Sawut Schotel, Olahan Singkong Kekinian Mahasiswa UNY

1
min read
A- A+
read

Sawut schotel karya mahasiswa

Singkong merupakan salah satu makanan yang banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia. Hampir semua bagian singkong dapat dimanfaatkan, daun singkong dapat diolah menjadi sayur, umbi singkong juga banyak dikonsumsi dan berpotensi besar untuk bahan baku pengolahan tepung karena banyak mengandung pati. Pemanfaatan singkong selain untuk pengolahan tepung, masih banyak manfaat lain berupa gaplek, tepung mocaf, dan olahan singkong menjadi makanan ringan. Saat ini pemanfaatan singkong kurang bervariasi sehingga permintaan pasar yang tidak begitu tinggi membuat banyak petani hanya menanam singkong untuk selingan, bukan sebagai tanaman penghasil utama. Salah satu pemanfaatan singkong adalah dengan mengolahnya menjadi makanan tradisional, seperti sawut yang saat ini sudah sangat jarang ditemui. Sawut sendiri merupakan olahan singkong yang diparut menggunakan parutan khusus, kemudian dikukus bersama gula merah. Namun, di kalangan anak muda beranggapan, sawut adalah makanan yang sudah ketinggalan zaman dan kurang berkelas. Oleh karenanya mahasiswa UNY mengolah sawut menjadi makanan kekinian berupa schotel.

Ima Salisa Rodiyah mengolah sawut menjadi makanan yang berkelas berupa sawut schotel. “Inovasi ini sekaligus pengembangan fusion food dengan salah satu makanan western yaitu macaroni schotel, menggabungkan dua unsur makanan menjadi satu hidangan baru yang digemari masyarakat” kata Ima. Hasil inovasi ini diharapkan menjadi inspirasi masyarakat dalam pemanfaat singkong menjadi produk-produk baru yang lebih digemari karena singkong  mengandung sumber mineral yang cukup banyak seperti kalsium, fosfor, mangan, zat besi, dan kalium. Mineral ini diperlukan untuk perkembangan, pertumbuhan, dan menjalankan fungsi jaringan tubuh. Kalsium diperlukan untuk menjaga kesehatan tulang dan gigi. Zat besi membantu dalam pembentukan protein (hemoglobin dan myoglobin) yang membawa oksigen ke seluruh jaringan tubuh, dan kalium diperlukan untuk sintesis protein serta membantu dalam pemecahan karbohidrat.

Menurut mahasiswa program studi D4 Tata Boga Fakultas Vokasi UNY tersebut bahan yang dibutuhkan adalah 1 kg singkong, 200 gr kornet, 6 butir telur, 400 ml susu, lada, garam, sosis/smoked beef dan keju (secukupnya). Cara membuatnya, kupas dan cuci bersih singkong, lalu rendam selama kurang lebih satu jam. Parut menggunakan parutan sawut/serut dan tambahkan sedikit garam. Kukus selama kurang lebih 10 menit. Untuk adonan filling, campurkan telur dengan kornet, susu dan sosis/smoked beef, tambahkan lada garam, aduk hingga tercampur rata. Apabila sudah matang, angkat singkong yang sudah dikukus, lalu masukkan dalam pinggan tahan panas atau alumunium cup. Tuang filling hingga singkong terendam, taburi dengan keju parut dan oregano sebagai bahan opsional kemudian panggang hingga kecoklatan.

Gadis kelahiran Klaten 11 Januari 2001 itu berharap dengan olahan schotel sawut ini kalangan muda lebih mengenal makanan-makanan tradisional yang menggunakan singkong sebagai bahan dasar pembuatannya. Selain itu, tentu akan membantu meningkatkan hasil panen bagi petani sehingga singkong dapat menjadi tanaman utama hasil panen.

Penulis : Dedy

Editor : Sudaryono

MBKM