GURU SD LULUS KULIAH DENGAN IPK 4

1
min read
A- A+
read

GURU SD LULUS KULIAH DENGAN IPK 4

Wisuda UNY periode November dihelat pada Sabtu (27/11) secara daring, yang meluluskan 1.490 orang terdiri dari 13 orang Program Doktor, 299 orang Program Magister, 1.024 orang Program Sarjana dan 154 orang Program Diploma. Salah satu mahasiswa program magister yang diwisuda adalah Dita Ardwiyanti dari prodi Magister Pendidikan Sains dengan IPK 4,00.

Gadis kelahiran Pontianak, 30 Desember 1995 tersebut merupakan awardee BPI LPDP Republik Indonesia sekaligus Wisudawan Terbaik Prodi. Sejak masih menempuh S1 pada prodi Pendidikan IPA FMIPA UNY tahun 2013-2017 Dita sudah mendapatkan beasiswa Bidikmisi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI dan pernah pula meraih indeks prestasi sempurna 4,00. Menurutnya proses belajar jenjang magister ternyata jauh berbeda dengan jenjang sarjana. “Saat sarjana, dosen masih memberikan ‘rel’ bagi kami untuk mengembangkan diri. Namun pada jenjang magister, kami benar-benar dituntut untuk menjadi pemikir bebas yang independen, namun bertanggung jawab” katanya. Kapabilitas meramu pengetahuan dari berbagai sumber ilmu secara mandiri mutlak diperlukan. Oleh sebab itu mulai dari semester 1 Dita mendisiplinkan diri untuk membaca hasil penelitian yang diterbitkan dalam jurnal nasional dan internasional setiap harinya. Kemudian artikel tersebut diringkas dengan bahasa sendiri dan dituliskan dalam buku khusus. Ternyata strategi belajar yang demikian sangat membantunya dalam perkuliahan, khususnya dalam meniti jalan untuk publikasi melalui jurnal dan seminar karena publikasi adalah tuntutan primer mahasiswa magister. Dengan taktik tersebut Dita sudah mengikuti dan menerbitkan artikelnya pada 2 seminar nasional, 3 seminar internasional, dan 1 jurnal nasional terakreditasi Sinta 2.

Warga Gedongsari, Wijirejo, Pandak, Bantul tersebut mengungkapkan bahwa untuk meraih gelar magister harus memiliki bekal yang cukup yaitu kemauan untuk terus belajar. Setiap orang bisa dengan mudah melanjutkan studi ke jenjang magister, tapi tidak semuanya mampu menghayati ‘semangat belajar sepanjang hayat’. “Saya hanyalah seorang guru SD. Tidak sedikit orang-orang di sekitar saya berceloteh ‘untuk apa sekolah lagi, toh gelar S.Pd. pun sudah cukup untuk kamu berkarya’” paparnya. Namun bagi Dita ini bukan semata masalah gelar melainkan sebuah keinginan untuk terus mengaktualisasi diri dengan menambah wawasan baru. Karena seorang guru harus jadi teladan bagi siswanya, terutama dalam hal belajar.

Guru SDIT Salsabila 4 Bantul tersebut mengaku kendala yang dihadapi selama menempuh kuliah juga ada. Ungkapan “musuh terbesar bagimu adalah dirimu sendiri” ternyata benar adanya. “Sudah saya buktikan selama kuliah, khususnya selama penyelesaian tugas akhir. Saya adalah pribadi perfeksionis dalam hal apapun. Ternyata kepribadian tersebut membuat saya takut melangkah, takut salah, dan takut tidak sesuai ekspektasi” ujarnya. Cara mengatasinya adalah dengan membatasi proyeksi masa depan. “Hal ini bukan berarti saya tidak visioner, hanya saja proyeksi masa depan yang berlebihan akan mengurangi kekhidmatan kita menjalani hidup” papar Dita.

Putri pertama pasangan Sarjiyono yang berprofesi sebagai tukang las dan Arfina, seorang ibu rumah tangga tersebut masih akan mengabdi di instansi, mengaplikasikan ilmu yang sudah diperoleh guna memajukan SDIT Salsabila 4 Bantul. “Mimpi saya memang menjadi dosen inspiratif, dan saya akan terus berjuang untuk merealisasikan mimpi tersebut dengan cara dan waktu terbaik” kata Dita. Hal ini merupakan salah satu upaya UNY dalam agenda pembangunan berkelanjutan pada bidang pendidikan bermutu, mengurangi kemiskinan dan kesetaraan gender. (Dedy)