SYAWALAN KELUARGA BESAR UNY

1
min read
A- A+
read

Silaturahim itu selalu menyambung tali kasih sayang. Salah satu doa yang makkbul adalah doa dari seorang sahabat yang bahkan yang didoakan pun tidak mengetahuinya. Pada saat ini kita sedang menghadapi pandemi Covid 19 oleh karena itu maka silaturahminya dilaksanakan secara virtual. Sunnah yang diajarkan Rasulullah dalam menghadapi pandemi adalah agar umat tidak melakukan hal yang membahayakan dirinya, misalnya melakukan pekerjaan dari rumah.  Demikian dikatakan dr. Agus Taufiqurrohman, SP.S., M.Kes Ketua PP Muhammadiyah dalam syawalan keluarga besar UNY, Rabu (3/6). Lebih lanjut dikatakan bahwa orang akan menurun kekebalan tubuhnya apabila memiliki emosi negatif termasuk marah. “Maka jaga emosional kita agar imunitas tidak turun” kata Agus Taufiqurrohman. Diungkapkan pula bahwa apabila ingin imunitas tubuhnya bagus maka lanjutkan amaliyah puasa karena saat puasa fungsi kekebalan tubuhnya lebih bagus. Mereka yang tahajudnya bagus tubuhnya dalam keadaan tenang, sistem imun tubuhnya akan semakin baik. Agus menyampaikan juga bahwa pada saat UNY menjadi perguruan tinggi yang pertama kali membangun kesadaran melawan Covid 19 dengan kuliah dari rumah, maka dengan demikian UNY juga menjadi perintis kampus yang sehat.

Kegiatan yang berlangsung secara terbatas di Ruang Sidang Utama Rektorat dan disiarkan langsung melalui website UNY tersebut dihadiri segenap pejabat UNY. Rektor UNY Prof. Dr. Sutrisna Wibawa, M.Pd mengatakan bahwa asal muasal adanya tradisi syawalan adalah dari Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ario Mangkunagoro I yang saat itu mengumpulkan punggawa dan prajurit istana untuk sungkem pada Adipati dan Permaisuri setelah perayaan Idul Fitri. Adapun halal bihalal sendiri merupakan kata berbahasa Indonesia yang menggunakan kata berbahasa Arab. “Di negara Arab sendiri hal ini tidak ada, jadi halal bihalal merupakan tradisi khas Indonesia” kata Sutrisna Wibawa. Menurutnya sebelum dibakukan menjadi kata dalam bahasa Indonesia, halal bi halal sudah ditemukan dalam kamus bahasa Jawa-Belanda kumpulan Dr. Th. Pigeaud terbitan tahun 1938. Halalbihalal dalam kamus tersebut terdapat pada entri huruf ‘A’ dengan kata ‘alal behalal’ dengan arti yang sama dengan arti ‘halalbihalal’ yang dibakukan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, yaitu acara maaf-memaafkan pada hari Lebaran dan merupakan suatu kebiasaan yang khas Indonesia. Versi lain menyebutkan bahwa halal bi halal merupakan gabungan kata berbahasa Arab. Ada dua kata halal yang berarti ‘boleh’ atau ‘diizinkan’ digabungkan dengan kata penghubung bi yang berarti ‘dengan’. Sehingga berarti halal dengan halal, artinya saling menghapus segala hal yang dilarang, seperti dosa dan kesalahan terhadap orang lain. (Dedy)