MINI DIORAMA SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN SEJARAH

1
min read
A- A+
read

Selama ini pendidikan sejarah dalam mata pelajaran IPS di sekolah dasar identik sebagai pembelajaran yang membosankan di kelas. Penggunaan media yang digunakan oleh guru hanya berupa buku paket, atlas, globe yang mana media tersebut sudah umu digunakan. Teknik pembelajaran lebih banyak bertumpu pada pendekatan berbasis guru yang monoton, dan meminimalkan partisipasi peserta didik. Guru di posisikan sebagai satu – satunya dan pokok sumber informasi, peserta didik tertinggal sebagai objek penderita manakala guru sebagai segala sumber dan pengelola informasi hanya mengajar dengan metode ceramah dan tanya jawab. Pembelajaran sejarah disamping membosankan, juga hanya menjadi wahana pengembangan ketrampilan berpikir tingkat rendah dan tidak memberi peluang pengembangan kemampuan berpikir tingkat tinggi untuk memecahkan masalah. Memahami kenyataan umum pembelajaran sejarah pada mata pelajaran IPS di lapangan, yang menjadi penyebab utama adalah guru. Untuk itu para guru sekolah dasar di lapangan di tantang untuk memiliki motivasi, keinginan, antusiasme dan kreatifitas mengembangkan dan meningkatkan kompetensi mengajar melalui pengayaan dan penguasaan berbagai media pembelajaran sejarah pada mata pelajaran IPS. Berdasarkan pemahaman akan pengertian, nilai dan tujuan sejarah serta kondisi pendidikan sejarah di lapangan, maka diperlukan penggunaan media yang kreatif dan inovatif dalam menyampaikan materi mata pelajaran IPS khususnya pendidikan sejarah agar nilai dan tujuan pembelajaran tersebut tercapai. Mahasiswa prodi PGSD Fakultas Ilmu Pendidikan UNY yaitu Ana Fithrotunnisa, Nurwinda Saputri, Amaylinda Devita Diva Ajidiana dan Siska Arni merancang media pembelajaran yang dapat digunakan untuk menyampaikan materi mata pelajaran IPS khususnya pendidikan sejarah yaitu Mini Diorama.

Menurut Ana Fithrotunnisa mini diorama merupakan sebuah diorama/ miniatur yang berisi peristiwa-peristiwa bersejarah yang dilengkapi dengan audio yang menjadikan diorama tersebut seakan-akan nyata, sehingga diorama tersebut bisa meningkatkan minat belajar dan pemahaman tentang sejarah pada peserta didik serta  sekaligus merasakan manfaat belajar sejarah. “Harapannya media ini dapat meningkatkan minat belajar, pengetahuan peserta didik mengenai mata pelajaran IPS khususnya pendidikan sejarah proklamasi” katanya. Nurwinda Saputri mengatakan bahwa cara membuat media ini adalah membuat kerangka dari triplek lalu disekat menjadi 3 ruang lalu membuat background di setiap ruang sesuai peristiwa. Setelah itu mengisi tokoh tokoh dan ilustrasi sesuai peristiwa, kemudian dilakukan finishing dengan memberi lampu per ruang diorama dan diberi music box untuk mendukung suasana mini diorama kemudian ditutup dengan plastik wrap putih. Media ini diujicobakan di kelas VI SD Negeri Punukan dan MI Maarif Sendang yang terletak di Kecamatan Pengasih dan Wates, Kabupaten Kulon Progo, DIY dengan hasil baik.

Amaylinda Devita Diva Ajidiana menambahkan mini diorama merupakan suatu alternatif proses pembelajaran IPS yang menarik, namun begitu guru tetap wajib meningkatkan kemampuan dalam menggunakan media sebagai sarana learning transfer yang efektif, menguasai strategi, metode, atau teknik pembelajaran berbasis zaman pada saat ini guna mengantisipasi era teknologi yang berkembang sangat cepat dimasa yang akan datang. (Dedy)