MAHASISWA UNY TELITI PERKEMBANGAN BENTUK CELENGAN GERABAH

2
min read
A- A+
read

MAHASISWA UNY TELITI PERKEMBANGAN BENTUK CELENGAN GERABAH

Masyarakat berkembang seiring dengan perkembangan zaman, membawa perubahan dengan berbagai kemajuan teknologi, namun juga tetap mempertahankan nilai-nilai budaya kebiasaan masyarakat yang diwarisi dari generasi ke generasi. Salah satu kebiasaan masyarakat yang sering dijumpai adalah terkait kebiasaan menyimpan barang berharga seperti uang atau uang koin  untuk dikumpulkan pada suatu periode waktu di suatu media tertentu seperti, tabung yang berongga dengan berbagai macam bentuknya. Di Indonesia media yang sering digunakan untuk melestarikan kebiasaan tersebut adalah dengan menggunakan celengan yang terbuat dari tanah liat, plastik, dan sebagainya yang berbentuk binatang, seperti babi hutan, gajah manusia ataupun bentuk lain. Di Daerah Istimewa Yogyakarta, daerah yang terkenal sebagai pembuat celengan dari tanah liat adalah Kasongan, Bangunjiwo, Kasihan, Bantul yang awal mulanya membuat celengan untuk menabung uang koin, karena pada zaman dahulu masyarakat belum mengenal bank dan hanya menyimpan uang dicelengan. Perubahan dari zaman ke zaman dari model celengan yang dibuat pengrajin gerabah Kasongan itu menarik perhatian mahasiswa program studi Pendidikan Kriya Fakultas Bahasa dan Seni UNY untuk meneliti aspek bentuk, fungsi dan finishing dari salah satu sanggar di Kasongan. Dia adalah Arif Purwantara. Alumni SMAN 1 Bambanglipuro tersebut memakai sampel di Industri Keramik Senthong Kiwo Kasongan Bantul dengan pemilik Bambang Utoyo.

Menurut warga Panjangjiwo Patalan Jetis Bantul tersebut, industri ini memproduksi celengan dengan perencanaan desain yang terstruktur sekaligus menyediakan desain yang datang disesuaikan dengan keinginan pemesan, pemesan akan memberi gambar contoh dalam kertas kemudian Senthong Kiwo menciptakan produk 3 (tiga) dimensi dari gambar yang diberikan pemesan kedalam produk souvenir keramik. Sehingga satu desain digunakan untuk satu kali pembuatan. “Senthong Kiwo memiliki perbedaan atau ciri khas tersendiri yang membedakannya dari industri keramik lainnya terutama industri gerabah di Kasongan” papar Arif. Perbedaannya terletak pada bentuk dan juga finishing yang dihasilkan lebih inovatif dan kreatif, dibandingkan dengan produk gerabah di Kasongan pada umumnya. Perbedaan lainnya adalah pemberian finishing dengan motif batik tradisional dengan pilihan warna yang menjadi daya tarik tersendiri, pemilihan motif dan warna yang diracik sendiri oleh pemilik dengan bereksperimen. Berbeda dengan industri lain terutama industri gerabah yang masih menggunakan warna tradisional biasa atau penggunaan warna asli tanah liat yang dihasilkan dari proses pembakaran.

Bambang Utoyo mengatakan, Senthong Kiwo dapat dikatakan sebagai industri yang menggunakan finishing pewarnaan yang berbeda pada benda keramik pertama yang berada di wilayah industri gerabah Kasongan dengan bentuk dan model yang mampu mengikuti perkembangan waktu dan dapat disesuwaikan dengan permintaan pelanggan. Selain itu, pilihan bentuk atau model celengan yang dihasilkan unik dan beragam warna. Tidak ada yang membuat selain home industry ini, sehingga produk ini masih eksis sampai tahun 2021 sekarang ini. Pemesan juga dapat memilih sesuai keinginan dan selera warnanya.

Arif Purwantara menyimpulkan, produk celengan berbentuk sepasang laki-laki dan perempuan ini difungsikan sebagai tempat menabung atau menyimpan uang secara tradisional, namun terkadang ada juga yang membeli sebagai hiasan di meja kerja, sebagai hiasan di meja rumah dan sebagai kado pernikahan. Perkembangan bentuk yang terdapat pada produk celengan ini adalah perkembangan mulai dari celengan Dimas Diajeng, celengan kartun, celengan Pak Raden dan juga celengan Asmuni yang dalam kurun beberapa tahun menciptakan dan membuat inovasi baru produk celengan yang masih eksis sampai saat ini. Bentuknya yang unik, menarik dan clasik  serta bernuansa pakaian adat Jogjakarta dapat menjadi daya tarik tersendiri untuk proses berkembangnya produk celengan di Industry Senthong Kiwo. Bentuk berpasangan ini diciptakan untuk memenuhi kebutuhan pasar melalui bentuk celengan dengan finishing warna yang bervareasi dan juga motif batik yang clasik dan tradisional menjadi daya tarik tersendiri. Selain keindahan dari segi fisik, beberapa pemesan mengaku memilih celengan ini karena sebagai hiasan, kenang-kenangan ketika berkunjung ke kota Jogja  dan sebagai oleh-oleh sehingga akan selalu terkenang pada momen ketika berkunjung ke kota Jogjakarta. Hal ini adalah salah satu upaya UNY dalam agenda global berkelanjutan dalam skema kualitas pendidikan yang baik serta kesejahteraan dan menghapus kemiskinan. (Dedy)