BAHAN PANGAN CEPAT RUSAK, PERLU PENGAMANAN PASCA PANEN PRODUK PERTANIAN DAN INDUSTRI.

1
min read
A- A+
read

Hasil pertanian, peternakan dan perikanan di Indonesia beragam serta melimpah untuk digunakan sebagai bahan pangan dan obat. Tapi bahan pangan di negara beriklim tropis mudah busuk/rusak. Dinegara berkembang tingkat kerusakan mencapai 60-70%. Hal ini menyebabkan komoditas ekspor Indonesia sering ditolak oleh negara tujuan karena tidak sesuai persyaratan terkait dengan kandungan mikroba pathogen. Untuk itu pengawetan bahan pangan dan obat serta sterilisasi alat kesehatan menggunakan radisai tanpa bahan kimia berbahaya merupakan solusi yang tepat. Hal tersebut disampaikan Prof. Ir. Yohannes Sardjono, APU dari BATAN pada acara Kuliah Umum di FMIPA UNY baru-baru ini. Topik kuliah umum yaitu Aplikasi Teknologi Nuklir untuk Pengamanan Pasca Panen Produk Pertanian dan Industri.

Yohannes Sardjono mencontohkan, dengan ketegasan Indonesia dalam menindak para pencuri ikan di wilayah perairan Indonesia, sekarang ikan menjadi melimpah. Tapi persoalannya adalah kita belum mampu mengelola hasil itu dengan baik supaya awet untuk diekspor ke luar negeri. Dalam perjalanan ekspor tersebut tidak jarang ikan-ikan sudah banyak yang busuk sehingga tidak laku dijual lagi. Untuk itu perlu pengelolaan yang benar supaya ikan-ikan itu bisa sampai di tempat tujuan masih dalam keadaan baik.

Pengelolaan tersebut yaitu dengan iradiator yaitu fasilitas untuk iradiasi/penyimpanan suatu produk dengan tujuan mengurangi/membebaskan kandukan bakteri, jamur kuman, ulat, serangga dan telurnya, serta mikro organisme berbahaya lain. Radiasi yang digunakan bisa berupa sinar gamma (dari zat radioaktif seperti cobalt-60) atau berkas electron (dari perangkat akselerator yang digerakkan oleh daya listrik.

“Efek radiasi gamma pada biota penganggu yaitu radiasi sinar gamma memutus untai struktur DNA dari biota (bakteri, jamur, ulat dan serangga termasuk telurnya). Kerusakan untai DNA biota menghalangi proses reproduksi sel dan dapat berakibat langsung pada kematian biota tersebut. Biota dengan jumlah DNA sedikit membutuhkan dosis radiasi yang lebih tinggi untuk membunuhnya,” lanjutnya.

Sardjono menjelaskan, efek radiasi pada bahan pangan yaitu radiasi sinar gamma memutus untai struktur DNA bahan pangan dari produk pertanian sehingga sistem reproduksi terganggu, pertumbuhan kecambah pada kentang & bawang terhambat, dan kematangan buah buahan terhambat

“Dari hasil penelitian selama 50 tahun, terbukti bahwa dosis radiasi gamma yang tepat hanya membunuh biota parasite (pathogen), tidak menurunkan mutu nutrisi bahan pangan
(kandungan vitamin, enzim, protein, mineral) secara signifikan, serta iradiasi gamma dapat menggantikan proses pengawetan fumingasi menggunakan bahan kimia ataupun teknik pengawetan konvensional lainnya yang berbahaya,” katanya.

Keunggulan teknik radiasi gamma untuk proses pengawetan dan sterilisasi yaitu  sinar gamma berdaya tembus tinggi, dapat mencapai titik target terdalam pada produk, proses sederhana pada temperature kamar, sehingga bentuk dan warna produk tak berubah, proses tak memakai bahan kimia yang dapat mencemari lingkungan, tidak meninggalkan radiasi dan bahan kimia beracun pada produk, serta proses terbukkti aman, sudah dimanfaatkan lebih dari 50 tahun.

“Manfaat iradiasi gamma pada bahan pangan antara lain mengurangi dan mengeliminasi pathogen berbahaya pada bahan pangan seperti E. coli 0157:H7, salmonella, listeria, campylobacter, trichinella, dan pathogen lainnya. Manfaat lainnya yaitu mengeliminasi serangga, ulat serta telurnya pada sayuran dan buah-buahan, menghambat pematangan buah dan sayuran, menghambat pertumbuhan kecambah pada produk umbi-umbian dan bawang merah/putih, iradiasi gamma dapat menggantikan pengawetan dengan fumigasi menggunakan bahan kimia berbahaya, dan memperpanjang kesegaran sayuran dan buah-buahan sebelum dikonsumsi,” imbuhnya. (witono)