Direktorat Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) kembali menyelenggarakan International Conference on Educational Research and Innovation (ICERI) 2025 dengan tema “Navigating the Human-AI Collaboration in Education: Challenges and Opportunities”. Tema ini mencerminkan semangat UNY untuk menjawab tantangan global di era kecerdasan buatan, serta menggali peluang kolaborasi antara manusia dan teknologi dalam meningkatkan kualitas pendidikan.
Sebagai forum akademik berskala internasional, ICERI telah menjadi wadah penting bagi peneliti, praktisi, dan pembuat kebijakan untuk bertukar gagasan serta memperkuat kerja sama dalam bidang pendidikan, penelitian, dan inovasi. Melalui konferensi ini, UNY berkomitmen untuk memperkuat kontribusi perguruan tinggi dalam mengembangkan sistem pendidikan yang adaptif, inklusif, dan berkelanjutan.
Kegiatan berlangsung selama dua hari, Rabu–Kamis (15-16/10/25), dan dibuka oleh Wakil Rektor Bidang Akademik UNY Prof. Nur Hidayanto Pancoro Setyo Putro mewakili Rektor UNY. Keynote Speaker yaitu Direktur Jenderal Riset dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Tinggi Riset dan Teknologi Dr. Fauzan Adziman. Pembicara ternama turut hadir, antara lain Prof. Oh Jin Park, Ph.D. (CEO 3PLINK, Korea), Prof. Nur Hidayanto Pancoro Setyo Putro, M.Pd., Ph.D. (Wakil Rektor Bidang Akademik UNY), Associate Prof. Chailerd Pichitpornchai, M.D., Ph.D. (Direktur International Institute for Learning, Mahidol University, Thailand), dan Associate Prof. Kuan-Ting Lai dari AIoT Laboratory, National Taipei University of Technology.
Direktur Direktorat Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat UNY, Prof. Yudik Prasetyo, menjelaskan bahwa kecerdasan buatan (Artificial Intelligence / AI) telah menjadi bagian integral dari transformasi pendidikan global. Kehadirannya menawarkan peluang luar biasa untuk merancang sistem pembelajaran yang lebih adaptif, berbasis data, dan responsif. Namun, seiring dengan semakin meluasnya penerapan AI dalam sistem pendidikan, muncul pula berbagai tantangan kompleks. “Tantangan tersebut meliputi belum adanya kerangka kebijakan yang responsif, kekhawatiran terhadap privasi data dan pengawasan peserta didik, ketimpangan akses terhadap teknologi, serta perbedaan tingkat kesiapan di antara pendidik dan institusi” katanya, Rabu (15/10/25). Dalam konteks ini, sangat penting untuk mengembangkan strategi nasional dan kelembagaan yang komprehensif guna memandu kolaborasi manusia-AI secara etis, inklusif, dan berlandaskan nilai-nilai yang berpusat pada kemanusiaan.
Menurut Ketua Panitia ICERI 2025, Prof. Sri Handayani seminar internasional ini diselenggarakan sebagai wadah dialog kritis dan kolaboratif mengenai bagaimana manusia dan AI dapat bekerja bersama dalam sistem pendidikan. Melalui tema ‘Navigating the Human-AI Collaboration in Education: Challenges and Opportunities’ seminar ini mengundang akademisi, praktisi, dan pembuat kebijakan untuk berbagi wawasan, pengalaman, serta pendekatan strategis dari berbagai konteks nasional. Diskusi difokuskan pada dua bidang utama: kerangka kebijakan di tingkat nasional dan kelembagaan, serta implementasi praktis AI di ruang kelas dan sistem manajemen pembelajaran.
Dalam sesi utama, Keynote Speaker Dr. Fauzan Adziman menyoroti pentingnya integrasi kecerdasan buatan (AI) dalam memperkuat daya saing nasional dan memberdayakan manusia menuju Indonesia Emas 2045. “Melalui strategi nasional, pemerintah mendorong penguatan ekosistem riset, inovasi, dan digitalisasi lintas sektor, termasuk energi terbarukan, pertanian, kesehatan, dan Pendidikan” ujar Fauzan Adziman. Pendekatan ini bertujuan menciptakan sistem pendidikan adaptif yang berbasis data serta meningkatkan kapasitas sumber daya manusia di era transformasi digital.
Dirjen Riset dan Pengembangan Kemdiktisantek menegaskan, AI diharapkan menjadi katalis pertumbuhan ekonomi, peningkatan produktivitas, dan pemerataan akses pendidikan serta layanan publik. Namun, Indonesia masih menghadapi tantangan seperti kesenjangan literasi digital, infrastruktur, keamanan data, dan etika teknologi. Karena itu, kolaborasi lintas pemangku kepentingan—pemerintah, industri, akademisi, dan masyarakat—menjadi kunci membangun ekosistem AI yang etis, inklusif, dan berkelanjutan, sehingga inovasi teknologi benar-benar berdampak pada kesejahteraan sosial, pembangunan hijau, dan kemajuan bangsa secara menyeluruh.
Melalui ICERI 2025, UNY menegaskan perannya dalam mengarahkan masa depan pendidikan menuju sinergi antara manusia dan kecerdasan buatan. Kolaborasi ini diharapkan mampu menciptakan inovasi pembelajaran yang berpusat pada manusia, berkeadilan, dan berkelanjutan, sejalan dengan upaya pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) yang dicanangkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa.