PRINSIP ASSESSMENT FOR LEARNING PADA INSTITUSI PENDIDIKAN TINGGI DI INDONESIA

2
min read
A- A+
read

Nur Hidayanto PSP, Ph.D.

Penilaian merupakan salah satu fitur sentral dari kegiatan belajar dan mengajar. Dikotomisasi penilaian baik sebagai formatif atau sumatif, atau dikotomisasi sebagai salah satu assessment of learning, assessment for learning dan assessment as learning, menjadi kurang relevan lagi mengingat kekuatan penilaian terletak pada bagaimana pendidik dan siswa menggunakan penilaian dan informasi hasil penilaian itu sendiri untuk men-support siswa. Dengan kata lain, setiap jenis penilaian yang diterapkan baik di dalam dan di luar kelas, harus dapat mengoptimalkan pembelajaran individu siswa. Dengan demikian, kerangka konseptual assessment for learning atau penilaian untuk pembelajaran mewujudkan teori penilaian itu sendiri di mana hal ini mencakup penilaian kelas informal seperti questioning, penilaian diri dan rekan, umpan balik untuk penilaian sumatif yang lebih formal dan bahkan high-stake tests untuk digunakan oleh guru dan siswa untuk mendukung proses belajar mengajar. Penggunaan asesmen untuk mendukung pembelajaran siswa secara eksplisit tertuang dalam kebijakan yang diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan dan Nomor 3 Tahun 2020 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi. Secara rinci, dinyatakan dalam pedoman khusus bahwa proses asesmen pada semua jenjang pendidikan di Indonesia perlu memperhatikan asas asesmen yang edukatif, otentik, obyektif, akuntabel, transparan, dan terintegrasi.

Untuk memastikan bahwa kebijakan penilaian diterapkan dan penilaian digunakan dengan tepat, dosen Prodi Pendidikan Bahasa Inggris FBS UNY, Nur Hidayanto PSP, Ph.D. bekerjasama dengan Dennis Alonzo, Ph.D, dosen di The University of New South Wales, Sydney, Australia menyusun prinsip-prinsip assessment for learning yang dikembangkan berdasarkan literatur yang ada dan disampaikan pada Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa Inggris sebagai bekal mereka untuk mampu mengenali fungsi serta tugas mereka ketika menjadi guru. Prinsip-prinsip ini ditulis dalam konteks K-12 dan pendidikan tinggi dan menyoroti peran guru baik dosen universitas maupun guru sekolah dan siswa. Selain itu, beberapa Prodi Pendidikan Bahasa Inggris pada perguruan tinggi mitra UNY seperti Universitas Pendidikan Indonesia, Universitas Sanata Dharma serta Universitas Mulawarman telah sepakat untuk melakukan kerjasama dalam hal penerapan prinsip-prinsip assessment for learning. Bentuk kerjasama yang disepakati adalah penerapan prinsip-prinsip tersebut dalam pembelajaran Bahasa Inggris serta penelitian dan publikasi terkait dengan prinsip-prinsip assessment for learning yang telah di susun. Prinsip-prinsip assessment for learning yang dimaksud meliputi prinsip-prinsip berikut: Key Professional Skills Responsibility, Engagement, Partnership, Trustworthiness, Focus on learning, Transparency, Differentiation, serta Supportive.

Menurut Nur Hidayanto, prinsip Key Professional Skills Responsibility yang dimaksud adalah pendidik perlu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan penilaian mereka (literasi penilaian) untuk secara efektif mendukung siswa dalam pembelajaran mereka. Prinsip Engagement maksudnya pendidik harus menemukan cara untuk melibatkan siswa dalam setiap kegiatan penilaian. Prinsip Partnership bermakna bahwa pendidik perlu bekerja sama dengan siswa untuk menjadi mitra mereka dalam proses belajar mengajar. Prinsip selanjutnya, Trustworthiness berarti bahwa pendidik perlu memastikan bahwa sistem penilaian yang diterapkan dapat dipercaya. Mereka perlu memastikan bahwa proses penilaian dan keputusan penilaian sangat kontekstual, adil, konsisten, kredibel dan dapat dipercaya. Prinsip Focus on learning berarti bahwa pendidik harus menggunakan semua penilaian yang dilaksanakan untuk mendukung setiap individu siswa untuk terus belajar. Penilaian apa pun yang tidak akan berkontribusi pada pembelajaran siswa sebaiknya tidak dilaksanakan. Prinsip Transparency berarti bahwa pendidik harus memiliki rencana penilaian yang jelas untuk setiap mata pelajaran. Penilaian harus dikomunikasikan dengan jelas kepada siswa pada pertemuan pertama untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang proses penilaian. Prinsip Differentiation dimaknai bahwa pendidik perlu menerapkan strategi penilaian yang responsif terhadap kebutuhan individu siswa. Hal ini didasari oleh anggapan bahwa setiap siswa mempunyai kebutuhan belajar dan tingkat kemampuan yang berbeda. Prinsip terakhir, Supportive berarti bahwa pendidik perlu memastikan bahwa setiap siswa didukung dalam proses penilaian. Umpan balik berkelanjutan mereka sangat penting bagi siswa untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan mereka. (Dennis Alonzo & Nur Hidayanto)