YAYASAN VTIC ADAKAN KUNJUNGAN DAN DISKUSI PENDIDIKAN ANAK IMIGRAN MALAYSIA DI FIP

1
min read
A- A+
read

Sesuai dengan nilai-nilai pendidikan, mahasiswa sepatutnya mengembangkan semangat sukarela dalam mendidik generasi bangsa. Selama ini gerakan relawan mengajar telah menyebar di seantero pelosok Indonesia, namun jarang menyentuh anak-anak imigran TKI di luar negeri.

Yayasan Volunteerism Teaching Indonesian Children (VTIC) melakukan kunjungan ke FIP untuk memperkenalkan kepada mahasiswa terkait kesempatan kontribusi mengajar anak-anak imigran TKI perkebunan kelapa sawit di Serawak, Malaysia.

Rizal Burhanudin, perwakilan VCIT regional Yogyakarta menyatakan bahwa pendidikan harus menyentuh segala lapisan dan wilayah masyarakat, tidak sekadar yang berada di dalam negeri saja. “Selama ini anak-anak imigran di Malaysia belum mendapatkan pendidikan yang layak, padahal idealnya pendidikan adalah hak warga negara, di mana pun dia berada, kendati di luar negeri,” ujar Rizal.

UNY yang dikenal sebagai salah satu universitas pendidikan di Indonesia turut menyumbang banyak relawan pengajar di Indonesia. “Oleh sebab itu, kami memilih roadshow dan kunjungan ke UNY sebagai simbol akademik pendidikan di Yogyakarta,” tambah Rizal yang juga merupakan alumni FMIPA UNY.

Indah Kartika, salah satu alumni pengajar VCIT juga berbagi pengalamannya terkait suka duka menjadi relawan di Serawak, Malaysia. “Ada pengalaman miris sekaligus mengesankan ketika mendidik anak-anak imigran Indonesia di luar negeri. Bahkan di hari kemerdekaan, bendera Indonesia tidak boleh dikibarkan, dan hanya boleh dibentangkan. Kalaupun dikibarkan, harus di bawah bendera Malaysia,” ujar Indah.

Oleh sebab itu, menjadi kewajiban pendidik untuk menanamkan nasionalisme dan rasa cinta terhadap nusantara, kendati anak-anak Imigran di luar negeri tidak berada di Indonesia.

Dewi Masyitoh, salah seorang peserta diskusi menyatakan bahwa kunjungan tersebut membuka matanya terkait sisi lain pendidikan Indonesia. “Ada wilayah yang selama ini belum menjadi perhatian publik, terlebih lagi edukasi bagi anak-anak imigran yang tergolong hanya anak-anak buruh kecil di ‘negeri orang’,” tanggap Dewi.

Kunjungan yayasan VCIT diwakili oleh Della Lisna Ferica, Rizal Burhanuddin, Endo Faisal, dan Indah Kartika dari cabang VCIT regional Yogyakarta. Kunjungan ini sambut oleh Rahmi Utami, Wakil Ketua BEM FIP yang dilanjutkan dengan diskusi pendidikan di Abdullah Sigit Hall, FIP, dari pukul 15.00-17.00, Rabu (20/02). (Muhammad Abdul Hadi/JK)