UNY Perkuat Komitmen Global Inklusi Pendidikan Lewat Workshop Internasional di Singapura

Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) kembali menegaskan komitmennya sebagai kampus pelopor pendidikan inklusif dan kesetaraan gender di tingkat global. Dosen Program Studi Pendidikan Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan, Dr. Nur Azizah, Ph.D, menjadi narasumber dalam Workshop on Lifelong Learning and Inclusion for People with Intellectual Disabilities, bagian dari The 5th Asia Pacific Pre-Congress IASSIDD 2025 yang diselenggarakan di Singapura.

Kegiatan yang diinisiasi oleh International Association for the Scientific Study of Intellectual and Developmental Disabilities (IASSIDD) ini mempertemukan para pakar pendidikan inklusif dari berbagai negara. Di antara narasumber lain hadir Prof. Dr. Mary-Ann O’Donovan dan Prof. Vivienne Riches dari The University of Sydney (Australia), Dr. Vimallan Manokara dan Ms. Loh Huey Ching dari MINDS Singapore, Dr. Hasrul Hossan dari Universiti Pendidikan Sultan Idris (Malaysia), serta Elga Andriana dari Universitas Gadjah Mada (Indonesia).

Workshop internasional ini menyoroti pentingnya pembelajaran sepanjang hayat (lifelong learning) sebagai hak dasar setiap individu—termasuk penyandang disabilitas intelektual—untuk mengembangkan potensi, meningkatkan kemandirian, dan berpartisipasi aktif dalam kehidupan sosial. Peserta dari Singapura, Malaysia, Indonesia, Jepang, dan Australia berdiskusi mengenai kebijakan, pendekatan pedagogis, serta strategi kolaboratif untuk menciptakan sistem pendidikan yang benar-benar inklusif.

“Pendidikan sepanjang hayat harus dilihat sebagai instrumen kesetaraan, baik bagi penyandang disabilitas maupun bagi perempuan yang selama ini menghadapi hambatan ganda di ruang pendidikan. Prinsip co-design dan lived experience menjadi kunci agar setiap program benar-benar berpihak dan responsif terhadap kebutuhan nyata,” ungkap Dr. Nur Azizah dalam paparannya.

Selama workshop, para peserta mengikuti sesi interaktif berupa diskusi lintas negara, refleksi praktik terbaik, serta penyusunan rencana aksi strategis untuk memperluas implementasi pembelajaran inklusif. Berbagai studi kasus menarik turut dibahas, seperti program Uni 2 Beyond di Australia, CIRCLE di Malaysia, dan MINDS Adult Centres di Singapura. Indonesia menampilkan praktik baik pengembangan kurikulum pembelajaran inklusif dan pelatihan berbasis komunitas yang melibatkan partisipasi aktif perempuan penyandang disabilitas.

Partisipasi UNY dalam forum IASSIDD ini tidak hanya menegaskan peran kampus dalam bidang pendidikan luar biasa, tetapi juga mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs), terutama poin 4 (Quality Education) tentang pendidikan inklusif dan berkualitas, poin 5 (Gender Equality) tentang kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan termasuk penyandang disabilitas, serta poin 10 (Reduced Inequalities) yang menekankan pengurangan kesenjangan sosial dan akses pendidikan di berbagai lapisan masyarakat.

“Keterlibatan UNY dalam forum global ini menjadi bukti nyata bahwa riset dan praktik pendidikan inklusif di Indonesia diakui secara internasional. Kami ingin memastikan tidak ada satu pun individu—termasuk perempuan dan penyandang disabilitas—yang tertinggal dalam proses belajar,” tegas Dr. Nur Azizah, Ph.D.

Melalui partisipasi aktif ini, UNY memperkuat visinya sebagai universitas pembelajar yang memajukan nilai inklusivitas, kesetaraan, dan keberlanjutan, sejalan dengan semangat global untuk membangun masyarakat yang adil dan berdaya bagi semua.

Penulis
Isti Yunita, Ph.D
Editor
Dedy
Kategori Humas
IKU 3. Dosen Berkegiatan di Luar Kampus
IKU 5. Hasil Kerja Dosen Digunakan oleh Masyarakat