ALAT BANTU TUNANETRA UNTUK KEMANDIRIAN AKTIVITAS

1
min read
A- A+
read

ALAT BANTU TUNANETRA UNTUK KEMANDIRIAN AKTIVITAS

Akses mobilitas di kamar mandi penting bagi penyandang tunanetra guna menjaga keselamatan dan kemandirian mereka, salah satunya dengan cara menyediakan kemudahan berupa petunjuk seperti rangsangan auditoris, visual, kinestetik, rangsangan taktual, aroma dan suhu. Salah satu kecelakaan yang berbahaya namun sering kali diabaikan adalah kecelakaan di kamar mandi. Hal ini disebabkan karena lantai yang licin, stop kontak yang dekat dengan air, dan tidak adanya pegangan toilet. Oleh karena itu sekelompok mahasiswa UNY merancang alat bantu tunanetra guna meningkatkan kemandirian aktivitas di kamar mandi.

Raden Budi Santoso prodi pendidikan teknik elektro, Ikhsan Sahida prpdi pendidikan teknik mekatronika dan Wahyuni Amilya prodi pendidikan luar biasa merancang alat yang disebut Smart Toilet for Blind People (Smartoblin) sesuai dengan kebutuhan penyandang tunanetra. Menurut Raden Budi Santoso output Smartoblin yang dihasilkan berupa audio atau suara yang akan mengarahkan penyandang tunanetra dalam beraktivitas di kamar mandi. Informasi yang akan diterima oleh tunanetra berupa notifikasi bunyi speaker tentang peruntukan kamar mandi untuk laki laki atau perempuan, informasi letak peralatan di kamar mandi dan informasi kondisi lantai apakah licin atau tidak. “Smartoblin ini dirancangan portable sehingga mudah untuk digunakan di berbagai model kamar mandi” kata Budi. Pengembangan alat ini bertujuan untuk memudahkan tunanetra dalam akses mobilitas di kamar mandi dalam kehidupan sehari–hari. Wahyuni Amilya menambahkan bahwa Smartoblin diujicobakan di SLB Yaketunis Yogyakarta.

Menurut Ikhsan Sahida, sistem elektronis yang digunakan  pada  Smartoblin ini meliputi sensor PIR terletak pada dinding kamar mandi, sensor infrared terletak pada dinding bagian dalam, sensor rain FC-37 terletak pada lantai dan rangkaian mikontroller (arduino) serta power supply sebagai sumber tegangan terletak pada dinding bagian luar. “Cara kerja alatnya, saat tunanetra meraba-raba dinding maka sensor 1 akan mendeteksi objek tersebut dan meneruskan signal ke arduino lalu diproses menjadi output suara melalui speaker dan memberikan informasi” katanya. Iksan juga memaparkan, potensi hasil yang bisa dikembangkan dari alat ini adalah dapat diimplementasikan lebih luas, karena alat yang dikembangkan tidak terikat oleh model kamar mandi manapun, selain itu juga memberikan solusi kemandirian mobilitas teman-teman tunanetra di kamar mandi sehingga teman-teman tunanetra tidak perlu merasa khawatir ke kamar mandi meskipun tidak didampingi oleh orang awas. Karya ini berhasil meraih dana Dikti dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang Karsa Cipta tahun 2019. (Dedy)