Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) bersama Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah V Yogyakarta menyelenggarakan Workshop Penguatan Kerja Sama Perguruan Tinggi pada Jumat (29/8/25) di Ruang Sidang Utama Rektorat UNY. Lebih dari 200 peserta hadir, terdiri atas perwakilan perguruan tinggi swasta (PTS) se-DIY serta sejumlah dosen UNY.
Dalam sambutannya, Wakil Rektor Bidang Kerja Sama dan Sistem Informasi UNY, Prof. Soni Nopembri, menekankan pentingnya kolaborasi antara perguruan tinggi negeri dan swasta dalam memperkuat ekosistem pendidikan tinggi. Menurutnya, kerja sama strategis akan menjadi jawaban menghadapi tantangan globalisasi dan era transformasi digital. “Ada beberapa prioritas kerja sama antara UNY dengan LLDIKTI seperti visiting professor, mitra penelitian dan publikasi bersama, pengembangan program fast track, serta penyelenggaraan workshop lintas perguruan tinggi,” ungkapnya.
Senada dengan itu, Kepala LLDIKTI Wilayah V, Prof. Setyabudi Indartono, menekankan pentingnya penguatan jejaring kelembagaan pendidikan tinggi di DIY. Ia memaparkan bahwa terdapat sekitar 750 program studi dari 100 PTS di DIY, dengan 200 prodi telah terakreditasi unggul. “Dari 8.026 dosen PTS, sebanyak 1.906 bergelar doktor. Kami terus mendorong agar mereka segera melanjutkan studi S3 melalui berbagai skema kerja sama baik antar-PTS maupun dengan PTN,” jelasnya.
Lebih jauh, ia menawarkan pola kolaborasi dalam jalur pendidikan, misalnya melalui fast track di mana lulusan S1 PTS bisa langsung melanjutkan ke S2 di UNY. Selain itu, penerimaan mahasiswa baru S1 jalur mandiri di UNY dapat ditambahkan opsi pilihan prodi di PTS se-DIY. “Dengan begitu tidak ada lagi siswa yang tertinggal, semua bisa terserap di perguruan tinggi,” tegas Setyabudi Indartono.
Workshop ini menghadirkan sejumlah narasumber nasional, salah satunya Prof. Dr. Eng. Yudi Darma, M.Si., Direktur Diseminasi dan Pemanfaatan Sains dan Teknologi, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi. Ia menyoroti pentingnya kerja sama perguruan tinggi dalam mendukung visi Indonesia Emas 2045 melalui riset, inovasi, dan hilirisasi teknologi. “Sains dan teknologi tidak boleh berhenti di laboratorium, tetapi harus hadir nyata di masyarakat,” ujarnya singkat.
Narasumber kedua, Prof. Yos Sunitiyoso, S.T., M.Eng., Ph.D., Direktur Hilirisasi dan Kemitraan, Ditjen Riset dan Pengembangan, dalam paparannya berjudul Peran Kemitraan dalam Mendukung Pelaksanaan Program menegaskan bahwa membangun kemitraan itu penting karena kemitraan memungkinkan berbagai pihak untuk menggabungkan sumberdaya. Selain itu research and development yang dilakukan secara kolaboratif dapat mempercepat proses inovasi. “Untuk itu perlu memperkuat jejaring antara pemerintah dengan industri dan akademisi menuju riset yang berdampak” katanya.
Selain narasumber utama juga ada narasumber yang lain diantaranya Prof. Dr. Paulina Pannen, M.Ls., ICE Institute Universitas Terbuka dengan materi program kerjasama akademik, Rully Firmansyah, PT Pertamina Trading and Services (Potensi Kerja Sama Pertamina dengan Perguruan Tinggi di DIY), Firman Hidayat, S.S., M.Si., Kepala Bagian Evaluasi dan Kerja Sama, Biro Perencanaan dan Kerja Sama, Setjen, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kebijakan Kerja Sama Berdampak), Utami Dewi Nastiti, Ketua Pokja PDLN & Kerja Sama Dalam Negeri, Biro Perencanaan dan Kerja Sama, Setjen, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Evaluasi IKU 6 dan Pelaporan Kerja Sama pada Laman Laporkerma) serta Muhammad Feru Cahyadi, Biro Perencanaan dan Kerja Sama, Setjen, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Sosialisasi AKD).
Dalam kesempatan ini dilakukan penandatanganan nota kesepahaman antara UNY dengan LLDIKTI V. Kedua belah pihak optimis bahwa jejaring kerja sama antarperguruan tinggi di DIY akan semakin solid. Kolaborasi yang kuat diyakini dapat memperkuat daya saing pendidikan tinggi Indonesia, tidak hanya di tingkat nasional, tetapi juga regional dan global.