Keindahan bawah laut Pulau Tabuhan, sebuah pulau kecil di tengah Selat Bali, menjadi lokasi penelitian penting bagi para akademisi. Pada 5 Agustus 2024, dosen Pendidikan Biologi FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta, Rio Christy Handziko, bersama dosen Manajemen Sumber Daya Perairan Universitas Brawijaya, Samuel Diffi, berkolaborasi melakukan pendataan terumbu karang dan ikan karang. Kegiatan ini didukung oleh tim Banyuwangi Diving School (BDS) yang menyediakan fasilitas penyelaman serta kapal riset.
Sejak pagi, para penyelam telah mempersiapkan peralatan SCUBA di Pantai Bangsring, Banyuwangi, yang menjadi titik keberangkatan menuju Pulau Tabuhan. Penelitian lapangan ini dilakukan untuk memetakan kondisi ekosistem terumbu karang dan populasi ikan, sekaligus mendukung rencana Pulau Tabuhan sebagai lokasi studi lapangan bagi mahasiswa Biologi Perairan UNY.
Dalam pelaksanaannya, tim peneliti menggunakan dua pendekatan utama. Pendataan terumbu karang dilakukan dengan metode Line Intercept Transect (LIT) yang dipadukan dengan Underwater Photo Transect (UPT). Melalui metode ini, tim dapat mengidentifikasi jenis-jenis karang berdasarkan bentuk hidupnya. Sementara itu, pendataan ikan karang dilakukan menggunakan metode Underwater Visual Census (UVC) yang dipadukan dengan Specified Photo Species (SPS). Seluruh pengambilan data dilengkapi dengan dokumentasi foto dan video bawah laut agar hasilnya dapat dianalisis lebih lanjut.
Lokasi pengambilan sampel dibagi ke dalam dua kedalaman, yaitu 4 meter dan 12 meter. Hal ini dilakukan untuk melihat perbedaan dominasi spesies karang pada berbagai lapisan perairan. Pada sisi lain, data mengenai populasi ikan karang dicatat dengan cermat melalui perekaman visual sepanjang garis transek 50 meter.
Menurut Rio Handziko, kegiatan ini tidak hanya penting secara akademik, tetapi juga menjadi bentuk nyata kontribusi perguruan tinggi dalam menjaga ekosistem laut. “Pulau Tabuhan memiliki potensi ekologi dan pariwisata yang sangat besar. Dengan pendataan yang berkelanjutan, kita bisa memastikan kelestarian ekosistem terumbu karang sekaligus memberi manfaat bagi masyarakat pesisir,” ungkapnya.
Hal senada disampaikan oleh Samuel Diffi yang menekankan pentingnya kolaborasi lintas universitas. “Kerja sama ini memperlihatkan bahwa riset lingkungan membutuhkan keterlibatan banyak pihak. Data yang dihasilkan dapat digunakan untuk mendukung pengelolaan kawasan konservasi, terutama Bangsring Marine Protected Area,” ujarnya.
Kegiatan ini sekaligus menjadi dukungan akademis bagi kelompok nelayan Samudera Bhakti yang selama ini berperan aktif mengelola kawasan konservasi laut Bangsring. Kolaborasi ini diharapkan mampu memperkuat sinergi antara akademisi, komunitas lokal, dan pengelola wisata bahari sehingga Pulau Tabuhan tetap lestari dan berdaya guna.
Melalui kegiatan ini, para peneliti menegaskan komitmennya terhadap pembangunan berkelanjutan, khususnya Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) nomor 14: Life Below Water. SDGs ini menekankan pentingnya konservasi dan pemanfaatan berkelanjutan sumber daya laut dan samudera. Dengan menjaga ekosistem terumbu karang dan ikan karang, maka keseimbangan alam tetap terjaga dan dapat memberikan manfaat jangka panjang bagi generasi mendatang.