PROGRAM LITERASI EKOKULTURAL UNTUK MENUMBUHKAN MINAT BUDIDAYA TOGA

1
min read
A- A+
read
 PROGRAM LITERASI EKOKULTURAL UNTUK MENUMBUHKAN MINAT BUDIDAYA TOGA

Indonesia kaya akan sumberdaya alam yang melimpah. Hal tersebut tak dapat dilepaskan dari kondisi bentanglahan yang sangat cocok untuk menanam berbagai jenis tumbuhan. Salah satunya tumbuhan atau tanaman obat keluarga. Kondisik fisik suatu daerah yang didominasi oleh tanah kering, bebatuan di daerah perbukitan seringkali memiliki tingkat kesuburan yang tinggi untuk tanaman jenis tertentu salah satunya tanaman obat keluarga (TOGA).

Dusun Kunden, Sidoharjo yang terletak di Kecamatan Imogiri Kabupaten Bantul pernah menjadi pemasok komoditas jamu terbesar di Yogyakarta karena kondisi fisik daerahnya yang subur dan menunjang hal tersebut. Namun demikian kondisi daerah tersebut berubah pasca gempan Jogja 2006 silam. Lahan pertanian TOGA menjadi hancur yang membuat penduduk Dusun Kunden beralih profesi. Dan membuat produksi tanaman TOGA turun.

Kondisi itulah yang membuat Dhini Martini, Almi Santi Amelia, Dewanggi Latifa Puspa Wardani, Abidatu Lintang Pradipta dan Yuli Puspitasari mahasiswa UNY angkatan 2016 dan 2017 membuat program L-Koral: Literasi Ekokultural Untuk Menumbuhkan Minat Budidaya Toga Anak-anak Dusun Kunden Bantul yang bekerjasama dengan Karang Taruna Pamudensi Bakti Dusun Kunden selaku mitra.

Koral merupakan salah satu program pengabdian masyarakat dalam bidang PKM-M yang diadakan oleh Kemenristek Dikti. Bertujuan untuk membantu menumbuhkan minat budidaya TOGA anak-anak Dusun Kunden agar produktifitas TOGA kembali meningkat.

Salah satu keunggulan program L-Koral adalah pada literasi berbasis ekologi dan budaya. Dua hal yang dikemas menjadi kegiatan pembelajaran bagi anak-anak sebagai upaya pengenalan potensi daerah dan peningkatan literasi anak-anak mengenai TOGA.

Dewanggi Latifa, salah satu anggota program L-Koral mengatakan bahwa selain program tersebut luaran PKM yang ada berupa Togatorium sebagai sarana untuk meningkatkan pengetahuan anak-anak mengenai TOGA.

“Kami juga berharap dengan adanya program ini, para orangtua atau masyarakat akan lebih peduli terhadap lingkungan, khususnya TOGA dan memiliki kemandirian dalam menyediakan kebutuhan obat bagi keluarga, yakni tanaman obat keluarga”, Pungkasnya. (Latifah Diah A/JK)