MENGAJAR DI SEKOLAH TERTINGGAL PELOSOK LAMPUNG

1
min read
A- A+
read

Alya bersama siswa SDN 1 Talang Jawa

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi telah meluncurkan kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka. Salah satu program yang dijalankan untuk mewujudkan kebijakan tersebut ialah Kampus Mengajar atau Mengajar di Sekolah yang berada di daerah 3T (Terdepan, Terluar, dan Tertinggal) atau minimal sekolah yang masih berakreditasi C. Salah satu mahasiswa UNY yang berkesempatan mengikuti program tersebut adalah Alya Nurfita Bella dari Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas MIPA yang ditempatkan di di SD Negeri 1 Talang Jawa Kecamatan Pulau Panggung, Kabupaten Tanggamus Provinsi Lampung. Motivasinya mengikuti program kampus mengajar ini karena ingin mengabdi di bidang pendidikan, meningkatan literasi dan numerasi bagi peserta didik khususnya di tingkat SD didaerah asal. “Dengan adanya kampus mengajar ini saya bisa membantu kekurangan dalam bidang pendidikan” kata Alya.

Di sekolah ini Alya mengajar kelas 1 sampai kelas 3. Di sini Alya menemukan bahwa banyak peserta didik yang masih tertinggal jauh materi pembelajarannya, bahkan masih banyak peserta didik yang sulit dalam membaca. Kiat yang digunakan Alya untuk mengajar siswa membaca adalah setiap hari peserta didik setelah menulis diwajibkan untuk membaca dari tulisan mereka sendiri. Para siswa kurang begitu mengalami kesulitan untuk menulis karena melihat contoh pada papan tulisnya. “Namun apabila ada yang benar-benar kesulitan saya beri bimbingan belajar setelah pulang sekolah” katanya.

Alya mengisahkan bahwa sekolah yang mereka tempati masih relatif baru karena berdiri tahun 2019, namun karena menerima limpahan siswa dari sekolah dasar lainnya maka di SD Negeri Talang Jawa telah memiliki siswa lengkap sejak kelas 1 hingga kelas 6. Sebagaimana lazimnya proses belajar mengajar di sekolah pada masa pandemi yang menerapkan sistem pembelajaran online, sekolah ini juga melaksanakan pembelajaran secara daring. Namun terdapat kendala karena mayoritas siswa tidak memiliki gawai berbasis android sehingga banyak yang tidak mendapatkan pelajaran. Oleh karena itu diberikan solusi bagi siswa yang tidak memiliki gawai bisa mengikuti pembelajaran terbatas di sekolah secara luring dengan kuota sehari 3 orang siswa dan diajar bergantian agar tidak terjadi kerumunan.

Menurut Alya kebanyakan orang tua siswa di sekolah ini berprofesi sebagai petani. Dan setelah pandemi agak mereda di SD ini mulai diterapkan pola pembelajaran luring terbatas. Bagi peserta didik yang kelasnya hanya berisi 18 siswa atau kurang itu setiap hari masuk untuk belajar selama 2 jam, sedangkan bila siswa lebih dari 18 orang dibagi menjadi 2 sesi dan tidak setiap hari masuk kelas. Sebagai mahasiswa jurusan pendidikan fisika Alya mengajarkan materi pembelajaran ilmu pengetahuan alam diantaranya membuat praktikum sederhana mengenai fluida, yang mengajarkan benda melayang, mengapung, dan tenggelam, Namun dia juga memberikan mata pelajaran yang lain seperti olah raga dan pembuatan majalah dinding. Kegiatan ini merupakan salah satu upaya UNY dalam agenda pembangunan berkelanjutan pada bidang pendidikan bermutu. (Dedy)

 

MBKM
IKU 2. Mahasiswa Mendapat Pengalaman di Luar Kampus