Manusia bertahan hidup dengan ketrampilan unuk memenuhi kebutuhan ekonomi dan dengan pendidikan untuk meninimalisasi ketergantungan. Permasalahan timbul pada saat keterampilan yang diajarkan tidak berorientasi pada pasar kerja, pembelajaran hanya dilakukan di sekolah tidak menerapkan kemitraan dengan pengguna jasa lulusan dan orangtua peserta didik, arah dan muatan pembelajaran tidak menerapkan aspek teknologi informasi, cakupan materi tidak menyeluruh termasuk prasyarat keterampilan antara lain: kebersihan, keselamatan kerja, pengorganisasian alat-alat dan ruangan, belum ada lembaga transisi kerja terutama untuk kelanjutan pasca sekolah dan belum ada lisensi vokasi bagi disabilitas, yang secara resmi dapat memberikan lisensi keterampilan pasca sekolah. Hal ini disampaikan Dr. Ishartiwi dalam Seminar Nasional Pendidikan Season #4 yang dilaksanakan secaa daring, Sabtu (15/10). Dosen PLB FIP UNY tersebut mengatakan materi pembelajara keterampilan kerja tidak terbatas pada hard skills (produk) tetapi mencakup soft skills (mengelola diri) dan seluruh keterampilan hidup. Tahapan awal dimulai dari keterampilan dasar self care, untuk prasyarat belajar jenis keterampilan siswa berkebutuhan khusus lainnya. “Latihan hard skills untuk siswa berkebutuhan khusus mencakup, Tingkat dasar untuk menumbuhkan minat dan motivasi berkarya, dan produk sederhana, Tingkat terampil, untuk kemampuan berkarya sesuai kebutuhan kehidupan dan Tingkat terampil/profesional, berkarya untuk bekerja” katanya. Ishartiwi mengingatkan agar saat mengajar ketrampilan siswa berkebutuhan khusus hendaknya dapat dibedakan ketegori disabilitas: ringan sedang, berat. Lakukan melalui pembiasaan kehidupan sekolah dan bekerjasama dengan orang tua dan lembaga industri/ dunia jasa serta diaplikasikan dalam kehidupan dirumah untuk kelanjutannya.
Semmentara itu Ganis Shabarani dari Dnetwork memaparkan society 5.0 bertujuan untuk masyarakat baru yang berpusat pada manusia. Kunci untuk mencapai pertumbuhan jangka menengah dan panjang adalah mewujudkan Society 5.0 yang menyelesaikan berbagai tantangan masyarakat dengan memasukkan ke dalam setiap industri dan kehidupan sosial inovasi Revolusi Industri ke-4 (misalnya, IoT, big data, AI, robotika, ekonomi berbagi, dan sebagainya) yang terjadi dengan cepat. Tantangan teman-teman disabilitas dalam mengakses pekerjaan yang inklusif antara lain kurangnya lingkungan yang mendukung dan penyedia lapangan kerja. Padahal di masa depan pekerjaan akan dipengaruhi tidak hanya oleh teknologi baru, tetapi juga oleh perubahan budaya yang mengubah preferensi, kebutuhan, dan tuntutan generasi mendatang. Ganis membekali mahasiswa disabilitasnya agar siap memasuki dunia kerja dengan apa yang mereka miliki sekarang. “Cari pekerjaan sesuai potensi dan cari perusahaan yang dapat menerima disabilitas” kata Ganis. Mahasiswa disabilitas diajarkan agar mampu dan dapat berusaha dimana mereka diberi platihan softskill dan hardskill untuk mereka sendiri. Selain itu juga diberikan work transition training, user gathering, disability inclusion training dan employment-circle assistance untuk memudahkan mendapat pekerjaan.
Sementara itu Silvira Meytyhalina, SIP, MPA Fungsional Pengantar Kerja Ahli Muda Disnakertrans DIY mengatakan selama ini yang terjadi masih kurangnya respon perusahaan untuk mempekerjakan tenaga kerja disabilitas dan terbatasnya data penyandang disabilitas usia kerja dan skill/kompetensi yang dimiliki. “Juga terbatasnya kesempatan kerja yang terbuka bagi tenaga kerja disabilitas atau ketidaksesuaian jenis ketrampilan tenaga kerja penyandang disabilitas dengan persyaratan jabatan dan kondisi kerja yang ada” katanya. Faktor lain adalah adanya hambatan intern pribadi dari tenaga kerja penyandang disabilitas baik dari diri sendiri maupun dari keluarganya. Pemerintah Daerah juga telah mengupayakan agar Pemerintah, Pemda, BUMN, BUMD wajib mempekerjakan min. 2% Penyandang Disabilitas dan Perusahaan swasta wajib mempekerjakan min. 1% Penyandang Disabilitas (Ps. 24 & 25 Perda no 5 th 2022 Tentang Pelaksanaan Penghormatan, Pelindungan, Dan Pemenuhan Hak Penyandang Disabilitas). Silvira berpesan agar para disabilitas tidak minder menghadapi persaingan kerja karena pada saat ini tumbuh beberapa sentra ekonomi kreatif diantaranya kreator konten, televisi, animasi dan sebagainya.
Kegiatan ini diikuti oleh lebih dari 150 orang mahasiswa, dosen dan pemerhati pendidikan.
Penulis : Dedy
Editor : Ardi