AKTIFITAS ANTIMIKROBA PADA DAUN TEMBELEKAN DAN BANDOTAN

1
min read
A- A+
read

AKTIFITAS ANTIMIKROBA PADA DAUN TEMBELEKAN DAN BANDOTAN

Keanekaragaman jenis tumbuhan di Indonesia dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari, seperti untuk kebutuhan pangan hingga sebagai bahan obat tradisional. Pengobatan dengan bahan alami berupa tumbuhan herbal yang mempunyai aktivitas antimikroba dapat mengurangi penggunaan bahan kimia, serta relatif aman digunakan. Antimikroba merupakan zat yang memiliki kemampuan untuk menghambat maupun mematikan pertumbuhan mikroba dengan toksisitas terhadap manusia relatif kecil. Banyak dari tumbuhan herbal yang dapat berperan sebagai antimikroba. Beberapa diantaranya mudah ditemukan di lingkungan sekitar, yaitu tumbuhan bandotan (Ageratum conyzoides L.) dan tembelekan (Lantana camara L.). Tumbuhan tembelekan telah digunakan untuk pengobatan berbagai penyakit manusia, seperti maag, malaria, influenza, tumor, pembengkakan, demam empedu, letusan eksim, sakit perut, sakit gigi dan sebagai antiseptik untuk luka. Sedangkan bandotan dapat digunakan sebagai obat luka baru, luka berdarah, eksim, dan mengobati penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Dari sini mahasiswa prodi Biologi FMIPA UNY Diana Okfy tertarik untuk meneliti aktifitas antimikroba pada kedua daun tersebut terhadap Escherichia coli dan Candida albicans. Escherichia coli dikenal sebagai bakteri penyebab sakit perut atau diare sedangkan Candida albicans merupakan bakteri penyebab infeksi jamur.

Menurut Diana, daun kedua tumbuhan ini memiliki kandungan senyawa kimia berupa flavonoid, alkaloid, tanin, saponin, dan steroid yang berperan sebagai antimikroba. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah etanol 96%, metanol, daun tumbuhan tembelekan dan bandotan, media NA (Nutrient Agar), media NB (Nutrient Broth), media PDA (Potatos Dexstrose Agar), bakteri Escherichia coli, fungi Candida albicans, kloramfenikol, nistatin suspensi 100.000 IU/mL, akuades steril, kertas saring, paper disk/ kertas cakram (diameter 6mm), kertas payung, kain kasa, alumunium foil, dan wrap. Berdasarkan penelitian ekstrak daun tembelekan dan bandotan yang telah diujikan terhadap bakteri Escherichia coli menunjukkan adanya aktivitas antibakteri. Hal tersebut dapat dilihat dari zona bening yang terbentuk pada masing-masing medium perlakuan dengan pengamatan selama 48 jam yang diinkubasi pada suhu 37°C. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun tembelekan dan bandotan memiliki kemampuan daya hambat yang berbeda-beda. Berdasarkan hasil pengamatan ke-3 jam zona hambat sudah mulai terbentuk. Kontrol positif yang digunakan dalam uji antibakteri adalah kloramfenikol dengan komposisi 60 mg per 10 mL akuades steril. Selain itu, ekstrak daun tembelekan dan bandotan mampu menghambat pertumbuhan fungi Candida albicans dengan adanya diameter zona hambat. Terlihat pada waktu pengamatan ke-9 jam sudah mulai terbentuk zona bening disekitar paper disk dan lebih jelas terlihat pada waktu pengamatan ke-18 jam. Hal ini membuktikan ekstrak daun tembelekan dan bandotan dapat berfungsi sebagai antifungi.

Hasil penelitian disimpulkan ekstrak daun tembelekan dan bandotan mampu menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli dengan rata-rata diameter zona hambat yang terbentuk 6,93 hingga 14,25 mm dan mampu menghambat pertumbuhan fungi Candida albicans dengan rata-rata diameter zona hambat yang terbentuk 6,03 hingga 7,79 mm. Kemampuan daya hambat masih bersifat bakteriostatik dan fungistatik. konsentrasi ekstrak daun tembelekan dan bandotan yang paling optimum untuk menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli adalah ekstrak daun tembelekan 100% dengan rata-rata diameter zona hambat yang terbentuk berukuran 14,25 mm pada pengamatan ke 6 jam. Sedangkan konsentrasi yang paling optimum untuk menghambat pertumbuhan fungi Candida albicans adalah kombinasi kedua ekstrak tersebut dengan konsentrasi 50:50%, rata-rata diameter zona hambat yang terbentuk berukuran 7,63 mm pada pengamatan jam ke 42 jam. (Dedy)