Suasana Balai Kalurahan Margokaton, Seyegan, Sleman, Selasa (2/9/25) dipenuhi semangat kebersamaan dalam kegiatan Bedah Buku Profil Budaya Margokaton. Acara ini terselenggara melalui kerja sama mahasiswa KKNM 24308 Padukuhan Susukan 1 dengan Pemerintah Kalurahan Margokaton. Kegiatan menghadirkan dua narasumber utama, yakni Drs. Dhanu Priyo Prabowo, M.Hum. yang mengulas tema “Telusur 10 Komponen Potensi Desa Budaya Margokaton”, serta Transpiosa Riomandha, M.A. dengan pembahasan “Akselerasi Warisan Budaya Kalurahan Margokaton”.
Lurah Margokaton Anggit Bimanyu, SP dalam sambutannya menyampaikan apresiasi yang tinggi atas terselenggaranya kegiatan tersebut. Menurutnya, buku Profil Budaya Margokaton yang disusun Agus Suprihono, Kasan Kurdi dan Mei Anjar Wintolo tidak hanya menjadi dokumentasi identitas lokal, tetapi juga modal berharga bagi generasi mendatang. “Margokaton memiliki kekayaan tradisi, seni, hingga nilai-nilai luhur yang perlu dijaga dan diwariskan. Kehadiran buku ini sekaligus menjadi pengingat bahwa pembangunan desa tidak hanya soal fisik, tetapi juga pelestarian budaya,” ujarnya. Ia berharap bedah buku ini mampu memicu lahirnya ide-ide baru untuk mengangkat budaya Margokaton agar semakin dikenal luas. Selain itu buku ini juga diharapkan dapat menggerakkan lurah-lurah di DIY untuk dapat secara smart membidik potensi budaya di daerahnya.
Dhanu Priyo Prabowo dalam pemaparannya menekankan sepuluh komponen potensi budaya Margokaton yang terangkum dalam buku, yakni sejarah, adat-istiadat, seni, bahasa, sastra, permainan tradisional, kerajinan, kuliner, kearifan lokal, serta potensi wisata. Menurutnya, sepuluh komponen itu bagaikan telur kehidupan desa: rapuh bila dibiarkan, namun bisa menetas menjadi kekuatan besar jika dirawat dan dikembangkan bersama. “Potensi ini adalah modal yang tidak boleh terabaikan. Setiap komponen saling menguatkan dan bisa menjadi landasan bagi pengembangan Margokaton sebagai desa budaya yang berdaya saing,” kata pensiunan Balai Bahasa DIY tersebut.
Sementara itu, Transpiosa Riomandha menekankan pentingnya akselerasi dalam pelestarian budaya Margokaton. Ia mengingatkan bahwa di era globalisasi, warisan budaya harus dikemas lebih dinamis agar tetap relevan. Strategi digitalisasi, promosi kreatif, festival budaya, serta jejaring kerja sama lintas sektor dipandang perlu untuk menghidupkan potensi yang telah diidentifikasi. “Warisan budaya tidak boleh hanya berhenti pada tataran dokumentasi. Ia harus diakselerasi, dipromosikan, dan dimanfaatkan sehingga memberi dampak nyata bagi kesejahteraan warga,” ungkap penulis di National Geograhic Indonesia itu.
Ketua KKNM Susukan 1 Helena Nuryatul Hanifah menambahkan bahwa kehadiran mereka di Margokaton bukan sekadar menjalankan program rutin, melainkan berusaha menggali dan menghidupkan kembali potensi lokal. Dengan adanya bedah buku ini, mahasiswa berharap masyarakat semakin menyadari bahwa warisan budaya adalah kekayaan yang tak ternilai, sekaligus aset pembangunan yang berkelanjutan. “Bedah buku tidak hanya memperkaya wawasan, tetapi juga menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk menjaga dan mengembangkan budaya desa” paparnya. Buku Profil Budaya Margokaton sendiri disusun sebagai bentuk dokumentasi identitas lokal sekaligus rujukan pengembangan desa budaya..
Acara berlangsung interaktif dengan sesi tanya jawab antara narasumber dan warga. Beberapa tokoh masyarakat memberikan tanggapan positif, terutama terkait peluang pengembangan potensi budaya sebagai basis ekonomi kreatif. Melalui kegiatan bedah buku ini, Margokaton semakin meneguhkan dirinya sebagai desa yang kaya identitas dan tradisi. Sinergi antara pemerintah desa, masyarakat, perguruan tinggi, dan mahasiswa menjadi modal penting dalam menjaga sekaligus mempercepat perkembangan budaya. Buku Profil Budaya Margokaton pun tidak hanya berhenti sebagai dokumentasi, tetapi dihidupkan kembali melalui dialog, kolaborasi, dan aksi nyata.