ASPIRASI MASYARAKAT TERHADAP PENDIDIKAN JARAK JAUH DI KAMPUNG RAMAH ANAK

2
min read
A- A+
read

Pendidikan Jarak Jauh di Kampung Ramah Anak

Sebagai sebuah pandemi Covid-19 mampu melumpuhkan bidang pendidikan yang membuat sekolah, perguruan tinggi dan kegiatan akademik yang melibatkan interaksi  ditunda bahkan dibatalkan. Pendidikan Indonesia pun menjadi salah satu yang terdampak dan mengharuskan adanya transformasi yang harus disesuaikan dengan keadaan yang sedang terjadi. Covid-19 menuntut beberapa kampus dan sekolah mulai menerapkan kebijakan kegiatan belajar mengajar dari jarak jauh atau kuliah online. Menyikapi hal ini Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dipilih pemerintah sebagai penyesuaian atas kondisi pandemi di Indonesia. Di lain sisi, Kampung Ramah Anak (KRA) merupakan salah satu program Provinsi DIY yang memiliki beberapa aspek yang dikembangkan antara lain komitmen wilayah, hak sipil, dan  kebebasan  untuk anak, lingkungan, keluarga, dan pengasuhan alternatif, hak kesehatan dasar, pendidikan, kesejahteraan, hak perlindungan khusus, budaya serta sarana dan prasarana. Dapat diasumsikan bahwa Kampung Ramah Anak telah memilki satu mekanisme komitmen dan kesadaran akan pendidikan anak dengan serangkaian programnya, sehingga berkaitan dengan aspirasi masyarakat tentang pembelajaran jarak jauh. KRA diasumsikan telah memiliki suatu kesadaran yang cukup tinggi untuk memenuhi proses PJJ. Dari sinilah mahasiswa prodi kebijakan pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan UNY memetakan aspirasi masyarakat terhadap pembelajaran jarak jauh di Kampung Ramah Anak dikaitkan dengan implikasinya terhadap kebijakan pendidikan di masa pandemi. Mereka adalah Yoga Asadi Unggul Wicaksono, Fauzie Adhi Pratama dan Fitri Ardiningsih.

Menurut Yoga Asadi Unggul Wicaksono kampung ramah anak merupakan perwujudan kebijakan KLA (Kota Layak Anak) ditingkat kelurahan. Secara garis besar kampung ramah anak merupakan program yang diusun oleh pemerintah yang mengkhususkan diri untuk kesejahteraan anak-anak dalam lingkup rukun warga. “Program yang dilaksanakan terintegrasi dengan kegiatan rukun wilayah dan rukun tetangga sebagai pemenuhan kebutuhan dasar hidup” paparnya. Yoga dan kelompoknya memilih Kampung Suryowijayan sebagai tempat penelitian pemetaan aspirasi terhadap pembelajaran jarak jauh karena di sini telah melakukan beberapa kegiatan, diantaranya bimbingan belajar, taman pendidikan Al-Quran, penerapan jam belajar masyarakat dan akses internet gratis terpusat guna mendukung proses pendidikan anak khususnya dalam masa pandemi. Fauzie Adhi Pratama menambahkan bahwa hasil pemetaan dapat menjadi dasar pertimbangan untuk pengambilan kebijakan berbasis bukti (evidence based policy) khususnya yang berkaitan dengan kebijakan pendidikan pada masa pandemic, karena tidak semua orang tua bisa mendampingi anak belajar disebabkan harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup selama pandemic. “Imbasnya pada keterbatasan orang tua dalam mendampingi dan mengawasi pendidikan anak selama belajar dari rumah, akibatnya anak tidak mendapatkan pendampingan yang maksimal dari orang tua” ujar Fauzie.

Fitri Ardiningsih menjelaskan salah satu kendala dalam PJJ adalah saat guru memberikan tugas pada siswa, materi tentang pelajaran itu belum dijelaskan sebelumnya. Selain itu kompetensi guru terhadap penggunaan teknologi dan platform pembelajaran juga masih kurang sehingga siswa akan lebih cepat bosan karena media pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan pembelajaran kurang variatif. “Hal ini kami temukan di RW 1 Suryowijayan” katanya. Tidak dapat dipungkiri kendala yang dialami selama PJJ berlangsung berasal dari aspek teknis dan praktis. Gadis kelahiran Kebumen 10 Januari 2001 menyebutkan bahwa aspirasi utama yang muncul diantaranya perlu adanya sinergi dari orang tua, masyarakat, sekolah, dan pemerintah untuk mendukung pelaksanaan PJJ. Selain itu sekolah dan guru perlu memberikan inovasi strategi pembelajaran yang disesuaikan dengan PJJ dan bagi Kampung Ramah Anak perlu memaksimalkan dan memperluas jangkauan program yang telah dijalankan dalam mendukung pendidikan jarak jauh. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa SD, SMP, SMA beserta orang tuanya, tokoh masyarakat Ketua RW dan penanggung jawab KRA. Pemilihan subjek didasarkan pada latar belakang sosial ekonomi setiap subjek agar dapat menunjukkan diferensiasi aspirasi.

Dosen pembimbing penelitian Dr. Arifa Efianingrum menyarankan agar kajian tentang aspirasi masyarakat terhadap pendidikan jarak jauh pada masa pandemi ini perlu diperdalam. “Perlu suatu penelitian lanjutan yang lebih dalam mendeskripsikan aspirasi masyarakat, selain itu tambahkan subjek penelitian dengan latar belakang sosial ekonomi yang heterogen untuk dapat memunculkan keragaman aspirasi” kata Arifa. Dari hasil kajian tersebut akan tampak secara lebih komprehensif realitas pendidikan jarak jauh dan aspirasi masyarakat yang lebih beragam dan terfokus untuk nantinya dikembangkan dalam suatu kebijakan yang partisipatoris dan berdasarkan bukti. Harapannya dari kebijakan tersebut dapat menghasilkan pendidikan jarak jauh yang efektif dan esensial kedepannya.

Karya ini berhasil meraih dana Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi dalam Program Kreativitas Mahasiswa bidang Riset Sosial Humaniora tahun 2021 dan lolos dalam Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) yang akan dilaksanakan akhir Oktober secara daring. Hal ini merupakan salah satu upaya UNY dalam agenda pembangunan berkelanjutan pada bidang pendidikan bermutu. (Dedy)