UNY BERKOMITMEN DALAM KEMBANGKAN POTENSI DESA

2
min read
A- A+
read

UNY BERKOMITMEN DALAM KEMBANGKAN POTENSI DESA

Universitas Negeri Yogyakarta telah lama berkiprah dalam membangkitkan ekonomi pedesaan, salah satunya pada tahun 2001 di desa Dusun Kiringan Canden Jetis Bantul dengan program pemberdayaan dan pendampingan melalui kerjasama pendampingan dan pemberdayaan bersama IPTEKDA-LIPI (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di Daerah – Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia), dilanjutkan dengan program pendampingan kerjasama antara Universitas.  Usaha jamu ini terus berkembang namun mulai menghadapi kendala ketika terjadi gempa pada tahun 2006. Universitas Negeri Yogyakarta Bersama dengan UNDP (United Nations Development Program) berusaha membangkitkan lagi usaha jamu pasca gempa dengan membentuk Kelompok Jamu Seruni Putih sekaligus Koperasi Seruni Putih. Pada tahun 2009 UNY mendampingi UMKM di Gulurejo Lendah Kulonprogo dengan pemberdayaan pengrajin batik Dusun Mendiro menggandeng AusAID, lembaga yang memberikan bantuan melalui pemerintah Australia terhadap daerah di Indonesia. Pada tahun itu juga pengrajin batik UMKM Dusun Mendiro diajak untuk ikut serta dalam pameran untuk mengenalkan produk batik Mendiro ke konsumen secara lebih luas. Setiap tahunnya, Universitas Negeri Yogyakarta memberikan pembinaan terhadap UMKM para pengrajin jamu tersebut untuk membantu peningkatan kapasitas UMKM pengrajin dari segi kualitas produk, pemasaran maupun yang lainnya. Demikian dikatakan Prof. Nahiyah Jaidi Kepala Pusat Inovasi Inkubator Bisnis UNY dalam workshop UNY Mbangun Desa di LPPM UNY Kamis (2/12). Lebih lanjut dikatakan bahwa UNY terus selalu memperhatikan UMKM di desa dan mengembangkannya sesuai dengan kemampuan yang UNY miliki. “Harapannya dengan workshop ini dapat menjembatani apa yang menjadi keinginan desa dengan UNY” katanya.

Pembicara lain dalam workshop ini adalah Dr. Eng Faqih Ma’arif yang memaparkan bahwa grand desain UNY Mbangun Desa adalah penyusunan rencana pembangunan wilayah dengan memperhatikan rencana strategis desa serta kondisi dan arah kebijakan strategisnya. Dosen Fakultas Teknik UNY tersebut mencontohkan grand desain paket desa herbal dapat sekaligus sebagai desa wisata, desa budaya dan desa digital. “Kita bisa buka tempat penyediaan bahan dengan wista kebun obat dan wisata tempat penyimpanan bahan” paparnya. Selain itu tempat produksi, workshop pembuatan jamu dan pengolahan limbah dapat dijadikan tempat wisata. Pada tahap akhir wisatawan diajak ke pendopo tempat penjualan retail UMKM. Tidak boleh dilupakan juga harus ada fasilitas umum seperti tiolet, musholla, foot court dan lokasi parkir. Faqih juga mencontohkan desa sentra jamu Canden dengan didirikan museum omah jamu yang dilengkapi dengan tugu identitas dan ruang workshop.

Kegiatan ini diselenggarakan oleh Bidang Perencanaan dan Kerja Sama bidang Kemitraan Dalam Negeri dengan LPPM UNY dan dihadiri oleh Panewu Lendah Kulonprogo, Panewu Jetis Bantul beserta para kepala dukuh dari kedua kapanewon tersebut. Dibuka oleh Sekretaris LPPM Prof. Siti Irene Astuti yang mengatakan bahwa desa sekarang merupakan sebuah ikon yang bisa menggerakkan masyarakatnya untuk bekualitas dengan hal-hal yang dapat mengaktualisasi apa yang ada di desa. “Pembangunan negara ditentukan oleh kualitas masyarakat desanya” kata Siti Irene Astuti. Oleh karena itu perangkat desa dapat berlokaborasi dengan UNY membicarakan hal-hal yang belum diasah baik dari segi sumber daya manusia dan sumber daya alamnya. Untuk itu kehadiran peserta workshop di LPPM bisa saling berbagi tentang apa yang bisa dikembangkan dan disharing.

Panewu Lendah Sutrisna mengatakan warga Gulurejo berterimakasih pada UNY yang telah membuka potensi masyarakat Gulurejo. “Kami dari kapanewon sempat bingung juga mau dikemanakan Gulurejo ini” katanya. Namun kedatangan UNY menggandeng Gulurejo sangat menolong untuk mengembangkan potensi yang ada. Sutrisna berharap agar kedepannya potensi tersebut berkembang optimal.  Lurah Gulurejo Bejo Santoso berharap pada LPPM untuk kedepannya dapat berkolaborasi untuk melihat potensi lain yang ada di Gulurejo yang belum tersentuh utamanya dalam bidang desa wisata dan UMKM. Lurah Canden Beja mengatakan bahwa lebih dari 70% warga negara Indonesia ada di pedesaan. Untuk itu dibentuklah kementerian yang mengurusi pedesaan pada saat ini. “Banyak potensi yang ada di desa yang belum dikelola dengan benar” katanya. Oleh karena itu kehadiran UNY memberi harapan agar nantinya bisa mengangkat potensi sehingga warga desa tidak perlu ke kota untuk mencari pekerjaan, karena semua ada di desa. Kegiatan ini merupakan salah satu upaya UNY pada agenda pembangunan berkelanjutan dalam hal kemitraan untuk mencapai tujuan. (Dedy)