SALEP ANTI INFLAMASI DARI DAUN KETAPANG

3
min read
A- A+
read

Luka merupakan kerusakan kontinuitas kulit, mukosa membran dan tulang atau organ tubuh lain sehingga menimbulkan efek yang traumatis. Gangguan kontinuitas suatu jaringan pada kulit menyebabkan terjadinya pemisahan jaringan yang semula normal menjadi tidak normal. Luka sayatan merupakan jenis luka yang disebabkan oleh teriris alat instrumen yang tajam. Proses penyembuhan luka yang terjadi untuk mengatasi lukasayatan dapat dipercepat dengan senyawa memiliki sifat anti-inflamasienat untuk mengurangi tanda-tanda dan gejala peradangan. Senyawa anti-inflamasi ini diantaranya terkandung pada daunketapang. Hal ini menarik perhatian sekelompok mahasiswa UNY yaitu Asmi Aris prodi pendidikan kimia, Miya Kurniawati prodi pendidikan kepelatihan olahraga dan Jefri Eko Cahyono prodi ilmu komunikasi untuk meneliti daun ketapang sebagai salep anti inflamasi.

Asmi Aris mengatakan mengatakan bahwa dalam tumbuhan ketapang (Terminalia Catappa) memiliki kandungan senyawa obat seperti, flavonoid, alkaloid, tannin, titerpenoid atau steroid, dan saponin. “Ketapang merupakan jenis tumbuhan berpembuluh, yang memiliki kandungan tannin” katanya. Tannin dapat digunakan sebagai antibakteri dalam luka karena dalam tannin terdapat senyawa gugus fenol. Gugus fenol dalam tannin memiliki sifat alkohol yang berperan sebagai antiseptik. Menurut Miya Kurniawati ketika suatu bagian tubuh mengalami luka terbuka, mekanisme inflamasi akan membantu menghilangkan sel yang rusak dan mempercepat proses penyembuhan. “Inflamasi sebagai respon imun pertama untuk merusak zat atau objek asing yang dianggap merugikan, baik itu sel yang rusak, bakteri, atau virus” kata Miya. Menghilangkan zat atau objek asing tersebut penting untuk memulai proses penyembuhan. Dengan melalui berbagai mekanisme lainnya, sel inflamasi dalam pembuluh darah memicu pembengkakan pada area tubuh yang mengalami kerusakan dan menyebabkan pembengkakan, warna kemerahan, dan rasa nyeri. Inflamasi memang akan menimbulkan rasa tidak nyaman, tetapi hal tersebut penting dalam proses penyembuhan.

Jefri Eko Cahyono memaparkan produk salep antiinflamasi daun ketapang (Terminalia catappa) sebagaisolusilukainsisi akan diolah menjadi sediaan berbentuk plastik yang agronomis menyesuaikan dengan kebutuhan, dimana dari produk ini berbentuk kental yang akandiwadahpadawadahplastikobatumumnya. Tahap formulasinya, ekstrak daun ketapang dibuat dengan cara maserasi. Sebanyak 50 g serbuk yang telah halus direndam dalam pelarut etanol 70 % sebanyak 500 mL dengan perbandingan 1:10 yang disesuaikan dalam Farmakope Indonesia selama 5 hari. Setelah 5 hari dipisahkan debris I dan filtrat I dengan menggunakan kertas saring. Dari hasil tersebut kemudian debris I direndam kembali menggunakan etanol 70 % sebanyak 400 mL selama 2 hari dengan sesekali diaduk. Kemudian debris II dan filtrat II dipisahkan menggunakan kertas saring. Dari hasil tersebut kemudian debris II direndam kembali menggunakan etanol 70 % sebanyak 300 mL selama 1 hari dengan sesekali diaduk. Setelah 1 hari debris III dan filtrat III dipisahkan menggunakan kertas saring. Filtrat I, filtrat II, dan filtrat III digabungkan dan disaring kembali untuk memastikan tidak ada ampas (debris) yang terikut dan untuk memperoleh total maserat daunketapang. Kemudian dievaporasi dengan menggunakan alat vakum evaporator dengan suhu 60oC sehingga diperoleh ekstrak hampir kental dan dilanjutkan dengan menggunakan waterbath dengan suhu 60oC hingga diperoleh ekstrak kental. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan didapatkan daun ketapang dapat menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus. Salep antiinflamasi daun ketapang diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup pasien untuk menyembuhan luka insisi dan menjadi solusi permasalahan pada pasien untuk menyembuhkan luka insisi yang diharapkan dapat berdaya saing global. (Dedy_Luka merupakan kerusakan kontinuitas kulit, mukosa membran dan tulang atau organ tubuh lain sehingga menimbulkan efek yang traumatis. Gangguan kontinuitas suatu jaringan pada kulit menyebabkan terjadinya pemisahan jaringan yang semula normal menjadi tidak normal. Luka sayatan merupakan jenis luka yang disebabkan oleh teriris alat instrumen yang tajam. Proses penyembuhan luka yang terjadi untuk mengatasi lukasayatan dapat dipercepat dengan senyawa memiliki sifat anti-inflamasienat untuk mengurangi tanda-tanda dan gejala peradangan. Senyawa anti-inflamasi ini diantaranya terkandung pada daunketapang. Hal ini menarik perhatian sekelompok mahasiswa UNY yaitu Asmi Aris prodi pendidikan kimia, Miya Kurniawati prodi pendidikan kepelatihan olahraga dan Jefri Eko Cahyono prodi ilmu komunikasi untuk meneliti daun ketapang sebagai salep anti inflamasi.

Asmi Aris mengatakan mengatakan bahwa dalam tumbuhan ketapang (Terminalia Catappa) memiliki kandungan senyawa obat seperti, flavonoid, alkaloid, tannin, titerpenoid atau steroid, dan saponin. “Ketapang merupakan jenis tumbuhan berpembuluh, yang memiliki kandungan tannin” katanya. Tannin dapat digunakan sebagai antibakteri dalam luka karena dalam tannin terdapat senyawa gugus fenol. Gugus fenol dalam tannin memiliki sifat alkohol yang berperan sebagai antiseptik. Menurut Miya Kurniawati ketika suatu bagian tubuh mengalami luka terbuka, mekanisme inflamasi akan membantu menghilangkan sel yang rusak dan mempercepat proses penyembuhan. “Inflamasi sebagai respon imun pertama untuk merusak zat atau objek asing yang dianggap merugikan, baik itu sel yang rusak, bakteri, atau virus” kata Miya. Menghilangkan zat atau objek asing tersebut penting untuk memulai proses penyembuhan. Dengan melalui berbagai mekanisme lainnya, sel inflamasi dalam pembuluh darah memicu pembengkakan pada area tubuh yang mengalami kerusakan dan menyebabkan pembengkakan, warna kemerahan, dan rasa nyeri. Inflamasi memang akan menimbulkan rasa tidak nyaman, tetapi hal tersebut penting dalam proses penyembuhan.

Jefri Eko Cahyono memaparkan produk salep antiinflamasi daun ketapang (Terminalia catappa) sebagaisolusilukainsisi akan diolah menjadi sediaan berbentuk plastik yang agronomis menyesuaikan dengan kebutuhan, dimana dari produk ini berbentuk kental yang akandiwadahpadawadahplastikobatumumnya. Tahap formulasinya, ekstrak daun ketapang dibuat dengan cara maserasi. Sebanyak 50 g serbuk yang telah halus direndam dalam pelarut etanol 70 % sebanyak 500 mL dengan perbandingan 1:10 yang disesuaikan dalam Farmakope Indonesia selama 5 hari. Setelah 5 hari dipisahkan debris I dan filtrat I dengan menggunakan kertas saring. Dari hasil tersebut kemudian debris I direndam kembali menggunakan etanol 70 % sebanyak 400 mL selama 2 hari dengan sesekali diaduk. Kemudian debris II dan filtrat II dipisahkan menggunakan kertas saring. Dari hasil tersebut kemudian debris II direndam kembali menggunakan etanol 70 % sebanyak 300 mL selama 1 hari dengan sesekali diaduk. Setelah 1 hari debris III dan filtrat III dipisahkan menggunakan kertas saring. Filtrat I, filtrat II, dan filtrat III digabungkan dan disaring kembali untuk memastikan tidak ada ampas (debris) yang terikut dan untuk memperoleh total maserat daunketapang. Kemudian dievaporasi dengan menggunakan alat vakum evaporator dengan suhu 60oC sehingga diperoleh ekstrak hampir kental dan dilanjutkan dengan menggunakan waterbath dengan suhu 60oC hingga diperoleh ekstrak kental. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan didapatkan daun ketapang dapat menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus. Salep antiinflamasi daun ketapang diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup pasien untuk menyembuhan luka insisi dan menjadi solusi permasalahan pada pasien untuk menyembuhkan luka insisi yang diharapkan dapat berdaya saing global. (Dedy)