Berlatih Kendalikan Emosi Dengan Permainan Kawat Buzzer

1
min read
A- A+
read

Memainkan kawat buzzer

Dalam rangka berlatih mengendalikan emosi bagi anak sekaligus memeriahkan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI, mahasiswa KKN-R 8345 UNY yang mengabdi di Ketandan Patalan Jetis Bantul menggagas pembuatan kawat buzzer. Para mahasiswa tersebut adalah Hilman Akbar Al-Hayat (Prodi Ilmu Komunikasi), Rangga Prayuda Artaningtyas (Vokasi Teknik Elektro), Ica Soffia (Prodi Ilmu Sejarah), Muhammad Bahruddin (Prodi Fisika), Tunjung Sekar Pembayun (Prodi Manajemen), Nurul Tiyas Septiani (Prodi Manajemen), Stephani Mayang Puspitasari (Prodi Manajemen), Bagas Adi Pamungkas (Prodi Ilmu Komunikasi) dan Salsabila Nisrina Nurhani (Prodi Sastra Inggris).

Menurut penggagas ide Rangga Prayuda Artaningtyas pembuatan alat permainan ini setelah terinspirasi dari salah satu episode Mr. Bean, yaitu ‘Country Fete Games’. “Saya ingin ada lomba Kemerdekaan yang menghibur, unik, inovatif, tapi tetap terdapat sedikit unsur edukasinya” ujar Rangga, Senin (28/8). Selain itu, perancangan alat lomba kawat buzzer ini juga merupakan bagian dari program kerja KKN-nya yang tentu sesuai dengan jurusannya, teknik elektro. Permainan ini dimaksud untuk melatih pengendalian emosional, ketelitian, keterampilan motorik, juga ketangkasan untuk menyelesaikan permainan tersebut.

Menurut mahasiswa D4 Teknik Elektro tersebut kawat buzzernya dibuat lebih sederhana dan sedikit lebih kecil, agar lebih mudah dimainkan oleh anak-anak usia SD-SMP. Lintasan yang dirancang hanya berupa lintasan lurus, sedikit naik-turun dan berbelok. Sedangkan bahan yang dibutuhkan untuk membuat alat tersebut diantaranya kawat tembaga sepanjang 1,5 meter, baterai 9V sebagai sumber daya, lampu LED kecil 1pcs, alarm buzzer 1pcs, kabel listrik 60 cm dan papan kayu (60 cm x 13 cm). pemain harus dapat membawa kawat yang telah dilubangi melalui lintasan tersebut tanpa membuat alarm berbunyi dalam waktu tertentu.

Ketua KKN-R 8345 UNY Hilman Akbar Al-Hayat mengatakan antusiasme peserta dan warga termasuk cukup tinggi. “Terlihat dari peserta yang sangat tertarik, dan terkagum melihat kawat buzzernya, karena tentu termasuk barang baru dan jarang terlebih digunakan untuk perlombaan Kemerdekaan” katanya. Terhitung 50 orang peserta ikut serta bermain kawat buzzer ini, dan secara keseluruhan mereka antusias dan cukup serius memainkannya. Permainan yang dilakukanpun juga menguras energi dan emosi karena dihitung berdasarkan waktu terlama, dihitung berapa tikungan lintasan yang telah dilewati, dan maksimal buzzer berbunyi hanya 2 kali dalam satu kali bermain. Bukan hanya anak kecil bahkan orang dewasa pun sering kalah karena tidak dapat mengendalikan emosinya.

Peserta lomba kawat buzzer Vano dan Gibran mengatakan permainan kawat buzzer ini cukup sulit, karena memang melatih kesabaran, ketelitian agar tidak membuat alarm berbunyi. Terlebih situasi dan kondisi dari lomba yang jelas terbilang ramai, ditambah anak-anak yang sangat ingin tahu bagaimana kawat buzzer ini bekerja.

Penulis: Dedy

Editor: Sudaryono

MBKM