MAHASISWA UNY PETAKAN JALUR EVAKUASI MENGHADAPI BENCANA LIKUEFAKSI DI KAWASAN SESAR OPAK

1
min read
A- A+
read

MAHASISWA UNY PETAKAN JALUR EVAKUASI MENGHADAPI BENCANA LIKUEFAKSI DI KAWASAN SESAR OPAK

Posisi Indonesia yang berada di antara tiga lempeng besar dunia dan berada pada jalur Sirkum Mediteran dan Sirkum Pasifik membuatnya rawan mengalami gempa bumi. Gempa Bumi pun dapat menimbulkan bencana lain seperti likuefaksi yang melanda Sulawesi Tengah pada 2018 lalu. Di D.I Yogyakarta, ternyata potensi likuefaksi juga terdapat di kawasan Sesar Opak yang merentang dari Parangtritis hingga Prambanan.

Beranjak dari potensi bencana tersebut, tiga mahasiswa Pendidikan Geografi UNY memetakan jalur evakuasi dalam rangka mitigasi bencana likuefaksi di kawasan Sesar Opak. Pemetaan ini merupakan Program Kreativitas Mahasiswa yang dilaksanakan oleh Etika Cahyani, Wahyu Nur Afrita, dan Annisa Eka Nurul Aza.

“Sebelumnya, pada 2009 telah ada penelitian yang membuktikan potensi likuefaksi di daerah Patalan dan Pundong, Bantul. Kami pun tertarik untuk melakukan penelitian lanjutan dan memetakan jalur evakuasi dengan metode eksplorasi, analisis data lapangan, dan analisis Sistem Informasi Geografi (SIG),” ucap Etika Cahyani pada Kamis (1/10/2019).

Etika menambahkan, SIG adalah sistem yang memperoleh, mengintegrasikan, memanipulasi, menganalisis, dan menampilkan data yang secara spasial mereferensikan kondisi bumi. Etika dan timnya menggunakan SIG untuk kemudian memetakan jalur evakuasi dengan pemetaan spasial network evacuation analysis.

Dari hasil pemetaan tersebut, diketahui bahwa arah pergetakan likuefaksi ke selatan sehingga jalur evakuasi diarahkan menuju utara dan barat. Daerah Bambanglipuro dan Bantul menjadi tempat potensial sebagai lokasi pengungsian. Di Bantul sendiri terdapat Rumah Sakit Panembahan Senopati dan Rumah Sakit PKU Muhammadiyah yang bisa menjadi tempat pengobatan korban likuefaksi.

“Peta hasil penelitian ini dapat digunakan masyarakat untuk memitigasi bencana likuefaksi. Semoga peta ini dapat disosialisasikan sehingga tidak terjadi kebingungan dan kepanikan apabila bencana tersebut terjadi,” pungkas Etika. (Muhammad Abdul Hadi/JK)