Menko PMK: Transformasi Ilmu Pendidikan sebagai Landasan Utama Membangun Kualitas SDM Indonesia Unggul

3
min read
A- A+
read

“Jangan dianggap remeh fakultas pendidikan, ada beberapa menteri yang saat ini menjabat dari pendidikan diantaranya Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Teten Masduki dari UPI, Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Abdul Halim Iskandar dari UNY, saya dari Universitas Negeri Malang, luar biasa memiliki andil yang cukup besar dalam era kepemimpinan di era Bapak Jokowi,” kata Prof. Dr. Muhadjir Effendy, M.A.P. Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) mengawali penyampaian materi tentang Transformasi Ilmu Pendidikan sebagai Landasan Utama Membangun Kualitas SDM Indonesia Unggul, pada Rabu (5/6) di The Alana Hotel and Convention Center Yogyakarta.

Kehadiran Prof. Dr. Muhadjir Effendy, M.A.P. selaku Menko PMK ini dalam rangka sebagai keynote speaker pada gelaran forum FIP-JIP se-Indonesia. Hadir dalam pembukaan forum ini diantaranya Rektor, Dekan dan para Wakil Dekan FIP dari 12 LPTK Negeri serta Pimpinan dan delegasi perguruan tinggi yang menaungi Jurusan Ilmu Pendidikan.

Selanjutnya Menko PMK menyampaikan, “Perkembangan ilmu pendidikan diharapkan dapat beradaptasi dengan situasi yang terus bergerak cepat dan itu membutuhkan proses transformasi yang cepat juga dan tepat. Pola transformasi seperti apa, itu yang harus segera dicari, dirumuskan, agar kita tidak semakin tertinggal. Sehingga ini, cocok dengan tema forum FIP-JIP ini yaitu Transformasi Ilmu Pendidikan sebagai Landasan Utama Membangun Kualitas Sumber Daya Manusia Indonesia Unggul.”

“Pendidikan itu mestinya ada tiga ya, yaitu mengejar, seiring, dan mendahului. Mengejar itu memastikan bahwa mereka yang mengalami ketersingkiran kita harus memiliki instrumen bisa memastikan bahwa kita ikut hadir di medan itu. Yang kedua, seiring itu kita harus memastikan bahwa mereka yang harus mendapatkan pendidikan itu kita harus betul betul memberikan layanan seperti mestinya. Dan yang ketiga adalah mendahului, ilmu pendidikan harus memiliki kemampuan prediksi masa depan sehingga ketika berbagai pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dibutuhkan pada saatnya kita sudah memberikan untuk peserta didik kita, untuk masyarakat kita, yang menjadi tanggung jawab dari para ilmuwan pendidikan,” urai Prof. Muhadjir.

Sehingga ketiga hal itu yang harus dirumuskan oleh ilmu pendidikan dalam menjawab kebutuhan baik dari sisi man power maupun dari sisi demand untuk menuju transformasi manusia yang unggul. 

Selanjutnya Prof. Muhadjir menyampaikan grand desain pembangunan yang meliputi Siklus PMK 2020-2025 merupakan strategi PMK dalam rangka memaksimalkan capaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM), kemiskinan, dan ketimpangan yang telah ditetapkan pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024.

Menko PMK mengutarakan ada 6 (enam) fase Siklus PMK. Yaitu fase prenatal dan ASI atau disebut juga 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dan balita. Pada fase ini yang menjadi perhatian pemerintah adalah memastikan kecukupan gizi dan pola asuh bayi, batita, dan balita untuk mencegah gagal tumbuh (stunting).
Masalah stunting masih banyak. SDM tidak sekedar diberikan makanan yang banyak, sekarang pil penambah darah. Banyak siswa menerima pil yang tidak diminum, sekarang pil penambah darah yang larut gula. Ini semua harus bagian dari transformasi pendidikan.

Kedua, fase usia dini anak. Pemerintah telah menginisiasi program Pendidikan Anak Usia Dini- Holistik Integratif (PAUD-HI) yang memaksimalkan kemampuan kognitif anak (stimulasi psikologis, pola asuh yang tepat, pemberian makan yang tepat) termasuk pembiasaan pada nilai-nilai karakter yang baik.

“Fase ketiga ini kita namakan Wajib Belajar atau fase investasi sekolah melalui wajib belajar 12 tahun dan penguatan pendidikan karakter. Fase keempat yaitu fase perguruan tinggi yang menargetkan peningkatan produktivitas dan daya saing Sumber Daya Manusia (SDM). Ini sangat dibutuhkan agar Indonesia siap menghadapi bonus demografi yang diprediksi akan terjadi pada 2030 mendatang.

kelima, fase produktif ialah fase manusia memasuki dunia kerja, membangun keluarga berkualitas. “Pada fase ini, pemerintah juga memiliki PR besar yaitu menyiapkan generasi selanjutnya dalam membangun keluarga. Fase keenam atau yang terakhir yaitu fase lansia. Diharapkan, pada fase ini bisa diwujudkan lansia yang sehat, mandiri, aktif, dan bermartabat. Menurut mantan Mendikbud tersebut, hal itu bisa dimulai dengan gaya hidup sehat dan olahraga secara teratur sebagaimana anjuran pada program Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS).

Namun demikian, selain program GERMAS, kata Menko PMK, keenam fase SIKLUS PMK dikuatkan juga oleh program dukungan lainnya, yaitu: 1) Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN); 2) Bantuan Sosial (Bansos); 3) Revolusi Mental dan Pembangunan Kebudayaan; 4) Penanggulangan Bencana; 5) Disabilitas dan ke 6) GERMAS itu sendiri.

“Keenam program dukungan tersebut akan menguatkan dan mempercepat tercapainya target pembangunan bidang PMK. Dengan kolaborasi dan sinergi seluruh K/L, daerah, dan mitra pembangunan, saya yakin capaian pembangunan bidang PMK akan terus meningkat dan membawa Indonesia menjadi lebih maju ke depannya,” pungkas Menko PMK.

Sebelumnya Rektor UNY, Prof. Dr. Sumaryanto, M.Kes. dalam sambutannya menyampaikan sangat menanti kehadiran para peserta terutama Menko PMK. 

“Ngembun-embun enjang ajejah sonten sungguh kami sangat menanti “rawuh” kehadiran para peserta terutama Bapak Menko, untuk bersama-sama meneguhkan komitmen, saling silaturahmi sehingga lembaga ini, tugas yang kita emban bersama menjadi “minulya”, semakin berkualitas sesuai arahan pada beberapa kesempatan oleh Pak Menko,” kata Rektor UNY.

Prof. Sumaryanto juga menyampaikan bahwa indikator kualitas perguruan tinggi salah satunya ditentukan oleh kualitas SDM, dosen, tendik, dan mahasiswa. Oleh sebab itu, tagline adalah Gercep, gerak cepat peningkaan SDM. Opsinya kalau tidak sekolah, ya naik pangkat, naik pangkat atau sekolah syukur dua-duanya. Hal ini merupakan Implementasi dari Pendidikan adalah Investasi Peradaban.

Penulis: Sudaryono
Editor: Prasetyo Noviriyanto

IKU