MANAJEMEN PENDIDIKAN PASCA PANDEMI COVID 19

1
min read
A- A+
read

MANAJEMEN PENDIDIKAN PASCA PANDEMI COVID 19

Di Indonesia, Kebijakan Pendidikan selalu berubah-ubah seiring dengan pergantian Menteri. Ini yang membuat hasil Pendidikan di Indonesia tidak meningkat. Karena pendidikan ini berjalan di tempat, berkeringat tapi tidak maju. “Oleh karena itu dalam manajemen pendidikan ini salah satu yang perlu dibenahi adanya suatu kebijakan yang continous improvement” buka Prof. Dr. Sugiyono, M.Pd. dalam PPM Manajemen Pendidikan Pasca Pandemi Covid 19 yang diadakan Pascasarjana UNY yang diadakan secara daring.

Sugiyono menjelaskan bahwa situasi pandemi Covid-19 berpengaruh terhadap sistem dan manajemen Pendidikan di Indonesia. Perubahan paling kentara adalah pada kegiatan belajar yang semula dilakukan tatap muka menjadi virtual atau online yang mana terdapat berbagai kendala yang dialami siswa maupun pendidik. Kegiatan Belajar Mengajar merupakan komunikasi antara guru dan murid. Ketika tatap muka langsung, materi akan diterima secara langsung. “Berbeda bila secara online, akan ada hambatan baik itu putus jaringan atau suara tidak jelas, materi bisa tidak tersampaikan” tambah Sugiyono lagi dalam kegiatan yang diikuti oleh praktisi pendidikan dan guru serta masyarakat umum ini.

Di kegiatan yang dimoderatori oleh Dr. Arif Rohman ini, narasumber menyebutkan bahwa adapun kendala bahwa pembelajaran daring lebih menyerap energi walaupun hanya duduk. Tidak adanya interaksi yang menyenangkan akan membuat pembelajaran menjadi membosankan. Tidak dipungkiri juga ada banyak keuntungan dengan pembelajaran daring dimana seorang guru bisa sekaligus mengajar 1000 anak sekaligus. Ada pula keuntungan dari segi jarak, tidak memerlukan gedung, tidak perlu alat transportasi dan yang pasti lebih murah.

Sugiyono menarik kesimpulan mengenai Manajemen Pendidikan Pasca Pandemi yaitu pemerintah membuat kebijakan pendidikan yang bersifat continous improvement, kemudian melaksanakan 7 fungsi manajemen secara konsisten. Lalu materi ajar nasional diajar oleh pendidik yang memiliki kompetensi level nasional dilanjutkan dengan tutorial di masing-masing sekolah, dana pembangunan infrastruktur digunakan untuk membangun jaringan publik. “Kemudian guru yang perlu kreatif mengembangkan metoda dan media pengajar yang menarik, keberhasilan pembelajaran diukur secara berkelanjutan dan perlunya keterlibatan keluarga dalam pembelajaran daring” tutup Sugiyono lagi. (ant)