KULIAH DI PERGURUAN TINGGI BERBEDA DENGAN SMA

1
min read
A- A+
read
KULIAH DI PERGURUAN TINGGI BERBEDA DENGAN SMA

Kegiatan soft skill ini pada dasarnya adalah untuk menyiapkan mahasiswa kuliah di perguruan tinggi serta untuk mengetahui UNY lebih dalam. Kuliah di perguruan tinggi berbeda dengan SMA, yang membedakan adalah pola pendidikannya. Perguruan tinggi menerapkan pola pendidikan orang dewasa. Interaksi belajar mengajar ada pada mahasiswa itu sendiri, sedangkan fungsi dosen hanya sebagai fasilitator. Oleh karenanya mahasiswa harus menunjukkan partisipasi belajar yang berbeda. Demikian dikatakan Rektor UNY Sutrisna Wibawa dalam pembinaan soft skill mahasiswa baru jalur SBMPTN angkatan 2 di Auditorium, Kamis (25/7). Lebih lanjut Rektor mengatakan bahwa sistem perkuliahan di perguruan tinggi memakai sistem kredit semester. “Tidak seperti SMA yang masuk jam 7 pulang jam 14, di perguruan tinggi perkuliahannya tergantung jadwal” kata Sutrisna Wibawa. Perkuliahan ada yang melalui tatap muka dan ada yang melalui e-learning. Selain itu juga ada tugas terstruktur yang diberikan dosen dan kerja mandiri. Ini yang menbedakan dengan dengan era SMA, oleh karena itu para mahasiswa baru perlu adaptasi. Rektor menginformasikan bahwa peminat UNY lewat jalur SBMPTN 38.007 yang diterima 2.223 orang. Oleh karena itu para mahasiswa baru SBMPTN harus bersyukur dan bangga.

Wakil Rektor III Sumaryanto mengatakan bahwa soft skill gelombang 2 ini diikuti oleh mahasiswa baru jalur SBMPTN sejumlah 1.013 mahasiswa yang terdiri dari mahasiswa FIS 240 orang, FT 333 orang, FIK 195 orang dan FE 265 orang. “Materi pembinaan terdiri dari 6 teori dan 12 praktik yang melibatkan 383 dosen dan 112 instruktur” kata Sumaryanto. Kegiatan soft skill juga dilaksanakan di unit fakultas masing masing dan diberi materi yang bersifat praktek dengan pemateri pimpinan UNY tingkat fakultas, jurusan dan program studi.

Pembinaan soft skill mahasiswa UNY dilakukan dalam proses pembelajaran maupun ekstra kurikuler. Pembinaan soft skill ini diperlukan agar mahasiswa dapat memiliki ketrampilan berinteraksi dengan orang lain. Salah satu bentuk ekstra kurikuler yang dapat membentuk soft skill mahasiswa adalah melalui kegiatan organisasi mahasiswa. Materi yang disampaikan dalam pembinaan soft skill ini diantaranya manajemen waktu, etika perilaku mahasiswa dan pengembangan karakter mahasiswa berbasis budaya lokal Indonesia. Salah satu peserta, Prima dari prodi Pendidikan IPS berharap dengan adanya soft skill ini dapat membantunya beradaptasi dengan kehidupan kampus yang berbeda dengan jaman SMA. Alumni SMAN 1 Bantul tersebut berkeinginan agar apa yang didapat dalam pelatihan soft skill ini dapat membuatnya lebih mengetahui tentang kehidupan bermahasiswa dan belajar tentang leadership. (Dedy)