MENEROPONG KEHIDUPAN NELAYAN SUKU BAJO

1
min read
A- A+
read

Komunitas Lingkar Diskusi Publik dari Jurusan Administrasi Publik dan Komunitas Landless bekerja sama dengan LPM Ekspresi

Komunitas Lingkar Diskusi Publik dari Jurusan Administrasi Publik dan Komunitas Landless bekerja sama dengan LPM Ekspresi mengadakan screening film The Bajau produksi Watchdoc. Acara ini diselenggarakan di lobi Student Center (SC) UNY, Kamis (23/1/2020).

Reza Egis dari LPM Ekspresi menyatakan bahwa tujuan pemutaran film ini adalah untuk menyadarkan kita mengenai budaya lain yang kerap tidak kita ketahui. “Orang-orang Bajo memiliki cara hidup sendiri, yang kadang Pemda tidak memahaminya. Oleh sebab itu mereka menertibkan pemukiman orang-orang Bajo,” ujar Reza.

Sementara itu, Adit dari Komunitas Landless menimpali bahwa campur tangan pemerintah malah mengganggu pola hidup orang-orang Bajo. “Terlebih adanya izin perusahaan tambang nikel yang merampas mata pencaharian orang-orang Bajo,” ujar Adit.

Film The Bajau bercerita tentang kehidupan suku Bajo di desa Torosiaje, Kabupaten Pohuwatu yang disutradarai oleh Dandhy Laksono.

Film tersebut memotret kehidupan sederhana suku Bajo yang ada di Gorontalo dan Sulawesi Tenggara. Suku Bajo di Gorontalo dalam film tersebut masih bisa menikmati tangkapan ikan yang melimpah.

Sedangkan suku Bajo yang berada di Sulawesi Tenggara tidak lagi bisa mengangkap ikan dengan tenang karena air laut tercemar dan terumbu karang yang rusak akibat pertambangan nikel di daerah mereka.

Tidak hanya itu, pasokan sumber air pun tercemar sehingga mengganggu kehidupan sehari-hari penduduk suku Bajo di Sulawesi Tenggara.

Selain melakukan screening film, diadakan juga penggalangan dana untuk suku Bajo yang mengalami musibah rusaknya lingkungan mereka karena aktivitas pertambangan. (Muhammad Abdul Hadi/JK)