Benchmarking UNY Menuju PTN Badan Hukum Ke UI dan ITB

2
min read
A- A+
read

Benchmarking UNY

Dalam rangka menuju Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTN-BH) salah satu upaya yang ditempuh adalah dengan optimalisasi optimalisasi dan pengelolaan komersialisasi hasil penelitian dan inovasi Perguruan Tinggi. Untuk itu tim dari UNY melakukan benchmark ke BPUDL ITB dan Direktorat Inovasi dan Science Techno Park (DISTP) Universitas Indonesia. Rombongan UNY terdiri dari Prof. Dr.Anwar Efendi, Dr. Tien Aminatun, Dr. Fitri Rahmawati,  Dr. Ponty SP Hutama,  Ardi Ariyanto, M.Pd.dan Prasetyo Noviriyanto, S.Pd.T. “Pada kedua perguruan tinggi tersebut kami belajar tentang optimalisasi pengelolaan usaha yang dimiliki UNY sehingga mendukung kemampuan finansial perguruan tinggi” kata Anwar Effendi, Kamis (14/8).

Disambut oleh Direktur BPUDL ITB Deddy P. Koesrindartoto, Ph.D yang mengatakan bahwa ITB telah membentuk unit usaha sendiri yang berbentuk PT dan dikelola oleh BPUDL (Badan Pengelola Usaha dan Dana Lestari) dengan manajemen yang terpisah. “BPUDL berperan lewat RUPS atau Rapat Umum Pemegang Saham” kata Deddy. Diungkapkan bahwa Ketua BPUDL diangkat dan diberhentikan oleh Rektor dan direktur semua perusahaan tidak boleh dari kalangan dosen. Pengelolaan BPUDL dilakukan secara terpisah tidak mengganggu kegiatan akademik maupun non akademik ITB serta laporan keuangannya bersifat terbuka dan dilakukan setiap tahun ke rektor, serta menjadi bagian dari laporan tahunan rektor. BPUDL tidak boleh turut campur terhadap manajemen perusahaan-perusahaan di bawah BPUDL. Dosen School of Business and Management ITB tersebut mengungkapkan komersialiasi sumberdaya akademik diwadahi dalam unit usaha (PT) di bawah BPUDL. Ada 2 PT yang banyak menggunakan SDM tenaga ahli dosen-dosen ITB, yaitu PT LAPI dan  PT GEES (Ganesha Environmental & Energy Services) yang menyelenggarakan berbagai Diklat di bidang lingkungan dan energi melalui “Pusat Pelatihan EcoEdu.id”. PT ini juga  melayani jasa uji laboratorium dan konsultasi di bidang lingkungan dan energi. Sedangkan PT LAPI  ITB memberikan layanan profesional bertaraf internasional dengan tenaga-tenaga ahli dosen ITB sendiri. Deddy mengungkapkan bahwa manajemen keuangan semua perusahaan terpisah dari BPUDL dimana setiap tahun perusahaan-perusahaan membuat laporan keuangan kepada BPUDL. Ditegaskannya bahwa 15% dari keuntungan perusahaan-perusahaan untuk operasional BPUDL dan yang 85% dibagi menjadi 2. Dimana 60% profit dikontribusikan ke ITB dalam bentuk cash dan yang 40% untuk reinvestasi BPUDL sebagai pengembangan aset perusahaan.

Di DISTP UI rombongan UNY disambut Sugeng Supriyadi, Ph.D. Kasubdit Pengembangan Inovasi, Krisnayanto, S.H. MH. Kasubdit Kekayaan Intelektual dan Promosi serta Teguh Iman Santoso, S.T., M.T. Kasubdit Science Techno Park (STP). Menurut Sugeng Supriyadi DISTP dibawah Wakil Rektor Bidang Riset dan Inovasi, mendapatkan tugas untuk mengelola kegiatan inovasi, pencatatan dan promosi kekayaan intelektual, inkubasi bisnis, dan Science Techno Park (STP). Kegiatan komersialisasi yang dilakukan oleh DISTP UI dilakukan melalui invensi riset yang mengacu pada riset-riset nasional. Dari hasil-hasil riset tersebut diarahkan untuk memperoleh paten dan juga hak cipta. Selain itu DISTP juga mengembangkan inovasi melalui riset-riset terapan yang bekerjasama dengan industri mitra. Kegiatan ini dilakukan melalui Direktorat Riset dan Pengembangan (DRP). Riset-riset terapan tersebut diarahkan pada pemenuhan kebutuhan pasar/industri (demand pull). Dalam perkembangannya selain memenuhi kebutuhan komersial, pengembangan riset terapan juga telah memberikan kontribusi yang besar dalam pengayaan IPTEKS terutama dengan teraksi antara inventor dengan industri. DISTP UI juga mengembangkan Kawasan Sains dan Teknologi (KST) serta penumbuhan perusahaan pemula berbasis teknologi. Krisnayanto memaparkan penawaran kerjasama pengembangan produk ada dua opsi pilahan yaitu Inventor Pengembangan Produk dimana calon mitra bekerjasama dengan inventor untuk membuat spesifikasi produk berdasarkan kebutuhan pasar, juga berinvestasi berupa dana hibah pengembangan produk riset. Sedangkan Non-Investor Pengembangan Produk calon mitra bekerjasama dengan inventor untuk membuat spesifikasi produk berdasarkan kebutuhan pasar, namun tidak berinvestasi berupa dana hibah dalam pengembangan produk riset.

Menurut Tien Aminatun, dari kunjungan ke dua perguruan tinggi tersebut dapat ditarik benang merah dengan membentuk dan menggali potensi unit usaha di setiap Prodi dalam rangka menyambut UNY sebagai PTN BH yang bisa berbentuk PT atau unit usaha lain dengan pengelolaan oleh oleh direktorat khusus dan manajemen terpisah. Dosen FMIPA UNY tersebut menyarankan agar direktorat khusus yang membawahi unit-unit bisnis dipimpin oleh Direktur yang diangkat oleh Rektor. “Mengadopsi sistem di ITB, direktorat ini tidak boleh mencampuri manajemen unit-unit usaha, tetapi berhak menentukan pimpinan unit usaha dan menerima laporan keuangan tahunan unit usaha serta menerima profit sharing-nya sesuai kesepakatan yg telah diatur dengan SK Rektor” katanya. Posisi Direktorat ini langsung di bawah Rektor dengan sejumlah divisi seperti Divisi Pengelolaan Usaha, Divisi Pengembangan Program dan Divisi Science Techno Park.

Sedangkan Fitri Rahmawati mengatakan kegiatan komersialisasi yang dilakukan oleh DISTP UI dilakukan melalui invensi riset yang mengacu pada riset-riset nasional. “Hal ini bisa diterapkan di PTN BH UNY dimana dari hasil-hasil riset tersebut diarahkan untuk sekaligus memperoleh paten dan juga hak cipta” katanya. Selain itu juga perlu mengembangkan inovasi melalui riset-riset terapan yang bekerjasama dengan industri mitra. Riset-riset terapan tersebut diarahkan pada pemenuhan kebutuhan pasar/industri (demand pull). Dalam perkembangannya selain memenuhi kebutuhan komersial, pengembangan riset terapan juga telah memberikan kontribusi yang besar dalam pengayaan IPTEKS terutama dengan teraksi antara inventor dengan industri. (Dedy)