Fakultas Vokasi Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) kembali menggelar Workshop Series Bimbingan Karier (WSBK) ke-7 dengan tema “Kolaborasi Membangun Bisnis”. Acara berlangsung di Gedung Layanan Akademik Kampus Kulon Progo dan diikuti oleh 1.292 peserta, terdiri atas 267 peserta luring dan 1.025 peserta daring.
Workshop menghadirkan tiga narasumber, yakni Widi Fajar Widyatmoko, S.Psi., GradCertHR., M.HRM., DBA. (Wakil Bendahara Umum HIPMI DIY), Ikhsan Badruz Zaman (Alumni FEB UNY, Founder SPD Speedometer), serta Dina Anggraini Puspita Sari, S.Tr.A.B. (Alumni Fakultas Vokasi UNY, Founder CV Sandykala).
Direktur Direktorat Kemahasiswaan dan Alumni, Prof. Dr. Guntur, M.Pd., menegaskan bahwa kegiatan ini merupakan bentuk tanggung jawab moral kampus dalam membimbing mahasiswa maupun alumni menyiapkan karier. Ia juga menyampaikan bahwa tracer study akan dilakukan tiga bulan setelah wisuda untuk memantau pekerjaan dan penghasilan alumni.
“Workshop ini diselenggarakan berseri dengan menyesuaikan karakteristik fakultas, sehingga materi yang disampaikan lebih tepat sasaran,” jelas Prof. Guntur.
Dalam pemaparannya, Widi Fajar Widyatmoko mengangkat topik “Sinergi Kampus dan Industri: Kolaborasi Menuju Generasi Wirausaha.” Ia menekankan pentingnya kolaborasi antara dunia akademik dan industri dalam membuka akses pasar, mentoring, hingga pendanaan bagi mahasiswa. Industri bukan hanya menjadi pengguna lulusan, tetapi juga memiliki peran penting dalam mendukung kampus dan mahasiswa. “Banyak perusahaan besar lahir bukan semata karena modal, melainkan karena ekosistem kampus yang sehat. Hal ini terlihat di tingkat global, seperti Google yang berawal dari riset di Stanford dan Facebook dari Harvard. Sementara di Indonesia, Gojek dan Ruangguru tumbuh dari ide kreatif mahasiswa yang kemudian berkembang menjadi perusahaan besar,” tandasnya.
Sementara itu, Dina Anggraini berbagi pengalaman membangun usaha dari ide sederhana menjadi bisnis yang dipercaya berbagai brand. Dalam pemaparannya, Dina berbagi profil perjalanannya dalam membangun usaha. Dengan modal terbatas, ia memulainya melalui kolaborasi bersama supplier lokal dan tim kreatif. Berkat konsistensi dan strategi kolaboratif, kini usahanya telah dipercaya oleh sejumlah brand besar dan berhasil merambah ke berbagai wilayah. Ia menegaskan pesan penting kepada peserta bahwa keberanian mengeksekusi ide lebih utama dibanding sekadar menyimpannya. “Ide itu murah, eksekusi itu mahal tapi dengan kolaborasi, harga eksekusi jadi lebih ringan,” tegasnya.
Adapun Ikhsan Badruz Zaman menekankan pentingnya networking yang sehat dan kolaborasi nyata dalam dunia usaha. Menurutnya, relasi yang saling menguntungkan dapat membuka peluang pasar, inovasi, dan memperkuat posisi bisnis. “Cara memulai kolaborasi yang baik, yaitu diawali dengan menemukan partner yang sejalan visi dan misinya, memulainya dari proyek kecil, membuat kesepakatan yang jelas, serta membangun kepercayaan dan komunikasi,” imbuhnya.
Acara semakin hidup dengan sesi tanya jawab interaktif antara peserta dan narasumber, yang membahas seputar cara menjadi anggota HIPMI hingga tips menemukan partner bisnis yang tepat.
WSBK#7 ditutup dengan foto bersama dan pengucapan jargon pembuka secara serentak, menandai berakhirnya kegiatan dengan penuh semangat.