konsep yang relatif lebih baru daripada konsep subject didactics yang berakar pada tradisi didaktik Jerman dan memiliki sejarah panjang. Kansanen (2009) menyebutkan bahwa subject didactics merupakan konsep yang lebih luas yang juga mengandung aspek nilai dan karakteristik lain yang berkaitan dengan kurikulum. Di sisi lain, PCK lebih berorientasi pada penelitian meskipun pada saat yang sama merupakan bagian dari subject didactics. Dengan mengintegrasikan perspektif yang lebih luas dari subject didactics dan fokus penelitian yang berorientasi pengetahuan konten pedagogis, terdapat potensi untuk meningkatkan pemahaman peneliti dan praktisi tentang pengajaran matematika yang efektif dan berkontribusi pada peningkatan pembelajaran dan praktik pendidikan.

Pengetahuan matematis untuk mengajar, yang kemudian saya sesuaikan ke dalam pengetahuan didaktik-matematis, secara historis didasarkan pada riset-riset yang fokus pada guru sekolah dasar. Oleh karena itu, sebagai implikasinya, menjadi sangat penting dalam pengembangan dan pendidikan guru sekolah dasar untuk menitikberatkan tidak hanya kompetensi pedagogik sebagai syarat perlu, namun juga kompetensi didaktik sebagai syarat cukup.

Saya mengajukan konstruk yang tidak kalah penting dalam pengetahuan didaktik-matematis, yakni pengetahuan konten epistemologis, yang mengacu pada pengetahuan guru dalam merefleksikan sifat-sifat dan struktur matematika; dan pengetahuan konten dan penilaian, yang merupakan pengetahuan tentang bagaimana mendapatkan informasi atau umpan balik terhadap konten matematik yang dipelajari. Saya juga merekomendasikan, baik untuk guru maupun peneliti, dapat mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dalam menyusun desain rekayasa didaktis dan menerapkannya, yang kemudian saya sebut proses ini sebagai riset desain rekayasa didaktis, untuk mengoptimalkan siswa dalam belajar dengan pemahaman.

Terakhir, saya menempatkan posisi dan peran pengetahuan didaktik-matematis dalam desain rekayasa didaktis sebagai upaya fokus terhadap pengembangan dan pendidikan guru sekolah dasar yang terintegrasi dalam riset. Upaya mengembangkan pengetahuan didaktik-matematis ini dalam riset rekaya didaktis membutuhkan sinergitas antara peneliti dan guru. Dengan demikian, mengoptimalkan kolaborasi dosen-guru (atau peneliti-praktisi) dalam sebuah komunitas merupakan salah satu strategi potensial pengembangan dan pendidikan guru sekolah dasar serta untuk menjembatani gap antara riset dan praktik yang selama ini terjadi.

Prof. Dr. Yoppy Wahyu Purnomo, S.Pd., M.Pd.
Sukses matematika di Sekolah Dasar adalah landasan berpijak untuk dapat sukses belajar matematika lebih lanjut, menunjang perkembangan belajar keilmuan lain, dan membangun kedewasaan berpikir dalam menyelesaikan permasalahan sehari-hari baik personal, saintifik, dan sosial-kemasyarakatan. Pentingnya matematika sekolah dasar ini tentu disadari betul oleh orang dewasa terdidik termasuk Guru Sekolah Dasar. Namun demikian, tantangan mengajar matematika di level sekolah dasar beragam baik berasal dari faktor psi