KETERAMPILAN SELF COMPASSION BAGI RELAWAN BENCANA

1
min read
A- A+
read
 KETERAMPILAN SELF COMPASSION BAGI RELAWAN BENCANA

Indonesia merupakan salah satu negara yang berada di kawasan rawan bencana. Berbagai bencana alam sering melanda Indonesia, mulai dari gempa bumi, tsunami hingga gunung meletus. Sekelompok mahasiswa UNY terdiri dari Nurul Dwi Afiyani (Psikologi 2017), Claravianike Fitrismayanti (Psikologi 2017), dan Tasya Puspa Nabila (Psikologi 2016) prihatin dengan kondisi relawan yang terjun ke wilayah bencana. Tiga mahasiswa dari jurusan psikologi tersebut lantas mengenalkan pentingnya keterampilan self compassion kepada para relawan bencana.

Nurul menjelaskan bahwa self compassion adalah kemampuan untuk memahami diri-sendiri tanpa mengkritik kegagalan atau ketidakmampuan yang dialami. “Relawan yang melakukan penyelamatan di lokasi bencana pasti menghadapi banyak tekanan, entah itu dari para korban, tanggung jawabnya, teman tim relawan sendiri, maupun kondisi lingkungan. Ketika menghadapi tekanan tersebut mereka perlu untuk memahami diri, untuk bisa melakukan tugas sesuai dengan kemampuan dan tidak memaksakan dirinya dalam melaksanakan tugas,” tutur Nurul.

Nurul juga menegaskan bahwa relawan yang tak memiliki self compassion akan cenderung menyalahkan dirinya sendiri ketika tidak bisa melaksanakan tugasnya dengan baik. Dampaknya, relawan bisa mengalami trauma. “Relawan yang memiliki self compassion akan dapat bertahan lebih lama dalam melaksanakan tugas di lingkungan terdampak bencana,” kata Nurul pada Selasa (16/07/2019). Sementara itu, Clara juga membagikan pandangannya mengenai self compassion. “Banyak relawan yang sering mengabaikan keselamatannya sendiri, padahal keselamatannya sangat diperlukan untuk bertahan lebih lama di lokasi terdampak bencana. Prinsipnya keselamatan relawan adalah yang utama,” tuturnya pada Selasa (16/07/2019).

Lebih jauh, Clara menjelaskan asal mula ide kegiatan ini. “Awalnya self compassion diterapkan untuk orang yang sedang sakit, tetapi ini juga bisa diterapkan pada relawan yang sedang menjalankan tugasnya. Oleh karena itu kami menerapkannya melalui pelatihan,” kata Clara. Pelatihan tersebut telah terlaksana selama tiga tahap, yakni pada 31 Mei 2019, dan 11-12 Juni 2019. Relawan yang mengikuti pelatihan self compassion, mengikuti lima rangkaian acara. Pertama, pengenalan self compassion. Kedua, praktik menulis jurnal. Ketiga, mengenali perilaku orang lain. Keempat, self talk. Kelima, self compassion break.

Pelatihan yang terlaksana di Laboratorium Psikologi UNY tersebut diikuti oleh delapan relawan yang sering terjun ke lokasi terdampak bencana. Atas inisiatifnya, ketiga mahasiswa psikologi tersebut lolos Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM) dan di danai oleh Kementrian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. (Muhammad Abdul Hadi/JK)