PEMANFAATAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA CRAB BALL UNTUK TINGKATKAN PRODUKSI KEPITING DAN DAYA SAING PETANI TAMBAK

2
min read
A- A+
read

PEMANFAATAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA CRAB BALL UNTUK TINGKATKAN PRODUKSI KEPITING DAN DAYA SAING PETANI TAMBAK

Luas ekosistem mangrove Indonesia meliputi 23 persen ekosistem mangrove dunia atau sekitar 3,489,140.68 Ha dan berkontribusi USD 1.5 milyar terhadap perekonomian nasional dari sektor perikanan. Salah satu jenis ikan yang banyak ditemukan di wilayah hutan mangrove adalah kepiting bakau (Scylla serrata) yang memiliki potensi ekonomi tinggi di pasar domestik & pasar global terlihat dari besarnya peningkatan nilai ekspor rata-rata setiap tahun yang mencapai 20.4 persen (KKP, 2018). Pemanfaatan Crab Ball tidak hanya ramah terhadap ekosistem hutan, namun juga tidak membutuhkan biaya yang besar sehingga penerapan teknologi tepat guna ini dipandang mampu mendorong ekonomi nelayan kecil di kawasan hutan mangrove.

Sejalan dengan itu, Universitas Negeri Yogyakarta bekerja sama dengan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi melakukan kegiatan penyusunan model pemanfaatan teknologi tepat guna crab ball untuk peningkatan produksi kepiting dan daya saing petani tambak.

Hari ini, Sabtu (18/9) bertempat di desa Tirtohargo, Bantul dilaksanakan realisasi kerjasama pengembangan potensi hutan bakau untuk pembudidayaan kepiting Balau di Baros Kretek Bantul.

Dalam kesempatan tersebut Wakil Rektor Bidang Perencanaan dan Kerja Sama UNY, Prof. Dr. Siswantoyo, M.Kes. mengatakan maksud tujuannya diselenggarakan kegiatan ini , “Sesuai dengan tupoksi Wakil Rektor Bidang Perencanaan dan Kerjasama adalah untuk kerja bersama. Kami mencoba menggandeng stakeholder  dari berbagai kementerian dan lainnya, untuk bersama-sama menyatupadukan antara kampus dengan kantor, apakah itu kementerian ataupun pemda, dan kampung (di desa), dan khususnya di Jogja ini ada kraton.  Kita akan menyatukan 5 K, yaitu kantor dari pemerintahan, kampung disinilah letak kita untuk bantu kita akselerasi bersama-sama, kampus penghasil ipteks, teknologi, inovasi, riset dan lainnya, kraton yang selalu mengedepankan paugeran untuk menjaga marwah budaya keratorn yogyakarta, dan yang terakhir adalah industri. Bagaimana kita bisa mengkolaborasikan dan mengimplementasikan.”

“Dengan dibukanya akses Jalan Jalur Lintas Selatan, harus bisa beda dengan jalur lintas utara, untuk daerah Baros ini dibranding menjadi desa Pesisir,”lanjut Siswantoyo.

Siswantoyo mengajak warga Tirtohargo untuk bersama-sama mengimplementasikan ide gagasan yang nanti akan meningkatkan prestasi, prestis, syukur meningkatkan income generating di wilayah desa Tirtohargo dengan program pengembangan model pemanfaatan teknologi tepat guna crab ball untuk peningkatan produksi kepiting dan daya saing petani tambak.”

Ikut serta mendampingi Wakil Rektor,  dari Pusat Inovasi, Inkubator Bissnis dan Hak Kekayaan para staf ahli WR Bidang Perencanaan dan Kerjasama, beberapa dosen, dan staf, maupun mahasiswa.

Sementara itu, dari masyarakat sekitar pantai Baros yang hadir, seperangkat desa, perwakilan dari Karangtaruna, kelompok Mangrove, dan juga dari pengurus BumDes.

Lurah desa Tirtohargo, Sugiyamta menyampaikan bahwa masyarakat Tirtohargo siap menerima arahan dan mendukung program kerja dari UNY kerjasama dengan Kementerian Desa PDTT mewakili masyarakat Baros, Kretek, Bantul.

“Tujuan dari kegiatan ini adalah terjalinnya kerjasama dengan Perguruan Tinggi untuk Desa (Pertides) dalam rangka penyusunan model pemanfaatan teknologi tepat guna crab ball untuk peningkatan produksi kepiting dan daya saing petani tambak; terwujudnya peningkatan kapasitas masyarakat dalam pembudidayaan kepiting bakau; terlaksananya usaha pembudidayaan kepiting bakau sebagai pendukung pengembangan desa wisata mangrove; mendorong peluang tumbuhnya pelaku usaha baru dengan optimalisasi potensi budidaya kepiting bakau; dan tersosialisasi dan terimplementasikannya model pemanfaatan teknologi tepat guna crab ball untuk peningkatan produksi kepiting dan daya saing petani tambak kepada UKE I Kementerian Desa PDTT dan Pemerintah Daerah,” hal ini dikatakan Dr. Ratna Budiarti staff ahli WR bidang kerjasama dalam negeri saat ditanya tentang program kerjasama ini.

Selanjutnya dikatakan pula, “Sehingga Unit kerja/satuan kerja di lingkungan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, Pemerintah daerah dan desa, Masyarakat setempat;, BUMDes, pelaku usaha, dan pemangku kepentingan lainnya di daerah setempat diharapkan dapat mengambil manfaat dari kegiatan ini.”

Setelah penandatanganan realisasi dari kerjasama, selanjutnya rombongan meninjau lokasi rencana pemanfaatan teknologi tepat guna crab ball d daerah hutan mangrove pantai Baros, Tirtohargo, Kretek, Bantul. Kegiatan tersebut sesuai dengan pelaksanaan tujuan pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) UNY dalam agenda pertama no peverty dan agenda kedua kelembagaan yang tangguh. (Sud).