Tim KKN Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Padukuhan Gunungsaren Lor, Kalurahan Trimurti, Kapanewon Srandakan, Bantul, menggelar pelatihan pembuatan pupuk organik cair (POC) berbahan dasar limbah tahu. Kegiatan yang diinisiasi oleh mahasiswa KKN ini mendapat respons positif dari warga, terutama karena inovasi ini menawarkan solusi sederhana, murah, dan bermanfaat bagi lingkungan maupun tanaman.
Kegiatan edukasi ini dipandu langsung oleh para mahasiswa anggota KKN, yaitu Eva Fatma Riana Dewi, Arifa Dwi Utami, Adelita Azahra, Rangga Adi Saputra, Rofiah Baghiz, Muhammad Naufal Yudha Faris Fadhiilan, Salsabila Arizki, Nur Aida Rahma, Aditya Putra Pratama, serta dibimbing oleh ketua kelompok Dwi Septiawan. Mereka hadir untuk memberikan penjelasan menyeluruh terkait proses pengolahan limbah tahu menjadi pupuk cair yang aman dan mudah diaplikasikan.
Dalam penyampaiannya, mahasiswa memperkenalkan bahan-bahan yang digunakan, antara lain limbah tahu 1,7 liter, tetes tebu (molase) 300 ml, serta starter fermentasi 150 ml. Masyarakat juga dikenalkan pada jenis-jenis starter yang dapat digunakan, seperti air bekas cucian beras, Effective Microorganisms (EM4), Trichoderma, Gliocladium, hingga Rhizobium. Starter ini berfungsi mempercepat proses fermentasi sehingga limbah tahu dapat terurai dengan baik dan menghasilkan pupuk cair berkualitas.
Demonstrasi pembuatan POC dilakukan langsung oleh mahasiswa KKN dengan langkah-langkah yang mudah diikuti. Pertama, molase dan starter dicampurkan ke dalam limbah tahu hingga merata, lalu dimasukkan ke jerigen dan ditutup rapat. Selama masa fermentasi 7–14 hari, tutup jerigen dibuka setiap hari untuk melepaskan gas hasil proses biologis agar fermentasi berlangsung optimal. Setelah selesai, pupuk cair akan berwarna coklat kehitaman dengan aroma khas.
Tidak hanya cara pembuatan, mahasiswa juga menjelaskan teknik penggunaan POC bagi tanaman. Cukup mencampurkan 5–10 tutup botol air mineral POC ke dalam 1 liter air, kemudian disiramkan ke tanaman pada pagi hari antara pukul 06.00–07.00. Penggunaan dapat dilakukan setiap hari atau dua hari sekali untuk hasil yang maksimal. Metode ini dinilai lebih ekonomis dan ramah lingkungan dibanding pupuk kimia yang harganya semakin meningkat.
Ketua KKN Gunungsaren Lor, Dwi Septiawan, menyampaikan bahwa kegiatan ini menjadi salah satu bentuk kontribusi nyata mahasiswa kepada masyarakat. “Kami berharap masyarakat dapat mempraktikkan pembuatan pupuk organik cair ini secara mandiri. Selain memanfaatkan limbah tahu yang sebelumnya tidak termanfaatkan, POC ini mampu meningkatkan kesuburan tanah tanpa mencemari lingkungan,” ujarnya, Kamis (11/12/25).
Antusiasme warga terlihat dari banyaknya pertanyaan yang muncul selama sesi diskusi. Mereka mengaku bahwa inovasi ini sangat relevan dengan kebutuhan masyarakat yang sebagian besar memiliki tanaman hias maupun tanaman pekarangan. Selain itu, bahan-bahan yang mudah ditemukan membuat warga yakin dapat memproduksi pupuk organik cair secara berkelanjutan.
Dengan terlaksananya kegiatan ini, mahasiswa KKN UNY berhasil memberikan dampak positif bagi warga Gunungsaren Lor. Program ini tidak hanya membantu mengurangi limbah organik, tetapi juga mendorong masyarakat untuk menerapkan pertanian ramah lingkungan. Kegiatan pelatihan pengolahan limbah tahu menjadi pupuk organik cair (POC) yang dilakukan oleh Tim KKN UNY Gunungsaren Lor juga sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya SDG 12: Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab, karena memanfaatkan limbah rumah tangga menjadi produk yang bernilai guna. Program ini mendorong masyarakat untuk mengurangi limbah, mengolahnya secara mandiri, serta mengadopsi praktik pertanian yang lebih berkelanjutan. Selain itu, inovasi ini turut mendukung SDG 13: Penanganan Perubahan Iklim melalui pengurangan penggunaan pupuk kimia dan peningkatan kesadaran lingkungan warga. Dengan pendekatan edukatif dan praktik langsung, kegiatan ini menjadi langkah nyata mahasiswa KKN UNY dalam memperkuat budaya ramah lingkungan dan keberlanjutan di tingkat masyarakat.
English