Wisudawan Cumlaude Itu Putri Buruh Jahit

1
min read
A- A+
read

Hesti Wulandari bersama orang tuanya

Raut muka Agus Siswanto dan Mimin Jeminten terharu. Hari ini tugas mereka memberikan pendidikan telah purna setelah putri bungsunya diwisuda secara daring dari rumah kontrakannya di dusun Kemantren II, Semawung, Bagelen, Purworejo. Pasangan suami istri yang berprofesi sebagai buruh jahit tersebut adalah orang tua dari Hesti Wulandari, mahasiswa program studi Pendidikan Akuntansi Fakultas Ekonomi UNY yang lulus dengan IPK 3,87 berpredikat cumlaude.

Agus Siswanto berkisah, anak bungsunya sejak masih duduk di bangku SMK sudah dipersiapkan untuk studi lanjut dengan diikutsertakan les mata pelajaran. “Awalnya anak saya ingin masuk ke STAN bagian pajak seperti kesukaannya, namun karena bukan rezekinya maka tidak diterima” kata Agus, Minggu (26/6). Akhirnya atas saran dari istrinya, Hesti mendaftar lewat jalur SBMPTN di UNY dan diterima. Pada awalnya tentu biaya kuliah menjadi kerisauan Agus dan Mimin. Namun dengan adanya beasiswa bidikmisi -yang sekarang dinamai KIP Kuliah- bagi siswa yang pandai namun dari keluarga kurang mampu, keluarga ini merasa tertolong. 

Hesti Wulandari mengatakan bahwa informasi bidikmisi didapatkan dari para gurunya. Alumni SMKN 7 Purworejo itu mencari sendiri informasi tentang beasiswa ini karena mayoritas alumni sekolahnya memilih bekerja dan jarang yang menempuh studi lanjut. Hesti mengurus sendiri surat-surat yang diperlukan hingga memperoleh akses beasiswa bidikmisi. Gadis kelahiran 26 Januari 2002 tersebut memilih pendidikan akuntansi UNY sebagai pilihan pertama kemudian Universitas Negeri Semarang dan Universitas Tidar Magelang. Menurut Mimin Jeminten dia memilihkan putri bungsunya di pendidikan akuntansi karena Hesti menyerahkan pada ibunya untuk memilihkan jurusan dalam SBMPTN. “Dalam bayangan saya pendidikan akuntansi akan menjadi guru di SMK dimana mengajarkannya relatif lebih mudah karena siswanya sudah dewasa. Berbeda dengan mengajar sekolah di bawahnya seperti SMP atau SD” ungkap Mimin. Doa seorang ibu yang mujarab, Hesti diterima pada pilihan pertamanya di SBMPTN.

Selama kuliah di UNY Hesti Wulandari aktif dalam beberapa unit kegiatan mahasiswa diantaranya UKM Rekayasa Teknologi, UKM panahan dan UKM Al Fatih Fakultas Ekonomi. “Indeks prestasi saya tertinggi pernah mencapai 4,00 saat semester 7” katanya. Kiat-kiat meraih indeks prestasi setinggi itu adalah selalu mengerjakan tugas baik setelah kuliah atau di sela-sela waktu beraktivitas dalam UKM, serta belajar dengan disiplin terutama saat mau ujian dan memperhatikan saat dosen mengajar di kelas. Menurut orang tuanya sejak kecil putri bungsu mereka memang sudah terlihat kepandaiannya sehingga diterima sekolah di SD pada usia 4,5 tahun. Pada usia semuda itu Hesti dapat mengikuti pembelajaran di SD dengan lancar bahkan selalu masuk 3 besar kelas. Saat SMP Hesti masuk dalam peringkat 5 besar nilai Ebtanas di sekolahnya. Saat di bangku SMK, Hesti selalu menduduki peringkat pertama. Bahkan berhasil meraih nilai sempurna 100 pada nilai Ujian Nasional SMK mata pelajaran matematika.

Kedepannya Hesti ingin studi lanjut S2 mengambil Magister Akuntansi melalui jalur beasiswa LPDP. Agus Siswanto dan Mimin Jeminten berharap agar cita-cita putri bungsunya tersebut dapat terlaksana karena sebagai buruh jahit mereka tidak mempunyai dana cukup sehingga mengandalkan pada beasiswa dari Pemerintah. “Jangan sampai anak kami hanya menjadi buruh seperti orang tuanya, harus lebih baik” kata Agus Siswanto yang diamini istrinya. Kakak kandung Hesti, Oktavia Anggraini juga telah bergelar sarjana dari salah satu perguruan tinggi di Jakarta atas biaya sendiri dengan bekerja pada perusahaan kontraktor di Jakarta Timur. Prestasi ini merupakan salah satu komitmen UNY dalam sustainable development goals pada bidang pendidikan bermutu, pengentasan kemiskinan dan gender. (Dedy)