DISKUSI TANTANGAN PENDIDIKAN MILENIAL

1
min read
A- A+
read

DISKUSI TANTANGAN PENDIDIKAN MILENIAL

Ketika orang berbicara tentang revolusi industri 4.0, pendidikan milenial dan sebagainya terdapat disparitas yang sangat jauh antara guru di Jawa dan Luar Jawa. Namun ketika bicara masalah sumber daya manusia, hal ini tidak bisa dibedakan. Untuk itu di tahun 2019 saya mengadakan pergeseran besar-besaran yang disebut revolusi pelatihan. Selama ini dalam pelatihan, para peserta dipanggil ke pusat, provinsi atau regional. Yang dipertanyakan adalah apakah setelah selesai pelatihan para peserta akan mengimplementasikannya di sekolah dan siapa yang menjamin akan dijalankan di kelas. Hal ini berjalan bertahun-tahun. Demikian dipaparkan Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbud RI Dr. Supriano dalam diskusi panel Karangmalang Education Forum #5 di Rektorat UNY, Rabu (20/11). Lebih lanjut Supriano mengatakan di Dirjen GTK ada dua kebijakan zonasi yaitu pendistribusian guru dan pelatihan. “Indonesia punya 514 kabupaten namun memiliki 2580 zona, kami geser dana ke pelatihan berbasis zona” kata Supriano. Menurutnya terdapat 1200 instruktur nasional yang terdiri dari widyaiswara, dosen, guru senior dan sebagainya. Para instruktur nasional ini melatih para guru inti berbasis zona pada awal tahun 2019. Satu guru inti diberi tanggungjawab mengajar 20 guru lain sesuai mata pelajaran. Kedepan tidak hanya fokus di akademis karena pendidikan karakter juga penting untuk keberhasilan seseorang. Metode pelatihannya berupa 5-in 3-on dengan sistem blended learning.

Kegiatan dibuka oleh Rektor UNY Prof. Sutrisna Wibawa. Dalam sambutannya Rektor mengatakan bahwa dalam pertemuan dengan Mendikbud didapatkan kata kunci kemerdekaan atau otonomi. “Bagi perguruan tinggi otonomi bukanlah hal baru namun bagi pendidikan dasar dan menengah ini merupakan hal baru” kata Sutrisna Wibawa. Harapannya dalam diskusi ini bisa berinisiasi, berkreativitas dan berinovasi yang bukan perintah dari atas. Untuk pengembangan ilmu juga harus ada riset bersama antara LPPMP dengan LPTK. Pengalaman best practice di lapangan oleh widyaiswara juga perlu didukung pengembangan ilmu lewat riset.

Diskusi diikuti oleh lebih dari 200 peserta yang terdiri dari guru, dosen, mahasiswa dan pemerhati pendidikan. Dalam diskusi bertajuk ‘Tantangan Pendidikan Milenial’ tersebut tampil sebagai pembicara selain Dirjen GTK adalah Guru Besar UAD Prof. Suyoto dengan tema ‘Filosofi Pendidikan Kini dan Esok’, Guru Besar UNY Prof. Suyanto dengan tema ‘Tantangan Kesiapan Guru’dan Inisiator Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah Ahmad Bahruddin dengan tema ‘Praksis Pendidikan’. (Dedy)