Mudahkan Bina Diri Anak Berkebutuhan Khusus, Karya Mahasiswa UNY Sabet Emas LIDM

2
min read
A- A+
read

Tim Sugeng Riyadi dengan para siswa

Peserta didik dengan hambatan intelektual merupakan anak yang memiliki keterbatasan dalam berpikir. Keterbatasan tersebut mengakibatkan peserta didik mengalami permasalahan dari beberapa aspek, salah satunya aspek bina diri. Pembelajaran yang diberikan ditekankan pada aspek bina diri (Activity Daily Living) agar peserta didik dapat melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri. Oleh karenanya sekolah sudah seharusnya memiliki peranan penting dalam proses pembelajaran bina diri pada seluruh anak yang memiliki hambatan. Hal ini membuat sekelompok mahasiswa UNY merancang alat pengembangan diri Self-Determination Mat berbasis ESP-32 yang mudah dipahami dan digunakan. Mereka adalah Tarangga Rizal Ramadhan (Teknik Industri), Yanuar Agung Fadlullah (Pendidikan Teknik Mesin), Sahid Ramandhani (Pendidikan Teknik Elektronika) dan Sifa Nurazijah (Pendidikan Luar Biasa) yang tergabung dalam Tim Sugeng Riyadi.

Menurut Tarangga Rizal Ramadhan pembelajaran yang ditujukan bagi peserta didik dengan hambatan intelektual perlu menyesuaikan dengan karakteristik, kebutuhan, maupun hambatan yang dialami baik dari segi akademik maupun non-akademik. Contoh kasus yang pernah terjadi yaitu peserta didik belum mampu buang air secara mandiri, baik dalam proses mengkomunikasikannya maupun proses tahapan yang harus dilakukan ketika buang air yang ditunjukkan dengan peserta didik buang air di kelas” katanya, Jumat (14/7) di UNY. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, dibutuhkan pembiasaaan pelatihan pembinaan diri baik menggunakan sebuah media teknologi pembelajaran dimana dapat membantu guru untuk mengajarkan pembinaan diri kepada anak tersebut. Pembuatan media ini dirancang seunik dan sesederhana mungkin agar lebih mudah dipahami dan digunakan baik dari peserta didik maupun tenaga pendidik. Hal tersebut dimaksudkan anak hambatan intelektual tersebut dapat dengan mudah memahami apa yang terdapat di media dan mempraktekkannya.

Yanuar Agung Fadlullah menambahkan media yang dikembangkan tidak hanya sederhana dan menarik, namun perlu adanya antisipasi bahaya yang akan terjadi pada pengguna yaitu anak hambatan intelektual. Penggunaan alat – alat yang menggunakan kabel akan membahayakan peserta didik bila digunakan. “Kami gunakan teknologi mikrokontroler ESP-32 ini untuk media yang kami buat” ungkap Yanuar.  Mikrokontroller ini merupakan mikrokontroler SoC (System on Chip) terpadu dimana dilengkapi wifi 802. 11/b/g/n/, bluetooth versi 4.2, dan berbagai peripheral. EPS0 32 merupakan suatu chip yang cukup lengkap dimana terdapat prosesor, penyimpanan dan akses pada GPIO (General Purpose Input Output). ESP -32 bisa digunakan dalam rangkaian pengganti pada arduino, ESP-32 memiliki kemampuan untuk mendukung koneksi ke wifi secara langsung. Self-Determination Mat yang dibuat adalah karpet pembelajaran yang terdapat beberapa opsi seperti menyisir rambut, melepas sepatu atau cuci tangan.

Sahid Ramandhani menjelaskan bahwa media pembelajaran ini terdapat notifikasi suara, musik selama permainan berlangsung, LED lighting, visual learning, remote, wireless control, memory dan keypad. “Sistem kerjanya setelah alat dinyalakan dan disambungkan ke program di laptop, peserta didik diminta untuk menginjak salah satu keypad” kata Sahid. Terdapat push button didalamnya yang akan memutar video sesuai bina diri yang dipilih, kemudian jika ingin mengganti bina diri lain tinggal injak kotak lainnya yang telah dikendalikan oleh mikrokontroller ESP-32. Dalam laptop terpampang hal-hal yang harus dilakukan siswa sesuai pilihan dalam karpet pembelajaran.

Dikatakan Sifa Nurazijah bahwa metode pembelajaran dengan strategi direct instruction ini akan memberikan pemahaman yang bertahap mengenai bentuk kegiatan yang dicontohkan, sehingga membantu peserta didik hambatan intelektual mencontohkan dan melakukan kegiatan tersebut dengan tepat. Dengan penggunaan media ini, peserta didik akan memahami kegiatan yang telah digambarkan dalam video karena sesuai dengan prinsip pembelajaran bagi peserta didik hambatan intelektual yaitu prinsip keperagaan. Media ini juga dirancang dapat digunakan di sekolah maupun di rumah menggunakan bantuan TV, proyektor, bahkan PC/laptop. Penggunaan media ini diharapkan dapat membantu peserta didik hambatan intelektual melakukan kegiatan bina diri secara mandiri hingga dewasa nanti.

Karya ini berhasil memenangkan medali emas kategori inovasi pembelajaran digital pendidikan dalam Lomba Inovasi Digital Mahasiswa (LIDM) di Bandung. Dosen pembimbing tim Sugeng Riyadi, Rendy Roos Handoyo, M.Pd merasa bangga siswa bimbingannya dapat meraih capaian tertinggi LIDM tahun ini. Harapan saya penggunaan media di SLB ini juga dapat membantu tenaga pendidik untuk menemukan cara mengajarkan ke siswa yang lebih menarik dan inovatif” tutur Rendy.

Penulis: Dedy

Editor: Sudaryono

IKU 2. Mahasiswa Mendapat Pengalaman di Luar Kampus