UNY Kolaborasi dengan Sahabat Bekantan Indonesia Selamatkan Satwa Endemik Bekantan

Dosen Departemen Pendidikan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) melakukan kolaborasi inovatif dalam perkuliahan melalui mata kuliah Ilmu Lingkungan dan Konservasi Sumber Daya Alam. Kegiatan ini menggandeng organisasi Sahabat Bekantan Indonesia (SBI) untuk memberikan wawasan nyata tentang konservasi satwa liar, khususnya satwa endemik Bekantan (Nasalis larvatus). Para dosen yang terlibat yakni Dr. Anggi Tias Pratama, S.Pd., M.Pd., Rio Christy Handziko, M.Pd., dan Dr. Agung Wijaya Subiantoro, M.Pd.

Sahabat Bekantan Indonesia (SBI) merupakan organisasi nirlaba yang berdiri sejak 2013 di Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Organisasi ini berfokus pada upaya penyelamatan Bekantan sebagai primata endemik Kalimantan yang kini berstatus terancam punah. SBI aktif menggalakkan berbagai program seperti sosialisasi, edukasi lingkungan, perlindungan habitat, hingga penghentian praktik perburuan satwa liar. Pulau Bakut di Barito Kuala, Kalimantan Selatan, menjadi pusat konservasi Bekantan sekaligus destinasi edukasi lingkungan yang dikelola SBI.

Dalam perkuliahan kolaboratif ini, mahasiswa mendapatkan pemahaman komprehensif mengenai status konservasi Bekantan. Sejak tahun 2000, International Union for Conservation of Nature (IUCN) menetapkan Bekantan dalam kategori Endangered (Terancam Punah) setelah sebelumnya masuk kategori Vulnerable (Rentan). Kondisi ini semakin memprihatinkan akibat hilangnya habitat alami, alih fungsi lahan, hingga perburuan liar. Selain itu, Bekantan juga masuk daftar CITES Apendiks I yang berarti dilarang keras untuk diperdagangkan secara internasional.

Amalia Rezeki, praktisi dan akademisi Sahabat Bekantan Indonesia, menegaskan pentingnya kolaborasi dengan perguruan tinggi. “Kami percaya generasi muda, khususnya mahasiswa, memiliki peran penting dalam menyuarakan isu konservasi. Melalui kolaborasi dengan UNY, kami ingin menumbuhkan kesadaran bahwa menjaga Bekantan berarti menjaga ekosistem Kalimantan,” ujarnya. Senada dengan itu, Dewita dari SBI menambahkan bahwa edukasi kepada mahasiswa akan memperluas dampak konservasi. “Mahasiswa bisa menjadi agen perubahan yang membawa pesan pelestarian satwa ke masyarakat yang lebih luas,” tegasnya.

Kolaborasi UNY dan SBI ini diharapkan mampu menanamkan kesadaran ekologis kepada mahasiswa, sekaligus menegaskan peran perguruan tinggi dalam mendukung agenda pelestarian keanekaragaman hayati Indonesia. “Melalui kegiatan ini, mahasiswa tidak hanya belajar teori di ruang kelas, tetapi juga mengenal langsung tantangan konservasi di lapangan. Ini akan menumbuhkan empati sekaligus tanggung jawab untuk menjaga keberlanjutan lingkungan,” terang Dr. Anggi Tias Pratama.

Sinergi UNY dan Sahabat Bekantan Indonesia menjadi langkah strategis untuk melahirkan generasi muda peduli konservasi satwa liar, terutama Bekantan sebagai ikon fauna Kalimantan. Dengan pendidikan, penelitian, dan aksi nyata, UNY berkomitmen terus menghadirkan kebermanfaatan nyata bagi lingkungan dan masyarakat.

Penulis
Dr. Anggi Tias Pratama
Editor
Dedy
Kategori Humas
IKU 4. Praktisi Mengajar di Dalam Kampus
IKU 5. Hasil Kerja Dosen Digunakan oleh Masyarakat
IKU 7. Kelas yang Kolaboratif dan Partisipatif