KOLABORASI PINTAR LATIH SISWA KRITIS DAN KREATIF SIKAPI CORONA

2
min read
A- A+
read

Perkembangan lingkungan yang dinamis menuntut masyarakat untuk terus berfikir secara kritis dan kreatif. Sebagai bagian dari masyarakat abad 21 dan industri 4.0 diperlukan berbagai keterampilan untuk menghadapinya. Apalagi dengan berkembangnya endemik baru berbagai permasalahan kesehatan yang terjadi akhir-akhir ini, maka setiap siswa perlu dibekali keterampilan supaya mampu menghasilkan gagasan-gagasan dan pola-pola antisipasi baru untuk  menghadapinya.

Program Pengembangan Inovasi untuk Kualitas Pembelajaran (PINTAR) Tanoto Foundation berkolaborasi dengan Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) secara cepat menyikapinya. Melalui pelatihan untuk sekolah-sekolah mitra jenjang SD di Kabupaten Sleman selama 4 hari (10-14/3), peserta dari unsur guru, kepala sekolah dan pengawas dilatih untuk melakukan kegiatan pembelajaran berbasis aplikatif, kritis, dan analitis serta mendorong munculnya penulis dan penemu cilik di kelas sebagai outputnya.

“Kegiatan ini dilakukan sesuai dengan tujuan utama dari Mata Pelajaran, misalkan pada penalaran, pembuktian, representasi, koneksi, komunikasi dan proses: penyelidikan, penemuan, dan pemecahan masalah. Mereka dilatih untuk menjadi penemu dan penulis cilik dalam pembelajaran,” ungkap Fasilitator Program PINTAR dan Dosen PGSD UNY, Supartinah, M.Hum disela pelatihan Praktik Baik Pembelajaran dan Budaya Baca yang diselenggarakan di Hotel Forriz (11/3).

Supartinah menjelaskan setiap Mapel memiliki karakteristik tertentu dan memberikan keterampilan masing-masing. Namun, beberapa kemampuan dan keterampilan memiliki irisan dan tujuan yang sama. Peserta diajak untuk mengalami dengan cara melakukan percobaan, membuat atau berkreasi dan mengamati langsung objek yang dipelajari.

Peserta juga harus bekerja sama dan berkolaborasi untuk menemukan permasalahan dalam konteks yang berbeda-beda, mendesain dan mempresentasikan di depan kelas dengan pemodelan, sehingga mendorong rasa percaya diri. Terakhir merefleksi kekurangan semua aspek pembelajaran yang sudah dilangsungkan yang menjadikan mereka kritis terhadap lingkungannya.

“Dalam beberapa Mapel, pemodelan ini juga nanti bisa dikembangkan dalam banyak topik, misalkan tentang penyikapan terhadap Pandemi Corona. Di Mapel Bahasa dan IPS mereka bisa melakukan analisis dampak sosial dan bagaimana upaya menanganinya, Mapel IPA bisa melakukan kegiatan penelitian tentang rempah dan tindakan antisipasi awal dengan meneliti langsung manfaatnya, Mapel Matematika juga bisa melakukan penghitungan atau simulasi peluang dan pemodelan. Banyak hal yang bisa dilakukan untuk dikembangkan dari materi pelatihan ini,” jelasnya.

Mengaktifkan Siswa, Guru, dan Sekolah

Koordinator Program PINTAR Tanoto Foundation Jawa Tengah- Yogyakarta Dr Nurkolis, MM menjelaskan, secara spesifik misi utama Program PINTAR adalah mengaktifkan semua komponen sekolah. Dalam pembelajaran dengan unsur pembelajaran aktif; Mengalami, Interaksi, Komunikasi, dan Refleksi,atau MIKIR misalnya, siswa dan guru didorong untuk aktif dalam belajar, sehingga potensi siswa bisa berkembang secara penuh.

“Target utamanya adalah setiap komponen memiliki porsi yang proporsional sesuai dengan tupoksinya. Misal kepala sekolah tahu dan mau memfasilitasi semua kebutuhan yang diperlukan agar di kelas guru dan siswa mampu melakukan kegiatan pembelajaran yang aktif dan produktif. Guru juga tahu perannya sebagai fasilitator di kelas, sehingga menyiapkan pengalaman-pengalaman belajar yang merdeka untuk siswa. Siswa juga diberikan peluang untuk bereksplorasi secara maksimal, agar potensi prestasi belajarnya juga optimal,” ungkap Doktor bidang manajemen pendidikan ini.

Plt. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman Arif Haryono, SH saat membuka acara juga menyampaikan pentingnya keterampilan-keterampilan abad 21 ini dilaksanakan secara masif di sekolah. Tantangan yang dibutuhkan oleh siswa untuk menghadapi era revolusi industri 4.0 sangat ketat. Sehingga pembelajaran bukan hanya melakukan transfer pengetahuan, tetapi harus lebih daripada itu.  Guru harus menciptakan lingkungan belajar agar anak mampu belajar secara optimal dan anak menjadi seorang pembelajar.

“Era Revolusi Industri 4.0  harus disikapi dengan revolusi pembelajaran. Caranya dengan target capaian pembelajaran yaitu bukan hanya learning to know atau hanya learning to do, Namun bagaimana yang dilakukan tersebut terinternalisasi dalam diri masing-masing siswa sampai dengan bagaimana kebaikan terinternalisasi bisa dikerjasamakan dengan yang lain.  Terakhir kalau bisa targetnya adalah pembelajaran ini mampu melakukan transformasi nilai, budaya dan peradaban,” ungkapnya.

Menurut Arif, langkah PINTAR sangat tepat dengan pelatihan ini, karena akan mampu memfasilitasi siswa untuk memiliki daya cipta dan ide-ide kreatif untuk mendorong mereka memiliki kemampuan berfikir tingkat tinggi. Karena dari situ fase tertinggi menciptakan daya kreasi bisa dibentuk dan dibiasakan secara bertahap.

Pelatihan yang diikuti oleh 50 orang peserta sekolah piloting program PINTAR Tanoto Foundation dengan UNY ini berasal dari SDN Ambarukmo,  SDN Deresan, SDN Demak Ijo 1,  SDN Sendangadi 1, SDN Sendangadi Timur, dan  SDN Catur Tunggal. Selama 4 hari, mereka akan difasilitasi dan didorong untuk melakukan berbagai praktik baik dalam pembelajaran dan budaya baca. Setelah itu, mereka akan didampingi oleh dosen-dosen dari UNY untuk memastikan implementasi dan pengembangan disekolah sesuai konteks di sekolah. (Anang/Tanoto Foundation)