Sepiring Tanpa Sisa, Langkah Kecil Mahasiswa UNY untuk Bumi Lebih Bersih

Kemana perginya makanan yang tidak habis kita makan di kantin? Mungkin terlihat sepele—hanya sisa nasi, sayur, atau lauk di piring. Namun di balik sisa kecil itu, tersembunyi persoalan besar bernama limbah pangan (food waste).

Kebiasaan meninggalkan makanan ternyata tidak hanya menciptakan tumpukan sampah dan aroma tak sedap, tetapi juga berdampak langsung pada bumi. Saat sisa makanan membusuk, ia menghasilkan gas metana, salah satu penyebab utama perubahan iklim. Padahal, makanan yang terbuang sejatinya masih bisa dimanfaatkan untuk hal yang lebih berguna, seperti pakan ternak atau kompos organik.

Beruntung, kesadaran itu kini mulai tumbuh di kalangan mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Melalui gerakan sederhana bertajuk “Sepiring Tanpa Sisa”, mahasiswa diajak untuk mengambil makanan secukupnya, menghabiskan tanpa sisa, dan menghargai setiap butir nasi di piring mereka. “Saya dulu sering nggak habis makan di kantin, tapi setelah tahu dampaknya, sekarang saya selalu ambil secukupnya. Rasanya lebih puas karena tahu saya juga ikut menjaga lingkungan,” ujar Anto, mahasiswa Fakultas Teknik UNY.

Langkah kecil seperti yang dilakukan Anto menjadi bukti bahwa perubahan bisa dimulai dari diri sendiri. Menghabiskan makanan berarti menghormati kerja keras petani, juru masak, dan alam yang menyediakan bahan pangan. Lebih dari itu, ini juga membantu menjaga kebersihan kampus dan mengurangi emisi karbon.

Kini, sisa makanan yang tak terhindarkan diolah menjadi pakan ternak dan kompos organik, memperkuat komitmen UNY menuju kampus hijau berkelanjutan. Jadi, mulai hari ini—ambil makanan secukupnya, habiskan tanpa sisa, dan jadilah mahasiswa bijak yang peduli lingkungan. Karena dari satu piring yang habis, lahirlah satu langkah kecil untuk bumi yang lebih bersih.

Penulis
Isti Yunita
Editor
Dedy
Kategori Humas
IKU 5. Hasil Kerja Dosen Digunakan oleh Masyarakat