MAHASISWA UNY MENELITI FOLKLOR MANDI KEMBANG DI DESA TIMBANG WONOSOBO

1
min read
A- A+
read

MAHASISWA UNY MENELITI FOLKLOR MANDI KEMBANG DI DESA TIMBANG WONOSOBO

Indonesia merupakan negara yang dihuni beragam suku dan banyak tradisi. Namun, seiring berjalannya modernisasi, diperlukan upaya tertentu untuk melestarikan kearifan lokal di suatu daerah. Mahasiswa Pendidikan Sosiologi UNY yang terdiri dari Irvan Safrudin, Embun Ayudya Pawestri, dan Tuti Awaliah mencoba turut melestarikan kearifan lokal dengan membuat penelitian bertajuk “Kajian Folklor: Tradisi Mandi Kembang Anti Mawar Merah Desa Timbang Wonosobo”.

“Urgensi penelitian ini adalah untuk mengungkap bentuk kearifan lokal masyarakat yang ada di Wonosobo. Sebagaimana kita ketahui, tradisi merupakan satu hal yang perlu untuk dilestarikan sebagai tiang pancang sosial,” tutur Irvan kala menjelaskan latar belakang penelitiannya, Minggu (15/9/2019).

Irvan menambahkan bahwa tradisi mandi kembang di Desa Timbang dipengaruhi oleh mitos berdirinya desa Timbang. Cerita yang diwariskan turun-temurun menyebut Desa Timbang dulunya adalah kerajaan bernama Beringin Putih. Prajurit kerajaan tersebut punya kebiasaan mandi kembang setelah berperang untuk menyembuhkan luka.

Tradisi mandi kembang dengan pantangan mawar merah masih dilakukan hingga sekarang. Irvan dan timnya menyebut bahwa mandi kembang telah melalui proses enkulturasi sehingga masyarakat Timbang masih melestarikannya. Hingga kini, masyarakat Timbang melakukan ritual mandi kembang tanpa mawar merah. Jenis bunga yang digunakan dalam mandi kembang antara lain sekar leson, sekar macan kerah, sekar sawan wangke, sekar sawanan, sekar telon, dan sekar wangi.

Irvan menambahkan, tradisi ini berpotensi membuat Desa Timbang dijadikan desa adat sesuai UU No 6 Tahun 2014 Tentang Desa. Harapannya, dengan dijadikan desa adat, kearifan lokal di Desa Timbang akan senantiasa terjaga.

“Dengan ini, masyarakat Desa Timbang dapat membentuk kelompok sosial berupa kelompok sadar tradisi agar tradisi mandi kembang tetap lestari,” pungkasnya.

Penelitian ini lolos pembiayaan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) di Bidang Penelitian Sosial Humaniora. Selain itu, Irvan mengaku akan membuat film dokumenter bersama timnya tentang tradisi mandi kembang di Desa Timbang. (Muhammad Abdul Hadi/JK)