Dari Barista hingga Wisudawan Termuda UNY, Perjalanan Ilyas Fahmi Fathurahman

Wisuda Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) periode Desember 2025 menghadirkan kisah inspiratif dari Ilyas Fahmi Fathurahman, S.Pd., mahasiswa Program Studi Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi (PJKR) S1 Fakultas Ilmu Keolahragaan dan Kesehatan (FIKK). Di usia 21 tahun 10 bulan, Ilyas tercatat sebagai wisudawan termuda jenjang sarjana dengan Indek Prestasi Kumulatif 3,85.

Lahir dari keluarga sederhana, Ilyas menempuh perjalanan akademik dengan tekad kuat untuk tidak menjadi beban orang tua dalam waktu yang lama. Ayahnya, Ikhya Ulumudin bekerja sebagai sopir pribadi, sementara sang ibu, Siyam, setiap hari berangkat dini hari ke pasar untuk berjualan nasi kuning dan sayur matang. Kondisi tersebut menjadi motivasi utama Ilyas untuk menyelesaikan studi sarjana secara lebih cepat. Ayahnya merasa senang Ilyas ingin melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Sedangkan ibunya berpesan agar tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk kuliah ini.

Masuk UNY lewat jalur SNMPTN, Ilyas memilih jalur akselerasi mandiri dengan memanfaatkan Semester Antara serta mengikuti program Kampus Mengajar sebagai upaya mempercepat masa studi. Keputusan ini membuatnya kerap menjadi mahasiswa termuda di kelas, berinteraksi dengan rekan-rekan yang lebih senior. “Namun situasi ini justru membentuk karakter saya menjadi pribadi yang lebih dewasa, tangguh, dan kompetitif” kata Ilyas, Selasa (30/12/25). Alumni SMAN 4 Purworejo itu menyelesaikan kuliahnya dalam waktu 3 tahun 3 bulan.

Di tengah padatnya aktivitas akademik, pria kelahiran 12 Februari 2004 itu juga menjalani peran sebagai pekerja paruh waktu. Sejak tahun pertama kuliah, Ilyas bekerja sebagai barista di Belikopi Ambarrukmo, kemudian melanjutkan pekerjaannya di M Coffee Seturan. Kesehariannya diwarnai dengan kuliah praktik lapangan pada pagi hari, bekerja hingga malam, serta menjalani bimbingan skripsi di sela kelelahan setelah pulang shift malam. “Tidak jarang, saya harus menghadapi momen bimbingan skripsi di pagi hari dengan mata yang masih mengantuk setelah pulang shift malam, lalu bergegas menuju kolam renang atau lapangan basket untuk menjadi pelatih pengganti” tuturnya.

Tantangan terberat dialami Ilyas saat memasuki semester empat. Pada pagi hari ia harus menjalankan tugas Kampus Mengajar di SDN Srunen, Cangkringan, dilanjutkan perkuliahan di siang hari, kemudian bekerja sebagai barista hingga malam. Pada akhir pekan, Ilyas juga kerap dipercaya menjadi pelatih pengganti cabang olahraga basket dan renang, menuntut ketahanan fisik dan mental yang tinggi.

Meski demikian, Ilyas tetap mampu menorehkan prestasi. Ia berhasil meraih Juara 3 Pekan Olahraga Kabupaten (PORKAB) cabang olahraga basket. Baginya, prestasi bukan semata soal medali, melainkan kemampuan menjaga konsistensi dan semangat berprestasi di tengah tuntutan akademik dan pekerjaan. Lingkungan FIKK UNY yang suportif turut berperan dalam mendukung perjalanan akademiknya. Pengalaman bekerja di dua kedai kopi selama masa kuliah juga memberikan perspektif berharga bahwa kecerdasan lapangan, kedisiplinan, dan manajemen emosi sama pentingnya dengan kecerdasan akademis. Capaian tersebut, menurutnya, merupakan hasil dari kerja keras, ketekunan, serta doa orang tua yang tidak pernah putus.

Ke depan, warga Desa Tepus Wetan, Kecamatan Kutoarjo, Kabupaten Purworejo itu berencana mengembangkan karier profesional dengan mengintegrasikan ilmu keolahragaan yang diperoleh di bangku kuliah dan pengalaman manajerial dari dunia kerja. Ia juga berpesan kepada para pelajar Indonesia agar tidak menjadikan latar belakang ekonomi sebagai batasan untuk berprestasi. “Jangan takut bekerja sambil kuliah. Memang melelahkan, tetapi ketahanan mental yang terbentuk akan menjadi modal paling berharga di masa depan,” ujar Ilyas.

Penulis
Dedy
Editor
Sudaryono
Kategori Humas
IKU 1. Lulusan Mendapat Pekerjaan yang Layak