KENALKAN WARNA PADA ANAK TUNAGRAHITA MELALUI FINGER PAINTING

1
min read
A- A+
read

Anak tunagrahita yaitu seorang anak yang memiliki intelegensi dibawah rata-rata. Kesulitan yang masih banyak dialami oleh anak tunagrahita yaitu aspek mengenal warna, padahal mengenal warna merupakan salah satu hal yang penting untuk dipelajari dan dipahami setiap individu. Salah satu cara yang dapat digunakan dalam mengenalkan warna untuk anak tunagrahita adalah menggunakan model pembelajaran yang berulang-ulang dan menyenangkan. Salah satu kegiatan yang menyenangkan dalam mengenalkan warna untuk anak tunagrahita adalah finger painting. Metode ini dapat digunakan untuk mengenalkan warna pada anak tunagrahita dengan menggunakan metode eksperimen dan menekankan pada pembelajaran yang berulang-ulang sehingga anak tunagrahita mampu memiliki pemahaman dan konsep mengenai warna sebagai salah satu lingkup perkembangan kognitif anak tunagrahita. Mahasiswa program studi Pendidikan Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan UNY menggunakan metode finger painting ini untuk mengenalkan warna pada anak tunagrahita. Mereka adalah Helmawati Sholikha, Valentinus Yoga Wirantoro dan Imelda Sari.

Menurut Helmawati Sholikha finger painting adalah jenis kegiatan membuat gambar yang dilakukan dengan cara menggoreskan adonan warna (bubur warna) secara langsung dengan jari tangan secara bebas di atas bidang gambar, batasan jari di sini adalah semua jari tangan, telapak tangan, sampai pergelangan tangan. “Jadi, finger painting adalah kegiatan melukis dengan jari” katanya. Imelda Sari menambahkan bahwa mereka mengenalkan warna secara langsung dengan bermain. “Sehingga anak tidak terasa jika sedang belajar dan dia menyukainya” kata Imelda. Mereka menggunakan beberapa pewarna seperti spidol, cat air, dan benda-benda sekitar dalam mengenalkan warna sampai eksperimen pencampuran warna dan anak turun langsung dalam hal tersebut serta melihat langsung hasilnya.

Valentinus Yoga Wirantoro menjelaskan bahwa finger painting ini juga merupakan metode eksperimen atau percobaan sederhana. “Metode eksperimen yaitu pemberian kesempatan kepada anak untuk melakukan suatu percobaan dan dilakukan secara berulang-ulang” paparnya. Hasil dari observasi awal yaitu bahwa anak belum maksimal dalam mengenal warna dan memahaminya, terdapat beberapa warna yang hanya ditebak saja oleh anak. Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen dalam bentuk Single Subject Research (SSR). Desain SSR ini dibagi tiga tahap yaitu baseline 1, intervensi dan baseline 2. Pada baseline 1 peneliti melihat bagaimana kemampuan awal anak tunagrahita dalam mengenal warna primer sebelum memasuka fase intervensi, pengukuran kemampuan anak dalam mengenal warna menggunakan teknik pengambilan data tes. Alat dan bahan yang digunakan adalah cat warna, kertas A3, dan kanvas. Dalam proses intervensi akan diberikan perlakuan/intervensi melalui finger painting. Peneliti akan menerapkan pembelajaran mengenal warna menggunakan finger painting dengan metode eksperimen dimana anak akan diajarkan warna primer terlebih dahulu dan kemudian anak akan mencampurkan warna primer menjadi sebuah warna gabungan. Alat dan bahan yang digunakan adalah cat warna, kertas A3, dan kanvas. Sedangkan baseline 2 ini dimaksudkan sebagai kontrol untuk fase intervensi. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa finger painting dengan metode eksperimen efektif untuk mengenalkan warna pada anak tunagrahita. Penelitian ini berhasil meraih dana penelitian dari Fakultas Ilmu Pendidikan UNY. (Dedy)