MITIGASI BENCANA GEMPA BAGI ANAK TUNA RUNGU

1
min read
A- A+
read

MITIGASI BENCANA GEMPA BAGI ANAK TUNA RUNGU

Indonesia merupakan negara yang terletak di khatulistiwa yang diapit dua benua dan dua samudera. Kondisi ini menjadikan Indonesia rawan bencana alam utamanya gempa bumi, tidak terkecuali di DIY. Selain itu DIY juga terletak di tengah pulau Jawa yang berhadapan dengan zona subduksi atau zona pertemuan antar dua lempeng tektonik yang terletak di bawah dasar Samudra Hindia. DIY merupakan daerah yang rentan terjadi gempa bumi baik  yang disebabkan karena letusan gunung berapi maupun karena pertemuan gesekan dua lempeng tektonik.  Bencana alam gempa bumi menimbulkan jatuhnya korban dan kerugian harta benda sehingga diperlukan adanya pengetahuan tentang kesiapsiagaan bencana alam gempa bumi di kalangan masyarakat termasuk anak berkebutuhan khusus. Namun, dalam kehidupan sehari-hari masih ditemukan permasalahan anak berkebutuhan khusus terkait mitigasi bencana, salah satunya penyandang tunarungu. Anak tunarungu merupakan anak yang mengalami kondisi kehilangan nilai fungsionalitas pendengaran dalam kehidupan sehari-hari. Keterbatasan berbahasa yang dialami anak tunarungu dapat menyebabkan mereka kesulitan mengakses berbagai macam informasi termasuk pembelajaran kesiapsiagaan bencana gempa bumi. Dari keprihatinan inilah mahasiswa program studi pendidikan luar biasa Fakultas Ilmu Pendidikan UNY memberikan pembelajaran kesiapsiagaan bencana gempa bumi bagi siswa tunarungu. Mereka adalah Annikmah Khoirotunnisa, Nanik Pujianingsih, Megawati dan Ihsan Marvel Khoirullah yang tergabung dalam tim Marvel.

Menurut Annikmah Khoirotunnisa dalam pembelajaran ini siswa diberikan materi mengenai kesiapsiagaan bencana gempa bumi, kemudian ada simulasi dan menggunakan media pembelajaran asistif sehingga bisa diakses oleh anak tunarungu. “Pembelajaran dilakukan secara offline dengan prokes ketat di SLB Tegar Harapan Sleman” katanya. Strategi pembelajaran yang digunakan menggunakan komunikasi total melalui bahasa isyarat, gestur, gerakan anggota badan serta oral dalam menyampaikan materi, juga menggunakan beberapa metode dalam memberikan pertanyaan kepada siswa yaitu coral respond dan whip around. Nanik Pujianingsih menambahkan bahwa mereka melakukan pembelajaran migitasi gempa bumi pada siswa berkebutuhan khusus terutama tunarungu karena selama ini partisipasi penyandang disabilitas masih minim dalam pendidikan pengurangan risiko bencana. “Selain itu penyandang disabilitas tidak bisa sepenuhnya bertindak cepat dalam penyelamatan diri” ungkapnya.

Ihsan Marvel Khoirullah memaparkan penggunaan pendekatan saintifik mampu meningkatkan pemahaman siswa mengenai konsep, dampak dan langkah-langkah penyelamatan diri bencana gempa bumi. “Metode simulasi pada pembelajaran kesiapsiagaan bencana gempa bumi mampu meningkatkan kesiapsiagaan anak” ujarnya. Dalam menjelaskan migitasi gempa bumi pada siswa, Ihsan menggabungkan metode bahasa isyarat, gestur, gerakan anggota badan serta oral agar dipahami siswa. Kedua siswa, Muhammad Rizki dan Zakka Rama Dhani merespon pembelajaran yang dilakukan dengan baik. Selain diberikan materi mereka juga melakukan praktik tentang apa yang harus dilakukan apabila terjadi gempa bumi yaitu lindungi kepala, jangan berlari, jangan berisik, jangan mendorong dan jangan kembali. Ihsan berharap agar dengan pembelajaran ini peserta didik dapat menceritakan kembali apa yang harus mereka lakukan saat terjadi gempa bumi sebagai wujud mengimplementasikan pengetahuannya sekaligus mampu menjadi pelopor kesiapsiagaan bencana gempa bumi baik di rumah, sekolah atau lingkungan sekitar.

Tim Marvel dengan karya ini berhasil menjadi finalis dalam Lomba Inovasi Digital Mahasiswa (LIDM) tahun 2021 yang diselenggarakan di Universitas Andalas Padang pada Divisi Mikroteaching Digital pertengahan September lalu. Karya ini merupakan salah satu upaya UNY dalam agenda pembangunan berkelanjutan pada bidang pendidikan bermutu. (Dedy)