Upacara Dies Natalis FIS UNY ke-57: Merefleksikan Upaya Menumbuhkan Tradisi Intelektual di Perguruan Tinggi

1
min read
A- A+
read

Dies natalis FIS

Sebagai puncak rangkaian kegiatan Dies Natalis Fakultas Ilmu Sosial Universitas Universitas Negeri Yogyakarta (FIS UNY), Rabu (14/09) menggelar Upacara Dies Natalis ke-57. Iring-iringan lancaran FIS menjadi pembuka dalam acara yang dilangsungkan di ruang Ki Hajar Dewantara FIS UNY tersebut. Acara semakin meriah dengan persembahan Tari Gambyong. Tari Gambyong biasa dibawakan untuk menyambut tamu dalam budaya Jawa dan merupakan ungkapan rasa syukur atas limpahan keberkahan, kemakmuran, dan kesejahteraan, hal tersebut yang diharapkan akan senantiasa mengalir bagi seluruh civitas akademika FIS UNY. Memantapkan doa dan harapan tersebut, dipimpin Prof. Marzuki, M.Ag., melantunkan do’a yang diamini seluruh hadirin. Hadir dalam acara tersebut, Rektor, jajaran wakil rektor dan pimpinan di lingkungan UNY, mitra serta seluruh dosen dan karyawan serta perwakilan mahasiswa dari masing-masing organisasi mahasiswa (ormawa) di FIS UNY. Diawali dengan doa, dilanjutkan dengan laporan tahunan Dekan FIS UNY, Dr. Suhadi Purwantara, M.Si.

Dalam laporannya, Suhadi menyebutkan rata-rata IPK mahasiswa FIS UNY mengalami kenaikan dari 3.51 menjadi 3.52 hingga 3.54. Suhadi melaporkan “saat ini, dosen di FIS UNY yang bergelar doktor mencapai 34% dan terdapat 9 guru besar. Capaian tersebut tidak semerta-merta bisa terwujud tanpa adanya usaha, berbagai program percepatan dilakukan, salah satunya dengan melakukan pendampingan secara langsung kepada semua dosen di FIS UNY” ujar Suhadi. Hal ini dilakukan sebagai upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia, khususnya di FIS UNY. Senada dengan hal tersebut, rektor UNY, Prof. Dr. Sumaryanto, M.Kes., AIFO, dalam sambutannya juga mendorong dosen-dosen yang ada di FIS UNY untuk segera naik jabatan dan melanjutkan studinya. Selain itu Sumaryanto mengungkapkan capaian jabatan tertinggi dosen itu adalah menjadi professor. Sumaryanto menyampaikan, “Gelar guru besar ini merupakan sebuah anugerah yang patut disyukuri, dan harus diperjuangkan. Menjadi guru besar itu tidak mudah, tapi bisa dilakukan. Menjadi professor tidak hanya demi kemaslahatan UNY, tapi juga untuk semuanya, jadi kenapa tidak?” ungkap Sumaryanto memotivasi dosen yang hadir.

Sebagaimana tradisi dalam upacara Dies Natalis FIS UNY juga disampaikan orasi ilmiah dengan menghadirkan Sukidi, Ph.D. Sukidi mengangkat tema “Menumbuhkan Tradisi Intelektual di Perguruan Tinggi”. Menurut Sukidi, perguruan tinggi merupakan salah satu agenda pemenuhan janji kemerdekaan yakni mencerdaskan kehidupan bangsa. Sukidi juga menyebutkan bahwasanya pendidikan berjalan secara paralel dengan kemajuan suatu bangsa dan kunci pentingnya adalah kualitas sumberdaya manusia. Sukidi menyampaikan, “…yang perlu ditingkatkan untuk membentuk sebuah tradisi ilmiah di perguruan tinggi adalah meningkatkan kemampuan berpikir kritis civitas akademiknya. Selain itu, penyakit yang perlu dicabut dari tradisi di berbagai lembaga pendidikan adalah menjadikan guruatau dosen sebagai the ultimate authority of knowledge sehingga pembelajarannya terkesan dogmatis karena ada relasi kuasa di sana. Sebaliknya, untuk menciptakan tradisi intelektual, perlu ada kesetaraan (equality of learners) kesadaran bahwa baik murid ataupun guru atau dosen sama-sama pembelajar.” Papar Sukidi dalam orasinya.

Sebagai penutup acara, diumumkan pemenang-pemenang lomba dalam rangka memperingati Dies Natalis FIS UNY yaitu lomba website, inovasi besmart, penulisan artikel, dosen berprestasi, dan lomba olahraga seperti bulutangkis dan tenis meja ganda laki-laki dan perempuan. 

Penulis : And/Sari

Editor : Dedy