Lima mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta menghadirkan inovasi baru dalam dunia peternakan modern melalui usaha “ChickenZ”, sebuah program produksi telur omega-3 dan ayam DOC berbasis smart farming yang dirancang untuk mendorong regenerasi peternak Gen Z. Bertempat di Trayeman, Pleret, Bantul, usaha ini digagas sebagai solusi pangan fungsional sekaligus model bisnis berkelanjutan bagi generasi muda.
Tim ChickenZ terdiri dari Muhammad Naufal Khoirul Imamilhaq Alhifdi (Teknologi Informasi) sebagai CEO, Adel Syah Aldita (Biologi) sebagai PIC Quality Control & Operational, Eka Nadia Listiyana Putri (Akuntansi) sebagai PIC Finance & Accounting, Ananta Dafa Isna Saputra (Pendidikan Teknik Mekatronika) sebagai PIC Designer & Technical, serta Ananda Brian Vicky (Manajemen) sebagai PIC Marketing & Sales. Mereka didampingi Dzul Fadli Rahman, S.Kom., M.Sc. selaku dosen pendamping.
ChickenZ lahir dari keprihatinan terhadap tingginya biaya pakan ternak dan masih rendahnya literasi masyarakat mengenai pangan fungsional seperti telur omega-3. Masyarakat cenderung mengetahui manfaatnya, namun produk serupa di pasaran masih terbatas dan seringkali dijual dengan harga tinggi. Di sisi lain, minat generasi muda dalam bidang peternakan terus menurun karena dianggap tidak menjanjikan dan kurang modern.
ChickenZ mencoba menjawab dua persoalan tersebut sekaligus. Mereka mengembangkan pakan sirkular—yakni pakan hasil fermentasi dari limbah organik rumah tangga—serta budidaya azolla, sehingga menekan biaya dan menciptakan sistem produksi yang ramah lingkungan. Teknologi smart farming berbasis IoT diterapkan pada kandang dan inkubator untuk memantau suhu, kelembapan, dan produktivitas ayam secara otomatis.
“Generasi muda sebenarnya dekat sekali dengan teknologi. Kami ingin menunjukkan bahwa peternakan juga bisa modern, efisien, dan memberikan nilai ekonomi tinggi,” ujar Muhammad Naufal, ketua tim, Rabu (26/11/25).
ChickenZ memproduksi tiga komoditas, yaitu telur omega-3 berkualitas, ayam DOC, dan ayam usia 1–2 bulan. Telur omega-3 dihasilkan dari ayam yang diberi pakan kaya DHA dan EPA, sehingga bermanfaat untuk perkembangan otak, imunitas, serta kesehatan jantung. Selain itu, tim juga memfokuskan diri pada pengembangan bibit ayam unggul untuk mendukung keberlanjutan peternak lokal.
Di sisi pemasaran, ChickenZ menyasar pasar DIY melalui jaringan Burjo dan Warmindo, warung sayur, toko kelontong, distributor telur, hingga peternak di pasar tradisional. Mereka juga memanfaatkan kanal digital seperti Instagram @chickenz.id, marketplace, hingga WhatsApp untuk memperluas jangkauan penjualan.
“Kami ingin produk sehat seperti telur omega-3 bisa diakses oleh lebih banyak kalangan, bukan hanya konsumen premium. Karena itu kami hadir dengan harga yang lebih terjangkau,” jelas Eka Nadia Listiyana Putri.
Selain menjual produk, ChickenZ menempatkan misi pemberdayaan peternak muda sebagai pilar utama. Mereka aktif membuat konten edukasi mengenai peternakan modern, manajemen pakan alternatif, hingga peluang usaha bagi Gen Z.
Komitmen keberlanjutan ChickenZ juga sejalan dengan SDGs, khususnya SDG 2 (Zero Hunger), SDG 3 (Good Health and Well-being), dan SDG 8 (Decent Work and Economic Growth). Usaha ini tidak hanya menawarkan produk bergizi, tetapi juga menjadi model pemberdayaan ekonomi lokal.
Dengan inovasi yang kuat dan pendekatan teknologi yang relevan bagi generasi muda, ChickenZ hadir sebagai gambaran baru peternakan masa depan: modern, efisien, dan berkelanjutan. Upaya ini menjadi bukti bahwa mahasiswa dapat mengambil peran penting dalam menjawab tantangan pangan nasional sekaligus membuka peluang regenerasi peternak di Indonesia.
English