Mahasiswa KKNR 11200 UNY penempatan Dusun Praon, Pulutan, Wonosari, Gunungkidul, melaksanakan program pemberdayaan masyarakat dengan fokus pada pemanfaatan limbah pertanian. Melalui kegiatan ini, mereka mengajarkan warga cara membuat briket ramah lingkungan berbahan dasar jerami dan tepung tapioka.
Kegiatan tersebut dilaksanakan oleh sepuluh mahasiswa KKN UNY yaitu Berliana Dwi Lestari, Aqheela Aphrodita Zainfa, Destri Amalia Widodo, Khairunissa Shabrina, Muhammad Izzudin Al Azzam, Nur Haliza Triyana, Rifka Yunanda, Riko Alif Utama, dan Satria Bagus Rhyan Dhyta. Seluruh mahasiswa ini berkolaborasi dengan warga untuk memanfaatkan potensi lokal yang selama ini belum tergarap optimal, khususnya jerami padi yang kerap hanya dibakar setelah musim panen.
Ketua KKNR 11200 UNY Muhammad Izzudin Al Azzam mengatakan, tujuan utama program ini adalah meningkatkan nilai tambah jerami yang selama ini dianggap limbah. Dengan diolah menjadi briket, jerami dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi alternatif yang lebih murah, mudah dibuat, dan ramah lingkungan. “Selain itu, briket juga dapat menjadi solusi untuk mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap kayu bakar dan gas elpiji yang harganya kerap fluktuatif” katanya, Senin (15/9/25).
Proses pembuatan briket dipandu oleh penanggung jawab kegiatan, Destri Amalia Widodo dan Rifka Yunanda, yang menjelaskan tahapan demi tahapan dengan bahasa sederhana agar mudah dipahami warga. Menurut Destri langkah-langkah pembuatan briket meliputi Pengeringan jerami dimana jerami dipotong kecil-kecil kemudian dijemur hingga kering sempurna. Lalu jerami dikarbonisasi atau setengah dibakar hingga menghasilkan arang Jerami, kemudian ditumbuk atau digiling hingga berbentuk bubuk halus. “Sementara itu tepung tapioka dimasak dengan air hingga mengental, lalu dicampurkan ke dalam bubuk arang Jerami” ujar Destri. Adonan lalu dibentuk menjadi segi empat menggunakan kayu dengan ukuran sesuai kebutuhan. Briket yang telah dicetak kemudian dijemur hingga benar-benar kering dan keras sebelum digunakan.
Rifka Yunanda menjelaskan briket jerami ini memiliki sejumlah keunggulan dibandingkan arang biasa. Briket menghasilkan panas yang lebih stabil, tidak banyak menimbulkan asap, tidak berbau, serta lebih bersih saat digunakan. “Selain itu, briket relatif lebih tahan lama, mudah disimpan, dan tidak cepat hancur” paparnya. Keunggulan ini membuat briket lebih praktis serta ramah lingkungan sehingga dapat menjadi alternatif energi yang menjanjikan di masa depan.
Antusiasme warga Dusun Praon terlihat dari keterlibatan mereka dalam seluruh proses, mulai dari menyiapkan jerami hingga mencoba menggunakan briket hasil pelatihan. Warga mengaku senang dengan adanya pelatihan ini karena mereka mendapat keterampilan baru yang dapat langsung dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya untuk memasak atau menghangatkan air. Bahkan, beberapa warga menilai pembuatan briket ini berpotensi dikembangkan sebagai usaha kecil yang dapat menambah penghasilan rumah tangga.
Sementara itu, mahasiswa KKN UNY menyampaikan harapannya agar pelatihan ini tidak berhenti pada tahap praktik saja, melainkan dapat terus dilanjutkan oleh masyarakat. Jika dikelola secara berkelanjutan, produksi briket jerami tidak hanya bermanfaat untuk kebutuhan rumah tangga, tetapi juga bisa dipasarkan ke desa-desa lain yang memiliki kebutuhan serupa.
Melalui kegiatan ini, para mahasiswa berkomitmen mendukung terciptanya desa mandiri energi berbasis potensi lokal. Program sederhana namun aplikatif ini diharapkan dapat memberi dampak nyata dalam upaya mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil sekaligus mengatasi masalah limbah pertanian di pedesaan.