Mahasiswa UNY Hadirkan SmartCleaner, Inovasi Energi Surya untuk Peternakan Berkelanjutan

Mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) kembali menunjukkan perannya dalam memberikan solusi nyata bagi masyarakat. Melalui Program Kreativitas Mahasiswa – Penerapan Iptek (PKM-PI), tim mahasiswa menghadirkan inovasi ‘SmartCleaner: Inovasi Sistem Pembersih Bertenaga Surya dan Monitoring Amonia’ untuk membantu Kelompok Tani Ngudi Makmur di Desa Gunung Manuk, Kecamatan Patuk, Gunungkidul. Inovasi ini lahir dari kepedulian terhadap persoalan klasik peternak sapi, yakni kandang yang sulit dibersihkan secara rutin dan tingginya kadar gas amonia yang membahayakan kesehatan ternak.

Tim kreatif ini terdiri dari Veri Saputra (Pendidikan Teknik Elektro), Shafa Feby Ayuningtyas (Pendidikan Teknik Elektro), dan Anida Syafa Hapsari (Biologi). Mereka turun langsung ke lapangan, berdiskusi dengan peternak, dan menemukan bahwa keterbatasan waktu serta tenaga membuat pembersihan kandang hanya dilakukan tiga hingga empat kali seminggu. Akibatnya, kotoran menumpuk, gas amonia meningkat, dan berdampak pada kesehatan sapi. Bobot ternak turun hingga 15 persen, harga jual merosot, dan kerugian kelompok tani bisa mencapai Rp 400 juta per siklus. Fakta ini mendorong lahirnya SmartCleaner yang menggabungkan teknologi Internet of Things (IoT) dengan energi terbarukan.

SmartCleaner dirakit di Bengkel Elektro FT UNY dengan menggabungkan sejumlah komponen inti menjadi satu sistem terpadu. Panel surya digunakan sebagai sumber energi utama yang ramah lingkungan. Tenaga listrik dari panel ini menggerakkan motor listrik dan penggaruk otomatis yang bekerja sesuai jadwal melalui modul Real-Time Clock (RTC). Dengan demikian, pembersihan kandang tidak lagi bergantung pada tenaga manusia. Sistem ini juga dilengkapi sensor amonia MQ-137 yang mendeteksi konsentrasi gas berbahaya. Jika kadar amonia melampaui ambang batas, kipas exhaust otomatis akan aktif dan notifikasi dikirim ke smartphone peternak melalui aplikasi IoT. Semua informasi terkait jadwal pembersihan, kondisi kandang, dan grafik kadar amonia dapat dipantau secara real-time. Kotoran sapi yang digaruk otomatis lalu dialirkan ke wadah khusus untuk diolah menjadi pupuk organik, sehingga tidak hanya menjaga kebersihan kandang tetapi juga membuka peluang ekonomi baru.

Hasil implementasi SmartCleaner terbukti memberi dampak signifikan. Waktu pembersihan kandang yang biasanya memakan 1–2 jam kini hanya sekitar 15 menit per hari. Beban kerja peternak berkurang, sementara kondisi sapi semakin sehat karena lingkungan lebih bersih dan bebas gas amonia. Berat badan sapi meningkat rata-rata 0,3–0,8 kilogram per hari, sehingga produktivitas peternakan naik signifikan. Pupuk organik hasil pengolahan limbah juga mulai dipasarkan secara lokal, memberi tambahan pemasukan bagi kelompok tani. Inovasi ini tidak hanya soal teknologi, tetapi juga menyentuh aspek ekonomi sirkular dengan memanfaatkan limbah sebagai sumber daya baru.

Ketua tim, Veri Saputra, menyampaikan harapannya agar inovasi ini diperluas penggunaannya ke berbagai daerah lain. “SmartCleaner tidak hanya membantu kelompok tani Ngudi Makmur, tetapi juga dapat menjadi model penerapan teknologi terbarukan dan IoT di sektor peternakan rakyat Indonesia. Harapan kami, kesejahteraan peternak meningkat, lingkungan lebih sehat, dan ketahanan pangan nasional semakin kuat,” jelasnya, Jumat (19/9/25). Shafa Feby Ayuningtyas menambahkan bahwa sistem monitoring berbasis smartphone akan terus dikembangkan agar lebih ramah pengguna, sementara Anida Syafa Hapsari menekankan pentingnya edukasi kesehatan kandang kepada peternak agar inovasi ini berkelanjutan.

Program ini sejalan dengan Asta Cita Nasional, khususnya cita ketiga terkait pembangunan ekonomi inklusif dan berkelanjutan, serta cita keenam tentang lingkungan hidup berkelanjutan. Dengan energi surya, SmartCleaner mendukung transisi energi hijau dan mengurangi jejak karbon. Inovasi ini juga menjadi bukti nyata UNY Berdampak, di mana mahasiswa tidak hanya belajar di kelas tetapi juga menghadirkan solusi konkret untuk masyarakat. Keterlibatan lintas disiplin ini pun mencerminkan semangat Diktisaintek Berdampak, yang menekankan transformasi iptek guna menjawab tantangan nyata di lapangan.

Bagi mitra, Ibu Painah selaku ketua kelompok tani, keberadaan SmartCleaner menjadi berkah tersendiri. “Dulu membersihkan kandang melelahkan dan sering membuat sesak napas karena bau amonia. Sekarang lebih ringan, sapi lebih sehat, dan kotorannya bisa diolah jadi pupuk untuk dijual. Kami merasa sangat terbantu,” ujarnya. Dengan dukungan teknologi ini, para peternak memiliki harapan baru untuk mengelola usaha mereka dengan lebih efisien, sehat, dan berdaya saing.

Melalui SmartCleaner, mahasiswa UNY membuktikan bahwa inovasi teknologi tidak berhenti di laboratorium, tetapi mampu hadir di tengah masyarakat dan membawa dampak nyata. Program ini sekaligus memperkuat komitmen UNY dalam menjalankan Tri Dharma Perguruan Tinggi, mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), serta menjadikan UNY dan Kemdiktisaintek sebagai motor penggerak transformasi iptek yang berdampak luas bagi bangsa.

Penulis
Dedy
Editor
Sudaryono
Kategori Humas
Inovasi
IKU 2. Mahasiswa Mendapat Pengalaman di Luar Kampus