KARENA CINTA, AKU

KARENA CINTA, AKU

Karena cinta, aku ciptakan gegunung kata
Agar kalian bisa mendaki dan mencapai ketinggian
Lalu gempa dan lahar solfatara, lereng kepundan retak
Aku lihat bagaimana kalian berkemas
Hidup pun tidak cuma gegas
Karena cinta, aku ciptakan sungai kata
Agar kalian bisa menghilir dan merasa dingin
Lalu batu dan tebing-tebing curam, muara pun terbuka
Aku lihat bagaimana kalian bangkit menepi
Karna batas hidup dan mati cuma palung-palung mimpi
Karena cinta, aku ciptakan samudera kata
Agar kalian bisa berenang dan menyelam kedalaman maknanya
Lalu angin dan gelombang pasang, layar pun terkembang
Aku lihat kalian berdiri di atas geladak
Meninggalkan tepian menuju cakrawala kehendak

***

Karena  aku cinta
Aku ingin kalian tetap menjadi orang-orang gunung, orang-orang sungai,
dan orang-orang laut
aku ingin kalian menjadi pewaris ilmu bawalaksana Muhammad,
ilmu pangawikan Khaidir, dan ilmu tongkat Musa
Orang gunung selalu sadar dataran rendah,
orang sungai selalu paham hulu dan hilir,
orang laut selalu tahu batas antara tepian pantai dan cakrawala
Janganlah kalian mau diperdaya hasutan-hasutan bergula
Kalian adalah hulu dan hilir sungai, hulunya gunung dan hilirnya samudera

Karena aku cinta
Aku ingin kalian tetap terjaga dengan mata nyala kepundan
Aku ingin kalian tetap rendah hati sesejuk dan dingin air kali
Aku ingin kalian tetap bangkit dengan gelora gelombang pasang
Lihatlah, masa depan adalah milik kalian
Mata kalian tidak boleh berkunang-kunang di bawah gemerlap merkuri
Lepaskan telikung-telikung yang mengatasnamakan kesantunan
Menyingkirlah dari kerumunan yang pura-pura memberi ruang
Karna itu semua merupakan muslihat
Agar kalian gampang ditaklukkan
Dan sisanya cuma proses pembusukan
Lihatlah kembali di mana kalian tengah berdiri
Pusaran peradaban tidak pernah berhenti
Maka belajarlah pada metamorfosis dedaunan
Karena hijau masa lalu kalian tidak pernah hilang
Betapapun kuning masa kini mulai merayap
Hijau gemilang masa depan tentu akan hinggap
Jadi, jangan sampai kalian kena bujuk rayu para siluman
Yang memasang iklan-iklan peradaban
Tapi di baliknya penuh dengan keculasan
Mereka bilang kalian bunga bangsa generasi mendatang
Tapi diam-diam kalian dihabisi dengan beragam aturan

Karena aku cinta
Aku ingin selalu bersama kalian
Mengubah dan menciptakan pakem yang ada
Wisanggeni, Antareja boleh mati sebelum Baratayudha
Tapi itu hanya terjadi dalam dongeng nenek moyang
Dalam pakem bangsa ini:
Abimanyu, Irawan, Gatotkaca, dan saudara-saudaranya
Akan menjadi pahlawan yang hidup di masa depan
Karna seribu panah fitnah, seribu pedang kebohongan,
Semuanya kehilangan tuah dan kesaktian
Kalian adalah Wisanggeni: kini dan esok hari
Bagi negeri ini

Karena aku cinta
Mari kita ciptakan palagan baru
Baratayudha tidak lagi terbatas di Padang Kurakasetra
Tapi di mana pun kita berdiri
Panah tak lagi Pasopati dan keris pun tak lagi Pulanggeni
Tapi adalah kemerdekaan dan kedaulatan diri
Gelar perang tak lagi Supit Urang atau Garudha Nglayang
Tapi adalah negosiasi dan jika perlu dekonstruksi
Bukan genderang perang yang dipalu bertalu-talu
Tapi genderang nurani dalam diri
Jadi, marilah kita saling genggam jari
Negeri ini juga butuh Jalan Sunyi
Yang bernama puisi

*sebuah puisi yang belum selesai ditulis, 27 April 2013

Prof. Dr. Suminto A. Sayuti
Prof. Dr. Suminto A. Sayuti