Rena Tri Setyo Maryana: Menyalakan Cahaya Ilmu dari Keterbatasan

Di balik gaun wisuda yang anggun, tersimpan kisah perjuangan panjang seorang perempuan tunanetra yang tak pernah menyerah pada keadaan. Namanya Rena Tri Setyo Maryana, wisudawati program Magister (S2) Pendidikan Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Hari kelulusannya bukan sekadar akhir dari perjalanan akademik, melainkan bukti bahwa tekad mampu mengalahkan segala keterbatasan.

Sejak kecil, Rena hidup dalam gelap. Dunia tak menampakkan rupa baginya. Namun, ia memilih menyalakan cahaya lewat pengetahuan. Langkah pertamanya dimulai dari bangku kuliah di Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) Semarang, mengambil jurusan Sastra Inggris. Bukan perkara mudah, sebab setiap bahan bacaan, setiap presentasi, dan setiap diskusi menuntut usaha berlipat ganda. Tapi, bukannya mundur, ia justru semakin gigih. Dengan bantuan teknologi pembaca layar, kerja keras, dan semangat belajar, Rena berhasil menyelesaikan studi S1.

Perjalanan itu berlanjut ke UNY. Di kampus yang dikenal peduli dengan pendidikan inklusif, Rena memilih melanjutkan ke jenjang magister. Di sana, ia tak hanya menimba ilmu, tetapi juga menginspirasi. Rekan-rekan sekelas melihatnya bukan sebagai pribadi dengan keterbatasan, melainkan sosok yang penuh optimisme. Ia hadir dalam diskusi, aktif dalam kegiatan, dan selalu berusaha memberikan yang terbaik.

Di balik senyumnya, tersimpan kesabaran luar biasa. Menyelesaikan tugas-tugas akademik dengan keterbatasan penglihatan tentu penuh tantangan. Namun, setiap kesulitan ia hadapi dengan keyakinan bahwa pendidikan adalah jalan menuju kemandirian. "Saya percaya, keterbatasan bukan alasan untuk berhenti bermimpi," ungkap Rena, Sabtu (30/8/25).

Momen wisuda menjadi puncak perjalanan panjang itu. Ketika namanya dipanggil, banyak yang terharu, menyaksikan bagaimana seorang perempuan yang lahir tanpa penglihatan mampu berdiri tegak sebagai lulusan magister. “Jangan pernah menyerah karena keterbatasan. Pendidikan adalah hak semua orang. Kita mampu, kita bisa, jika percaya dan terus berusaha.” tutur Rena. Baginya, keberhasilan ini bukan hanya kemenangan pribadi, melainkan semangat bagi semua penyandang disabilitas di Indonesia. Ia ingin menunjukkan bahwa mimpi bisa dicapai jika ada kemauan, dukungan, dan lingkungan yang ramah.

Kepala Departement PLB FIP UNY Dr. Sukinah M.Pd memberikan apresiasi. “Rena dengan semangat kerja keras, mandiri, dan ulet akhirnya dapat menyelesaikan study S2 dengan luar biasa. Semoga terus menginspirasi teman-teman disabilitas di negeri kita tercinta” katanya. Kini, kisah Rena bukan sekadar cerita seorang wisudawati. Lebih dari itu, ia adalah simbol harapan—bahwa dalam gelap sekalipun, cahaya ilmu akan selalu menemukan jalannya.

Penulis
Nazwa Shesaria Hazahra
Editor
Dedy
Kategori Humas
IKU 1. Lulusan Mendapat Pekerjaan yang Layak